Terungkap! Warga Rusia Masih Doyan Simpan Dolar dan Euro di Tengah Dedolarisasi

Senin, 12 Agustus 2024 - 22:10 WIB
loading...
Terungkap! Warga Rusia...
Sekitar USD2,3 miliar atau setara Rp36,5 triliun dalam bentuk dolar dan euro dikirim ke Rusia sejak Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa memberlakukan pelarangan ekspor uang kertas. Foto/Dok
A A A
LONDON - Sekitar USD2,3 miliar atau setara Rp36,5 triliun (Kurs Rp15.896 per USD) dalam bentuk dolar Amerika (USD) dan euro dikirim ke Rusia sejak Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa memberlakukan pelarangan ekspor uang kertas ke Rusia yang dimulai pada Maret 2022. Hal itu berdasarkan data bea cukai dikutip Reuters.



Angka-angka yang sebelumnya tidak dilaporkan memperlihatkan Rusia berhasil menghindari sanksi pelarangan impor uang tunai, dan menunjukkan bahwa dolar dan euro tetap menjadi alat krusial dalam perdagangan dan perjalanan bahkan ketika Moskow berusaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang asing.

Menurut data Bea Cukai dari penyedia data komersial, menunjukkan adanya aliran uang tunai dari UEA dan Turki menuju Rusia. Sementara itu asal usul lebih dari setengah jumlah total uang tunai tersebut tidak tercatat.



Pemerintah AS pada bulan Desember mengancam hukuman bagi lembaga keuangan yang membantu Rusia menghindari sanksi, bahkan mereka telah menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah perusahaan dari negara dunia ketiga sepanjang tahun 2023 dan 2024.

Yuan China telah menyalip greenback untuk menjadi mata uang asing yang paling banyak diperdagangkan di Moskow, meskipun masih ada beberapa tantangan dalam pembayaran.

Kepala investasi Astra Asset Management di Rusia, Dmitry Polevoy mengatakan, masih banyak orang Rusia memilih menyimpan mata uang asing dalam bentuk tunai untuk perjalanan ke luar negeri, serta kebutuhan impor skala kecil, hingga tabungan domestik.

"Bagi individu, dolar masih merupakan mata uang yang dapat diandalkan," katanya kepada Reuters.

Bank sentral Rusia dan otoritas sanksi Amerika Serikat, Kantor Pengawasan Aset Asing (OFAC), tidak menanggapi permintaan komentar seperti dilansir Reuters.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1133 seconds (0.1#10.140)