China Merasa Bersalah Atas Kerusakan Pipa Gas Laut Baltik, Ada Apa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - China secara resmi mengakui bahwa salah satu kapalnya, New Polar Bear, secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan yang signifikan pada pipa gas Laut Baltik yang penting menghubungkan Estonia dan Finlandia.
Insiden yang terjadi pada 8 Oktober 2023 lalu ini telah menimbulkan kekhawatiran atas keamanan dan kerentanan infrastruktur bawah laut yang penting di wilayah tersebut. Kapal milik China tersebut terjebak dalam badai besar ketika jangkarnya dilaporkan terseret di dasar laut, yang mengakibatkan kerusakan pada pipa penghubung Baltik dan dua kabel telekomunikasi.
Baca Juga: Iran Kobarkan Perang Lawan Israel: Anggap Tugas Agama, Mundur Bisa Datangkan Murka Ilahi
Investigasi internal yang dilakukan oleh pihak berwenang China mengungkapkan jejak seret selebar 1,5 hingga 4 meter yang mengarah langsung ke titik kerusakan mengonfirmasi bahwa jangkar telah berbenturan dengan pipa gas.
Insiden ini telah mendorong Estonia dan Finlandia melakukan investigasi kriminal bersama, dengan permintaan bantuan hukum kepada China untuk mengumpulkan bukti dari kapal dan awaknya. Hingga saat ini, pihak berwenang China belum memberikan tanggapan yang memuaskan atas permintaan tersebut, sehingga semakin memperumit situasi diplomatik.
Pipa gas penghubung Baltik memainkan peran penting dalam rantai pasokan energi antara Finlandia dan Estonia. Melansir BGTN, kerusakan tersebut tidak hanya mengganggu aliran energi tetapi juga meningkatkan kekhawatiran tentang keamanan infrastruktur bawah laut terutama di wilayah yang sudah waspada karena insiden sebelumnya yang melibatkan Pipa Nord Stream.
Insiden ini telah memperburuk ketegangan dan kecurigaan yang sudah ada di antara negara-negara Baltik terkait aktivitas China di wilayah tersebut. Mengingat hubungan dekat China dengan Rusia, situasi ini telah meningkatkan pengawasan terhadap niat dan pengaruh Beijing di Laut Baltik sebuah wilayah yang memiliki sensitivitas geopolitik yang signifikan.
Pengakuan tanggung jawab China menggarisbawahi tantangan kompleks yang terkait dengan operasi maritim internasional, terutama di wilayah yang bergejolak secara politik.
Investigasi dan negosiasi diplomatik yang sedang berlangsung kemungkinan besar akan membentuk kebijakan masa depan tentang keselamatan maritim dan kerja sama internasional di wilayah tersebut.
Insiden yang terjadi pada 8 Oktober 2023 lalu ini telah menimbulkan kekhawatiran atas keamanan dan kerentanan infrastruktur bawah laut yang penting di wilayah tersebut. Kapal milik China tersebut terjebak dalam badai besar ketika jangkarnya dilaporkan terseret di dasar laut, yang mengakibatkan kerusakan pada pipa penghubung Baltik dan dua kabel telekomunikasi.
Baca Juga: Iran Kobarkan Perang Lawan Israel: Anggap Tugas Agama, Mundur Bisa Datangkan Murka Ilahi
Investigasi internal yang dilakukan oleh pihak berwenang China mengungkapkan jejak seret selebar 1,5 hingga 4 meter yang mengarah langsung ke titik kerusakan mengonfirmasi bahwa jangkar telah berbenturan dengan pipa gas.
Insiden ini telah mendorong Estonia dan Finlandia melakukan investigasi kriminal bersama, dengan permintaan bantuan hukum kepada China untuk mengumpulkan bukti dari kapal dan awaknya. Hingga saat ini, pihak berwenang China belum memberikan tanggapan yang memuaskan atas permintaan tersebut, sehingga semakin memperumit situasi diplomatik.
Pipa gas penghubung Baltik memainkan peran penting dalam rantai pasokan energi antara Finlandia dan Estonia. Melansir BGTN, kerusakan tersebut tidak hanya mengganggu aliran energi tetapi juga meningkatkan kekhawatiran tentang keamanan infrastruktur bawah laut terutama di wilayah yang sudah waspada karena insiden sebelumnya yang melibatkan Pipa Nord Stream.
Insiden ini telah memperburuk ketegangan dan kecurigaan yang sudah ada di antara negara-negara Baltik terkait aktivitas China di wilayah tersebut. Mengingat hubungan dekat China dengan Rusia, situasi ini telah meningkatkan pengawasan terhadap niat dan pengaruh Beijing di Laut Baltik sebuah wilayah yang memiliki sensitivitas geopolitik yang signifikan.
Pengakuan tanggung jawab China menggarisbawahi tantangan kompleks yang terkait dengan operasi maritim internasional, terutama di wilayah yang bergejolak secara politik.
Investigasi dan negosiasi diplomatik yang sedang berlangsung kemungkinan besar akan membentuk kebijakan masa depan tentang keselamatan maritim dan kerja sama internasional di wilayah tersebut.
(nng)