Mengupas Ekonomi Rusia Berorientasi Perang, Bikin Beberapa Kaum Miskin Makin Raya
loading...
A
A
A
Seorang ekonom mengatakan kepada Radio Free Europe pada hari Selasa, bahwa peningkatan kekayaan dapat menyulitkan Kremlin untuk mengurangi perang di Ukraina, karena itu juga berarti perlambatan produksi terkait militer.
Tentara dari daerah miskin yang saat ini berjuang di garis depan, kemungkinan harus berjuang dengan pendapatan yang kecil jika mereka kembali ke rumah, seperti disampaikan Davis Center for Russian and Eurasian Studies, Andrei Yakovlev di Harvard University kepada media.
Gaji yang lebih tinggi disertai dengan risiko yang besar juga. Kementerian Pertahanan Inggris memperkirakan pada Mei bahwa setengah juta tentara Rusia kemungkinan telah tewas atau terluka sejak invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Perang disebut juga berkontribusi pada krisis tenaga kerja di Rusia – mendorong militer untuk membayar lebih dari industri minyak dan gas yang menguntungkan.
Tentara Rusia menawarkan bonus kepada tentara kontrak sebesar 195.000 rubel, atau sekitar USD2.200, sementara gaji mulai dari 210.000 rubel per bulan. Sebagai perbandingan, Bloomberg menghitung bahwa pekerja di sektor minyak dan gas Rusia yang bergaji relatif tinggi membawa pulang sekitar 125.200 rubel dengan gaji normal secara bulanan dalam dua bulan pertama tahun ini.
Laporan ekonomi Rusia menunjukkan negara itu semakin terjebak dalam tantangan karena perang dan dampaknya terhadap ekonomi.
Sementara bankir sentral top Rusia, Elvira Nabiullina, dan timnya telah berhasil menstabilkan ekonomi sejauh ini, di sisi lain diyakini ada retakan yang muncul.
Awal bulan ini,CEO Sberbank – bank terbesar Rusia berdasarkan nilai aset –, Herman Gref mengatakan ekonomi negara itu "pasti dan sangat panas." Nabiullina sendiri memperingatkan pada bulan Desember bahwa ekonomi Rusia berisiko terlalu panas.
Pekan lalu, EO raksasa minyak Rusia Rosneft, Igor Sechin mengeluhkan bahwa suku bunga tinggi yang – diberlakukan untuk meredam inflasi – membuat pembiayaan sulit bagi bisnis.
Tentara dari daerah miskin yang saat ini berjuang di garis depan, kemungkinan harus berjuang dengan pendapatan yang kecil jika mereka kembali ke rumah, seperti disampaikan Davis Center for Russian and Eurasian Studies, Andrei Yakovlev di Harvard University kepada media.
Gaji yang lebih tinggi disertai dengan risiko yang besar juga. Kementerian Pertahanan Inggris memperkirakan pada Mei bahwa setengah juta tentara Rusia kemungkinan telah tewas atau terluka sejak invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Perang disebut juga berkontribusi pada krisis tenaga kerja di Rusia – mendorong militer untuk membayar lebih dari industri minyak dan gas yang menguntungkan.
Tentara Rusia menawarkan bonus kepada tentara kontrak sebesar 195.000 rubel, atau sekitar USD2.200, sementara gaji mulai dari 210.000 rubel per bulan. Sebagai perbandingan, Bloomberg menghitung bahwa pekerja di sektor minyak dan gas Rusia yang bergaji relatif tinggi membawa pulang sekitar 125.200 rubel dengan gaji normal secara bulanan dalam dua bulan pertama tahun ini.
Laporan ekonomi Rusia menunjukkan negara itu semakin terjebak dalam tantangan karena perang dan dampaknya terhadap ekonomi.
Sementara bankir sentral top Rusia, Elvira Nabiullina, dan timnya telah berhasil menstabilkan ekonomi sejauh ini, di sisi lain diyakini ada retakan yang muncul.
Awal bulan ini,CEO Sberbank – bank terbesar Rusia berdasarkan nilai aset –, Herman Gref mengatakan ekonomi negara itu "pasti dan sangat panas." Nabiullina sendiri memperingatkan pada bulan Desember bahwa ekonomi Rusia berisiko terlalu panas.
Pekan lalu, EO raksasa minyak Rusia Rosneft, Igor Sechin mengeluhkan bahwa suku bunga tinggi yang – diberlakukan untuk meredam inflasi – membuat pembiayaan sulit bagi bisnis.
(akr)