Wow! Bisnis Vaksin Dunia Tembus Rp 850 Triliun, Belum Termasuk Vaksin Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Korban akibat pandemi Virus Covid 19 terus berjatuhan. Di Indonesia , mereka yag terjangkit virus ini trennya terlihat terus meningkat. Begitu juga mereka yang dinyatakan sembuh, alias negatif corona. Meski mereka yang dinyatakan sembuh terus meningkat sudah lebih dari 111 ribu orang, belum ada yang memastikan kapan pandemi ini berakhir.
Prediksi kapan berakhirnya pandemi ini bisa terjawab jika vaksin Covid 19 sudah tersedia. Hampir semua negara di dunia saat ini termasuk Indonesia mulai terlihat sibuk, berlomba untuk bisa mendapatkan stok vaksin Covid 19. Santer kabar yang beredar vaksin yang ditungu-tunggu umat manusia ini, siap digunakan mulai tahun 2021. Lihat Infografis: Vaksin Corona Indonesia Diprediksi Tersedia Pertengahan 2021
Presdien Joko Widodo mengungkapkan Indonesia tergolong negara yang cepat dalam mengantisipasi kebutuhan vaksin ini. Dalam rapat terbatas laporan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, yang berlangsung Senin lalu (24/8/2020), Presiden menegaskan Indonesia telah memiliki komitmen 290 juta vaksin COVID-19 sampai 2021. Baca Juga: Fortune Business InsightSungguh sebuah nilai bisnis yang amat jumbo.
Kedatangan Virus Covid 19 membawa berkah bagi bisnis vaksin di dunia. Pasalnya sepanjang kurun waktu 2020-2027 pertumbuhan bisnis vaksin di prediksi oleh Fortune Business Insight r ata-rata per tahun akan mencapai 10,7%. Sebelumnya pertumbuhan bisnis vaksin dunia hanya dikisaran 8% hingga 9% saja per tahun.
Begitu besarnya skala bisnis vaksin, tak heran jika Presdien Joko Widodo sudah menyatakan Indonesia bisa saja membantu untuk memasok vaksin ke negara-negara yang membutuhkan. Jika stok di dalam negeri berlebih. Bagi mereka yang punya modal besar saat ini, bisnis yang menjanjian memang vaksin. Itu sebabnya juga Bill Gates, salah satu orang terkaya di dunia, rela menggelontorkan dana hingga USD 750 juta setara dengan Rp 10,5 triliun untuk membantu pengadaan dan produksi 300 juta dosis vaksin Covid 19 buatan Oxford University.
Bisnis vaksin memang benar-benar jadi lahan basah saat ini . Apalagi setelah WHO terang-terangan akan membeli 2 miliar dosis vaksin Covid 19. Vaksin yang dbeli oleh WHO itu kabarnya akan dibagikan kepada penduduk miskin di negara-negara yang tak mampu menyediakan stok vaksin tersebut dalam jumlah yang mencukupi.
Baca juga: China Sejak Juli Sudah Berikan Vaksin Corona kepada Tenaga Medis
Kabarnya harga vaksin Covid 19 ini akan dibandrol dengan harga antara USD5 hingga USD10 per dosis. Jika penduduk dunia saat ini berjumlah 7 miliar dan butuh minimal dua kali vaksin agar tubuhnya kebal dari serangan virus yang mematikan ini, maka dunia membutuhkan tak kurang dari 14 miliar dosis vaksin. Sudah bisa dihitung berapa nilai bisns untuk vaksin Covid 19 ini.
Ekspor Ke 132 Negara
Indonesia sendiri membutuhkan sekitar 350 juta dosis Vakisn Covid 19. Menurut Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Dany Amrul Ichdan, untuk memenuhi kebutuhan vaksin sebanyak itu, pemerintah harus menyiapkan anggaran sebesar Rp 25 triliun hingga Rp 30 triliun.
Selain vaksin Covid 19, dunia juga masih membutuhkan bermacam vaksin untuk mencegah pandemi dari penyakit yang lain. Misalnya influenza, flu babi (influenza H1N1), hepatitis, tuberculosis, diphtheria, ebola dan meningitis. hingga kini Jenis vaksin-vaksin inilah yang paling banyak dibutuhkan pasar.
Layaknya produk ritel, produk vaksin juga mengenal berbagai katagori. Produk vaksin dibuat bukan hanya berdasarkan jenis penyakit. Dibuat juga berdasarkan usia. Di pasaran dunia ada dua jenis produk vaksin berdasarkan umur, vaksin untuk anak-anak dan untuk orang dewasa.
Data yang disampaikan oleh Zion Market Research yang dipublikasikan olehPharmaceutical Processing World, nilai bisnis vaksin untuk orang dewasa pada 2024 akan menjadi USD11,7 miliar dri sebelumnya USD4,4 miliar di tahun 2014. Sementara produk vaksin untuk anak-anak akan meningkat dari USD6,1 miliar di 2014 menjadi USD13,8 miliar di 2024.
