Penerimaan Negara April 2019 Tertahan di Posisi Rp530,7 Triliun

Kamis, 16 Mei 2019 - 18:33 WIB
Penerimaan Negara April 2019 Tertahan di Posisi Rp530,7 Triliun
Penerimaan Negara April 2019 Tertahan di Posisi Rp530,7 Triliun
A A A
JAKARTA - Penerimaan negara hingga April 2019 tercatat telah mencapai Rp530,7 triliun atau setara 24,5% dari target Rp2.165,1 triliun. Angka tersebut tumbuh 0,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Pendapatan negara Rp530,7 triliun. Ini 24,5% dari target. Namun dari growth pendapatan ini meningkat 0,5% dari tahun lalu yang sampai April (2018) Rp528 triliun," ujar Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati di Kantor Kementerian Keuangan, Kamis (16/5/2019).

Lebih lanjut diterangkan, rinciannya adalah penerimaan negara berasal dari perpajakan sebesar Rp436,4 triliun, PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) Rp94 triliun dan hibah Rp400 miliar. Dengan demikian, masing-masing sudah mencapai 24,4%, 24,8%, dan 81,4% terhadap target yang ditetapkan pada APBN 2019.

Selanjutnya Penerimaan perpajakan berasal dari pajak dan bea cukai yang masing-masing sebesar Rp 387 triliun dan Rp 49,4 triliun, atau 24,5% dan 23,7% dibandingkan target dalam APBN 2019.

Realisasi penerimaan pajak didukung oleh Penerimaan PPh non migas dari PPh 21, PPh 22 Impor, PPh 25/29 Badan, dan PPh Final, serta penerimaan PPN dari PPN impor. Sedangkan penerimaan kepabeanan dan cukai terutama didorong oleh penerimaan cukai yang tumbuh signifikan serta penerimaan bea masuk (BM) yang masih tumbuh seiring dengan masih tingginya aktivitas impor.

Lebih lanjut, Menkeu mengaku bakal mewaspadai pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 yang diproyeksi akan berada pada tingkat terendag. World Economic Outlook (WEO) bulan April 2019 memperkirakan pertumbuhan ekonomi global melambat ke tingkat 3,3% atau lebih rendah dibandingkan proyeksi pada WEO bulan Januari 2019 sebesar 3,5%.

"Selain itu, volume perdagangan global diperkirakan mengalami tekanan. Pelemahan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan global tersebut disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi AS, Eropa dan Tiongkok, serta perang dagang," jelasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6086 seconds (0.1#10.140)