Karma Sanksi Barat, Negara Uni Eropa Diam-diam Tetap Impor dari Rusia

Minggu, 16 Juni 2024 - 16:33 WIB
loading...
Karma Sanksi Barat,...
Negara-negara Uni Eropa tetap melanjutkan impor dari Rusia meski ketiban sanksi Barat. FOTO/Shutterstock
A A A
JAKARTA - Negara-negara Uni Eropa tetap melanjutkan impor besi dan baja dari Rusia. Berdasarkan laporan RIA Novosti, Spanyol telah kembali mengimpor baja dan besi Rusia setelah berhenti selama tiga bulan.

Madrid menghentikan pembelian logam dari negara yang terkena sanksi Barat tersebut pada bulan Desember lalu, namun kembali mengimpornya pada bulan April lalu. Data statistik yang dianalisa oleh kantor berita tersebut menunjukkan bahwa sejak saat itu Spanyol telah membeli 21.300 ton besi dan baja Rusia senilai €8 juta atau USD8,57 juta.

Menyitir Russian Today, impor Spanyol dari aluminium Rusia dilaporkan meningkat 50% menjadi €13 juta, sementara pembelian titanium meningkat hampir dua kali lipat menjadi €1,5 juta. Hal ini terjadi bahkan ketika perdagangan bilateral antara Rusia dan Spanyol turun 14% pada April menjadi €248 juta, dengan ekspor Rusia mencapai €177,2 juta.



Uni Eropa melarang impor produk besi dan baja Rusia pada tahun 2022, tak lama setelah peluncuran kampanye militer Moskow terhadap Ukraina. Pembatasan lebih lanjut melarang impor produk besi atau baja yang diproses di negara ketiga tetapi mengandung input besi atau baja yang berasal dari Rusia.

Sebagai bagian dari sanksi terkait Ukraina, Brussels telah melarang impor kawat aluminium, foil, tabung, dan pipa buatan Rusia, tetapi pembelian ingot, lempengan, dan billet aluminium dari negara tersebut tetap tidak termasuk dalam pembatasan. Aluminium, yang secara signifikan lebih ringan dari baja, sangat penting untuk pembuatan kendaraan listrik.

Rusia adalah produsen logam ringan terbesar kedua di dunia. Sanksi AS yang dijatuhkan kepada produsen Rusia, Rusal, pada bulan April 2018 membuat harga aluminium di London Metal Exchange melonjak 35% ke level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir dalam waktu beberapa hari.



Awal tahun ini, Reuters melaporkan bahwa para pembeli di seluruh Uni Eropa dan AS akan bersaing secara agresif untuk aluminium yang diproduksi di negara-negara Timur Tengah jika blok tersebut memilih untuk melarang logam Rusia di masa depan. Banyak analis percaya bahwa larangan semacam itu dapat memicu gelombang lonjakan harga seperti yang terjadi pada tahun 2018.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3760 seconds (0.1#10.140)