Rusia dan Iran Selangkah Lagi Ciptakan Kartel Gas ala OPEC

Jum'at, 12 Juli 2024 - 08:01 WIB
loading...
A A A
"Sekarang Rusia telah sampai pada kesimpulan bahwa konsumsi gas di dunia akan meningkat dan kecenderungan konsumsi LNG juga meningkat dan mereka sendiri tidak dapat memenuhi permintaan dunia, jadi tidak ada ruang tersisa untuk persaingan gas (antara Rusia dan Iran)" ucap Ketua Serikat Eksportir Produk Minyak, Gas dan Petrokimia Iran, Hamid Hosseini setelah MoU Gazprom-NIOC 2022 diteken.

Dia menambahkan: "Pemenang perang Rusia-Ukraina adalah Amerika Serikat, dan itu akan merebut pasar Eropa. Jadi jika Iran dan Rusia dapat mengurangi pengaruh Amerika Serikat di pasar minyak, gas dengan bekerja sama, itu akan menguntungkan kedua negara."

Selanjutnya ada 2 elemen kunci dalam empat proyek yang terkandung dalam MoU 2022 yang diarahkan untuk membangun lebih lanjut dari 'Gas OPEC'. Salah satunya adalah bantuan Gazprom kepada NIOC dalam pengembangan ladang gas Kish dan North Pars senilai USD10 miliar.

Tujuannya kedua ladang itu menghasilkan lebih dari 10 juta metrik meter kubik (mcm) gas per hari. Poin kedua adalah dukungan raksasa gas Rusia dalam inisiatif senilai USD15 miliar untuk meningkatkan tekanan di ladang gas raksasa super South Pars di perbatasan maritim antara Iran dan Qatar.

Selanjutnya ketiga adalah bantuan Gazprom dalam menyelesaikan beberapa proyek LNG (termasuk di North Pars dan kemudian di South Pars) dan pembangunan pipa ekspor gas.

Transfer gas dari Rusia ke jaringan pipa Iran yang luas merupakan tahap awal yang vital dalam proyek ini. Dan proyek keempat adalah upaya berkelanjutan Rusia untuk mendorong kekuatan gas utama lainnya di Timur Tengah untuk bergabung dalam peluncuran bertahap kartel 'Gas OPEC'.

"Gas secara luas dipandang sebagai produk optimal dalam transisi global dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan, sehingga mengendalikan sebanyak mungkin akan menjadi kunci untuk daya berbasis energi selama sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan, seperti halnya Rusia di Eropa dengan pasokan gas dan minyaknya sebelum invasi Ukraina," ungkap sumber senior yang bekerja erat dengan Kementerian Perminyakan Iran secara eksklusif dilansir OilPrice belum lama ini.
(akr)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1781 seconds (0.1#10.140)