Bos Bank Sentral Sebut Ekonomi Global Sudah Mulai Pulih
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai perekonomian global mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan setelah mengalami tekanan berat pada triwulan II 2020 akibat dampak pandemi.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi triwulan II 2020 di banyak negara maju dan berkembang mengalami kontraksi tajam akibat pembatasan mobilitas dalam rangka memitigasi penyebaran Covid-19.
Namun, indikasi perbaikan ekonomi mulai terlihat di beberapa negara, khususnya di Tiongkok, yang didorong kebijakan fiskal yang besar dan berkurang penyebaran Covid-19.
"Sementara di pasar keuangan global, kekhawatiran terhadap terjadinya gelombang kedua pandemi, prospek pemulihan ekonomi global, dan kenaikan tensi geopolitik Amerika Serikat (AS)-Tiongkok menyebabkan masih tingginya ketidakpastian," katanya. ( Baca juga:Pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah untuk Penyelenggara Negara )
Dia menambahkan kondisi ini kemudian menahan aliran modal ke negara berkembang dan memberikan tekanan kepada nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Perekonomian global pada paruh kedua 2020 diprakirakan membaik, meskipun belum kembali ke level sebelum Covid-19 sejalan dengan penerapan protokol kesehatan di era kenormalan baru," katanya.
Kata dia, sejumlah indikator mengindikasikan arah pemulihan ekonomi global itu, seperti meningkatnya mobilitas masyarakat global, membaiknya keyakinan konsumen dan bisnis di banyak negara, serta naiknya PMI Manufaktur di AS, Eropa, dan Tiongkok.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi triwulan II 2020 di banyak negara maju dan berkembang mengalami kontraksi tajam akibat pembatasan mobilitas dalam rangka memitigasi penyebaran Covid-19.
Namun, indikasi perbaikan ekonomi mulai terlihat di beberapa negara, khususnya di Tiongkok, yang didorong kebijakan fiskal yang besar dan berkurang penyebaran Covid-19.
"Sementara di pasar keuangan global, kekhawatiran terhadap terjadinya gelombang kedua pandemi, prospek pemulihan ekonomi global, dan kenaikan tensi geopolitik Amerika Serikat (AS)-Tiongkok menyebabkan masih tingginya ketidakpastian," katanya. ( Baca juga:Pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah untuk Penyelenggara Negara )
Dia menambahkan kondisi ini kemudian menahan aliran modal ke negara berkembang dan memberikan tekanan kepada nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Perekonomian global pada paruh kedua 2020 diprakirakan membaik, meskipun belum kembali ke level sebelum Covid-19 sejalan dengan penerapan protokol kesehatan di era kenormalan baru," katanya.
Kata dia, sejumlah indikator mengindikasikan arah pemulihan ekonomi global itu, seperti meningkatnya mobilitas masyarakat global, membaiknya keyakinan konsumen dan bisnis di banyak negara, serta naiknya PMI Manufaktur di AS, Eropa, dan Tiongkok.
(uka)