APBN Punya Penyakit Dalam, Ekonom Didik Rachbini Sebut Indonesia Mujur Disayang Tuhan

Kamis, 24 Maret 2022 - 14:37 WIB
loading...
APBN Punya Penyakit Dalam, Ekonom Didik Rachbini Sebut Indonesia Mujur Disayang Tuhan
Ekonom Senior INDEF Didik J. Rachbini menyebutkan, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) mempunyai penyakit dalam yang seharusnya diperiksa secara mendalam. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Ekonom Senior INDEF, Didik J. Rachbini menyebutkan, Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN ) mempunyai penyakit dalam yakni masalah penerimaan yang berat. Namun beruntung, penerimaan pajak batu bara dan kelapa sawit mampu mendongkrak saat harga kelapa sawit dan batu bara naik tiga kali lipat.

"Tapi nanti setelah harganya normal, hilang lagi (penerimaannya). Coba lihat tax ratio Indonesia sekarang turun dari 20% ke 9%. Itu prestasi yang buruk, Vietnam saja 18%, Thailand 18%, jangan seperti dokter yang mendiagnosa 'oh ini cuma flu saja', padahal paru-parunya ada yang rusak. Tidak diperiksa mendalam, padahal di dalamnya berat, harus teliti melihatnya," ujar Didik dalam IDX Channel Live di Jakarta, Kamis (24/3/2022).



Menurutnya sudah sejak lama penerima negara serat yang mempengaruhi kekuatan APBN. Didik menyebut bahwa saat ini, Indonesia sedang mujur karena Tuhan memberikan 'kasih sayangnya' kepada Indonesia.

"Tapi lihat, dua tahun lagi, turun lagi. Boros. Popularitas juga tinggi karena dicekokin dengan subsidi-subsidi, jumlahnya belasan. Kita termasuk negara sosialis yang terbesar di muka bumi, karena subsidinya paling besar. Profesor Didik Rachbini diberikan subsidi karena dianggap tidak mampu, misalnya," ungkap Didik.

Belum lagi rasio utang Indonesia di tahun 2021 adalah sebesar 41% terhadap PDB. Utang ini membengkak akibat pandemi COVID-19.

"Sebelumnya DPR dan pemerintah di tahun 2020 ketok palu utang sekitar Rp640 triliun, kemudian dengan alasan COVID-19, rentenir-rentenir mengerubung, ditingkatkan utangnya jadi Rp1.220 triliun, lalu macam-macam tambahan sehingga realisasi Rp1.500 triliun, kemudian bertambah lagi. Apa artinya? Itu kritik saya," tandas Didik.



Sebagai informasi, realisasi pendapatan negara hingga 31 Desember 2021 mampu tumbuh Rp2.003,1 triliun atau 114,9% dari target APBN 2021 yang sebesar Rp1.743,6 triliun. Capaian tersebut tumbuh 21,6 persen lebih tinggi dibandingkan APBN tahun 2020 yang sebesar Rp1.647,8 triliun.

Rinciannya, penerimaan pajak telah mencapai Rp1.277,5 triliun atau 103,9% dari target APBN 2021 yang sebesar Rp1.229,6 triliun. Capaian ini tumbuh 19,2% dari penerimaan pajak tahun 2020 lalu yang sebesar Rp1.072,1 triliun akibat terpukul pandemi Covid-19.

Sementara, penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai Rp269 triliun atau 125,1% dari target yang ditetapkan dalam APBN 2021 sebesar Rp215 triliun. Tahun lalu, (penerimaan) bea dan cukai mencapai Rp213 triliun dan relatif stabil, tapi tetap sedikit kontraktif, terutama untuk bea masuk dan keluarnya. Jadi kalau sekarang tumbuh 26,3 persen, itu suatu recovery yang luar biasa.

Di sisi lain, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) telah mencapai Rp452 triliun atau 151,6 persen dari target APBN 2021 sebesar Rp298,2 triliun. Realisasi ini tumbuh 31,5 persen dibandingkan tahun 2020 yang sebesar Rp343,8 triliun.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1935 seconds (0.1#10.140)