Empat Langkah Strategis Agar Industri Keramik Indonesia Posisi ke-4 Dunia

Jum'at, 15 Maret 2019 - 05:45 WIB
Empat Langkah Strategis Agar Industri Keramik Indonesia Posisi ke-4 Dunia
Empat Langkah Strategis Agar Industri Keramik Indonesia Posisi ke-4 Dunia
A A A
JAKARTA - Kementarian Perindustrian terus memacu daya saing industri keramik nasional untuk menduduki peringkat ke-4 di dunia. Industri keramik merupakan salah satu sektor yang diprioritaskan pengembangannya untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun ekspor.

Untuk mencapai hal itu, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mengatakan telah menyiapkan empat langkah strategis. Yaitu ketersediaan gas untuk industri dengan harga yang kompetitif, inovasi, sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, dan pengembangan bagi industri keramik dalam negeri.

Airlangga menjelaskan, terkait gas bumi sebagai bahan bakar untuk industri keramik, pemerintah terus mengupayakan adanya jaminan pasokan dan harga yang ideal dan kompetitif. Selanjutnya, dalam mendorong terciptanya inovasi produk dan SDM terampil di sektor industri, pemerintah akan memfasilitasi melalui pemberian insentif fiskal berupa super deductible tax.

"Selain insentif fiskal, Kemenperin juga menyediakan insentif nonfiskal berupa penyediaan tenaga kerja kompeten melalui program link and match dengan SMK dan industri, Diklat sistem 3 in 1 dan Program Diploma I Industri," tuturnya, Kamis (14/3/2019).

Airlangga menambahkan, untuk meningkatkan daya saing industri keramik dan memproteksi pasar dalam negeri, pemerintah telah menaikkan Pajak Penghasilan (PPh) impor komoditas keramik menjadi sebesar 7,5%.

Pemerintah juga mendorong kebijakan pengembangan sektor industri pengolahan yang difokuskan pada penguatan rantai pasok untuk menjamin ketersediaan bahan baku dan energi yang berkesinambungan dan terjangkau.

“Pemerintah senantiasa akan mengamankan pasokan bahan baku untuk industri keramik yang berasal dari dalam negeri sebagai competitive advantage, seperti tanah liat (clay), feldspar, pasir silika, dolomite, dan limestone," imbuhnya.

Ia optimistis, apabila langkah strategis tersebut berjalan dengan baik, Indonesia berpotensi mampu menduduki peringkat ke-4 dunia sebagai produsen keramik. "Saat ini, kapasitas terpasang keramik nasional sebesar 560 juta meter persegi. Tentunya, setelah pemerintah memberikan keberpihakan kepada industri dalam negeri, utilitas produksi harus bisa meningkat," tegasnya.

Di samping itu, pemerintah sedang menggalakkan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Salah satu aspirasinya adalah mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional hingga 1-2%. Di era digitalisasi saat ini, beberapa industri keramik nasional sudah menerapkan teknologi terbaru, seperti digital printing dan digital glazingyang mampu memproduksi keramik dengan ukuran besar.

"Kami juga mendorong diversifikasi produk dengan memproduksi jenis ubin terkini seperti ubin 3D (tiga dimensi), porcelain slab, dan ubin vitrifikasi, serta inovasi desain ubin keramik yang mengikuti tren terkini yang memiliki ciri khas dan original. Untuk itu, perlu didorong pemanfaatan teknologi 3D printing, otomatisasi, artificial intelligencedan big data," sebut Airlangga.

Apalagi, Indonesia didukung ketersediaan bahan baku berupa sumber daya alam yang besar, sehingga industri keramik diproyeksi bisa menunjukkan kinerja yang positif. Pada2018, pertumbuhannya sebesar 2,75% dan mampu menyerap tenaga kerja hingga 150 ribu orang.

Dan pemerintah berharap kepada para industri keramik dalam negeri agar terus berkontribusi sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. "Jadi, selain dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik, kami juga mendorong agar mereka bisa memperluas pasar ekspor terutama di tingkat regional," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6564 seconds (0.1#10.140)