Berdasarkan jenis produk vaksin, ada yang berupa recombinant/conjugate/subunit. Lalu ada yang berbentuk inactivated, live attenuated dan juga toxoid. Vaksin dengan bentuk recombinant, saat ini menjadi produk vaksin yang mendominasi pasar dunia. Nilainya mencapai USD 10,82 miliar pada 2019 dan diprediksi akan mencapai USD 25,32 pada 2027 mendatang.
Lalu berdasarkan cara memasukan vaksin ke dalam tubuh manusia juga terdiri dari dua produk. Vaksin yang diberikan secara oral, seperti vaksin polio dan vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh.
Lalu siapa saja perusahaan-perusahaan vakisn di dunia yang jadi pemain besar di pasar ini. Perusahaan vaksin asal Uni Emirat Arab (UEA), G42 Healthcare AI Holding Rsc Ltd, yang menjadi salah satu mitra Indonesia dalam pengadaan vaksin, belum termasuk dalam 10 besar perusahaan vaksin dunia.
Demikian juga dengan tiga perusahaan vaksin asal China yang bekerjasama dengan Indonesia dalam pengadaan vaksin. Yakni Sinovac Biotech Ltd, China National Biotec Group (Sinopharm) dan CanSino, belum masuk dalam deretan perusahaan vaksin yang menguasai pasar dunia.
Baca Juga :Kerja Sama dengan Indonesia, Perusahaan China Uji Klinis Tahap III di UEA
Perusahaan farmasi asal Inggris, GlaxoSmithKline (GSK) tercatat sebagai perusahaan yang menguasai sekitar 23% pasar vaksin dunia. GSK telah menjual lebih dari 2 juta vaksin setiap hari untuk masyarakat di 170 negara.
Di bawah dominasi GSK, ada Merck & Co, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS). Perusahaan tersebut berhasil mengantongi USD 6,54 miliar atau Rp97,8 triliun dari penjualan vaksin di seluruh dunia dengan pangsa pasar 18%.
Perusahaan ini awalnya merupakan anak perusahaan dari perusahaan Jerman, Merck KGaA. Sama seperti aset Jerman lainnya di AS, Merck & Co. adalah perusahaan pampasan Perang Dunia I 1917 dan kemudian dibentuk badan usaha mandiri yang berdiri bebas. Perusahaan ini sekarang masuk dalam daftar lima perusahaan terbesar pharmaceutical dunia.
Posisi selanjutnya ditempati oleh Sanofi S.SA, perusahaan farmasi asal Perancis. Sanofi menguasai sekitar 17 persen pangsa pasar vaksin di seluruh dunia. Sanofi secara global mempekerjakan lebih dari 110.000 karyawan di 100 negara. Dengan anggaran riset lebih lebih dari 4,4 miliar euro atau setara Rp52,2 triliun, Sanofi Group menjadi sebagai satu dari tiga pelaku riset terbesar di kalangan industri farmasi dunia.
Selanjutnya Pfizer, perusahaan farmasi asal AS yang menguasai 13 persen bisnis vaksin di seluruh dunia dengan pendapatan USD 6 miliar (Rp89,9 triliun) pada 2017.
Di kawasan Asia Tenggara, PT Bio Farma (Persero) menjadi satu-satunya perusahaan yang diakui sebagai pemasok vaksin di kawasan ini oleh badan kesehatan dunia atau WHO. Selain itu, sebanyak 132 negara telah mengimpor vaksin dari perusahaan ini.
Prediksi kapan berakhirnya pandemi ini bisa terjawab jika vaksin Covid 19 sudah tersedia. Hampir semua negara di dunia saat ini termasuk Indonesia mulai terlihat sibuk, berlomba untuk bisa mendapatkan stok vaksin Covid 19. Santer kabar yang beredar vaksin yang ditungu-tunggu umat manusia ini, siap digunakan mulai tahun 2021. Lihat Infografis: Vaksin Corona Indonesia Diprediksi Tersedia Pertengahan 2021
Presdien Joko Widodo mengungkapkan Indonesia tergolong negara yang cepat dalam mengantisipasi kebutuhan vaksin ini. Dalam rapat terbatas laporan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, yang berlangsung Senin lalu (24/8/2020), Presiden menegaskan Indonesia telah memiliki komitmen 290 juta vaksin COVID-19 sampai 2021. Baca Juga: Fortune Business InsightSungguh sebuah nilai bisnis yang amat jumbo.
Kedatangan Virus Covid 19 membawa berkah bagi bisnis vaksin di dunia. Pasalnya sepanjang kurun waktu 2020-2027 pertumbuhan bisnis vaksin di prediksi oleh Fortune Business Insight r ata-rata per tahun akan mencapai 10,7%. Sebelumnya pertumbuhan bisnis vaksin dunia hanya dikisaran 8% hingga 9% saja per tahun.
Begitu besarnya skala bisnis vaksin, tak heran jika Presdien Joko Widodo sudah menyatakan Indonesia bisa saja membantu untuk memasok vaksin ke negara-negara yang membutuhkan. Jika stok di dalam negeri berlebih. Bagi mereka yang punya modal besar saat ini, bisnis yang menjanjian memang vaksin. Itu sebabnya juga Bill Gates, salah satu orang terkaya di dunia, rela menggelontorkan dana hingga USD 750 juta setara dengan Rp 10,5 triliun untuk membantu pengadaan dan produksi 300 juta dosis vaksin Covid 19 buatan Oxford University.
