Ketergantungan Gas Rusia, Negara UE Nyalakan Alarm Tanda Bahaya
loading...
A
A
A
BRUSSEL - Kementerian Energi Austria memperingatkan soal risiko besar yang harus dihadapi, dari kebijakan menghentikan impor gas Rusia . Tingginya ketergantungan para anggota Uni Eropa (UE) terhadap gas Rusia, memicu kekhawatiran apabila secara tiba-tiba harus berhenti mengonsumsi bahan bakar dari negara yang terkena sanksi tersebut.
Harga gas Eropa mulai melonjak naik pada pekan lalu seiring ancaman kekurangan pasokan, usai pasukan Ukraina meluncurkan serangan lintas batas kepada Wilayah Kursk Rusia. Salah satu kota yang terkena dampak bentrokan adalah Sudzha, yang terletak sekitar 9 km dari perbatasan.
Kota ini adalah rumah bagi stasiun pengukur bahan bakar terakhir tersisa yang beroperasi antara Ukraina dan Rusia.
"Selama ada ketergantungan pada pasokan gas Rusia, ada risiko besar pada gangguan pasokan dan konsekuensi yang lebih luas," tulis Kementerian energi Austria pada Senin malam, menurut laporan itu.
"Kita harus mengakhiri ketergantungan Austria pada pasokan gas Rusia sesegera mungkin," katanya.
Wina sejauh ini sudah berusaha untuk mengakhiri ketergantungannya selama beberapa dekade pada gas Rusia, sejak dimulainya konflik Ukraina. Namun Austria gagal menemukan pemasok alternatif, karena impor dari negara lain terbukti jauh lebih mahal.
Impor gas Rusia Austria mencapai tingkat pra-konflik Ukraina tahun lalu, karena negara itu mengimpor hampir dua kali lipat jumlah gas yang dibutuhkan ekonominya. Pasokan gas Rusia yang stabil dan peningkatan pengiriman memungkinkan Wina menjadi pengekspor energi bersih untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.
Awal bulan ini, media melaporkan bahwa koalisi yang berkuasa di Austria berjanji bakal mengakhiri impor gas Rusia pada tahun 2027 sebagai bagian dari transformasi sistem energi negara yang lebih luas.
Pemerintah Austria diperkirakan akan mempresentasikan road map secara terperinci soal rencana tersebut menjelang pemilihan nasional pada 29 September.
Sementara itu pada bulan Februari, Menteri Energi Austria, Leonor Gewessler mendesak perlunya langkah-langkah radikal yang harus diambil untuk menghentikan ketergantungan negara itu pada gas Rusia. Termasuk melanggar kesepakatan jangka panjang yang ditandatangani perusahaan energi negara OMV dengan Gazprom Rusia hingga 2040.
Di sisi lain Menteri Leonor mengakui bahwa pangsa impor gas Austria dari Rusia terus tumbuh, dan mencapai rekor tertinggi 98% pada bulan Desember.
Disebutkan skenario terburuk yang diterbitkan oleh pemerintah, yakni membayangkan penghentian mendadak aliran gas Rusia, maka untuk kasus ini Austria tidak akan dapat mengirimkan lebih banyak bahan bakar melalui Italia, dan penyimpanan gas dapat tenggelam menjadi hanya 15% dari kapasitas pada tahun 2026.
Skenario yang lebih mungkin yakni membayangkan pasokan Rusia berhenti mulai Januari 2025, dan penyimpanan pada level 60% dari kapasitas menuju tahun 2027, menurut Bloomberg.Gazprom Rusia sebelumnya melaporkan bahwa transit gas melalui Sudzha berlanjut sejalan dengan volume kontrak.
Harga gas Eropa mulai melonjak naik pada pekan lalu seiring ancaman kekurangan pasokan, usai pasukan Ukraina meluncurkan serangan lintas batas kepada Wilayah Kursk Rusia. Salah satu kota yang terkena dampak bentrokan adalah Sudzha, yang terletak sekitar 9 km dari perbatasan.
Kota ini adalah rumah bagi stasiun pengukur bahan bakar terakhir tersisa yang beroperasi antara Ukraina dan Rusia.
"Selama ada ketergantungan pada pasokan gas Rusia, ada risiko besar pada gangguan pasokan dan konsekuensi yang lebih luas," tulis Kementerian energi Austria pada Senin malam, menurut laporan itu.
"Kita harus mengakhiri ketergantungan Austria pada pasokan gas Rusia sesegera mungkin," katanya.
Wina sejauh ini sudah berusaha untuk mengakhiri ketergantungannya selama beberapa dekade pada gas Rusia, sejak dimulainya konflik Ukraina. Namun Austria gagal menemukan pemasok alternatif, karena impor dari negara lain terbukti jauh lebih mahal.
Impor gas Rusia Austria mencapai tingkat pra-konflik Ukraina tahun lalu, karena negara itu mengimpor hampir dua kali lipat jumlah gas yang dibutuhkan ekonominya. Pasokan gas Rusia yang stabil dan peningkatan pengiriman memungkinkan Wina menjadi pengekspor energi bersih untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.
Awal bulan ini, media melaporkan bahwa koalisi yang berkuasa di Austria berjanji bakal mengakhiri impor gas Rusia pada tahun 2027 sebagai bagian dari transformasi sistem energi negara yang lebih luas.
Pemerintah Austria diperkirakan akan mempresentasikan road map secara terperinci soal rencana tersebut menjelang pemilihan nasional pada 29 September.
Sementara itu pada bulan Februari, Menteri Energi Austria, Leonor Gewessler mendesak perlunya langkah-langkah radikal yang harus diambil untuk menghentikan ketergantungan negara itu pada gas Rusia. Termasuk melanggar kesepakatan jangka panjang yang ditandatangani perusahaan energi negara OMV dengan Gazprom Rusia hingga 2040.
Di sisi lain Menteri Leonor mengakui bahwa pangsa impor gas Austria dari Rusia terus tumbuh, dan mencapai rekor tertinggi 98% pada bulan Desember.
Disebutkan skenario terburuk yang diterbitkan oleh pemerintah, yakni membayangkan penghentian mendadak aliran gas Rusia, maka untuk kasus ini Austria tidak akan dapat mengirimkan lebih banyak bahan bakar melalui Italia, dan penyimpanan gas dapat tenggelam menjadi hanya 15% dari kapasitas pada tahun 2026.
Skenario yang lebih mungkin yakni membayangkan pasokan Rusia berhenti mulai Januari 2025, dan penyimpanan pada level 60% dari kapasitas menuju tahun 2027, menurut Bloomberg.Gazprom Rusia sebelumnya melaporkan bahwa transit gas melalui Sudzha berlanjut sejalan dengan volume kontrak.
(akr)