Bisnis vaksin memang benar-benar jadi lahan basah saat ini . Apalagi setelah WHO terang-terangan akan membeli 2 miliar dosis vaksin Covid 19. Vaksin yang dbeli oleh WHO itu kabarnya akan dibagikan kepada penduduk miskin di negara-negara yang tak mampu menyediakan stok vaksin tersebut dalam jumlah yang mencukupi.
Baca juga: China Sejak Juli Sudah Berikan Vaksin Corona kepada Tenaga Medis
Kabarnya harga vaksin Covid 19 ini akan dibandrol dengan harga antara USD5 hingga USD10 per dosis. Jika penduduk dunia saat ini berjumlah 7 miliar dan butuh minimal dua kali vaksin agar tubuhnya kebal dari serangan virus yang mematikan ini, maka dunia membutuhkan tak kurang dari 14 miliar dosis vaksin. Sudah bisa dihitung berapa nilai bisns untuk vaksin Covid 19 ini.
Ekspor Ke 132 Negara
Indonesia sendiri membutuhkan sekitar 350 juta dosis Vakisn Covid 19. Menurut Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Dany Amrul Ichdan, untuk memenuhi kebutuhan vaksin sebanyak itu, pemerintah harus menyiapkan anggaran sebesar Rp 25 triliun hingga Rp 30 triliun.
Selain vaksin Covid 19, dunia juga masih membutuhkan bermacam vaksin untuk mencegah pandemi dari penyakit yang lain. Misalnya influenza, flu babi (influenza H1N1), hepatitis, tuberculosis, diphtheria, ebola dan meningitis. hingga kini Jenis vaksin-vaksin inilah yang paling banyak dibutuhkan pasar.
Layaknya produk ritel, produk vaksin juga mengenal berbagai katagori. Produk vaksin dibuat bukan hanya berdasarkan jenis penyakit. Dibuat juga berdasarkan usia. Di pasaran dunia ada dua jenis produk vaksin berdasarkan umur, vaksin untuk anak-anak dan untuk orang dewasa.
Data yang disampaikan oleh Zion Market Research yang dipublikasikan olehPharmaceutical Processing World, nilai bisnis vaksin untuk orang dewasa pada 2024 akan menjadi USD11,7 miliar dri sebelumnya USD4,4 miliar di tahun 2014. Sementara produk vaksin untuk anak-anak akan meningkat dari USD6,1 miliar di 2014 menjadi USD13,8 miliar di 2024.
Berdasarkan jenis produk vaksin, ada yang berupa recombinant/conjugate/subunit. Lalu ada yang berbentuk inactivated, live attenuated dan juga toxoid. Vaksin dengan bentuk recombinant, saat ini menjadi produk vaksin yang mendominasi pasar dunia. Nilainya mencapai USD 10,82 miliar pada 2019 dan diprediksi akan mencapai USD 25,32 pada 2027 mendatang.
Lalu berdasarkan cara memasukan vaksin ke dalam tubuh manusia juga terdiri dari dua produk. Vaksin yang diberikan secara oral, seperti vaksin polio dan vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh.
Lalu siapa saja perusahaan-perusahaan vakisn di dunia yang jadi pemain besar di pasar ini. Perusahaan vaksin asal Uni Emirat Arab (UEA), G42 Healthcare AI Holding Rsc Ltd, yang menjadi salah satu mitra Indonesia dalam pengadaan vaksin, belum termasuk dalam 10 besar perusahaan vaksin dunia.
Demikian juga dengan tiga perusahaan vaksin asal China yang bekerjasama dengan Indonesia dalam pengadaan vaksin. Yakni Sinovac Biotech Ltd, China National Biotec Group (Sinopharm) dan CanSino, belum masuk dalam deretan perusahaan vaksin yang menguasai pasar dunia.
Baca Juga :Kerja Sama dengan Indonesia, Perusahaan China Uji Klinis Tahap III di UEA
Perusahaan farmasi asal Inggris, GlaxoSmithKline (GSK) tercatat sebagai perusahaan yang menguasai sekitar 23% pasar vaksin dunia. GSK telah menjual lebih dari 2 juta vaksin setiap hari untuk masyarakat di 170 negara.
Di bawah dominasi GSK, ada Merck & Co, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS). Perusahaan tersebut berhasil mengantongi USD 6,54 miliar atau Rp97,8 triliun dari penjualan vaksin di seluruh dunia dengan pangsa pasar 18%.
Perusahaan ini awalnya merupakan anak perusahaan dari perusahaan Jerman, Merck KGaA. Sama seperti aset Jerman lainnya di AS, Merck & Co. adalah perusahaan pampasan Perang Dunia I 1917 dan kemudian dibentuk badan usaha mandiri yang berdiri bebas. Perusahaan ini sekarang masuk dalam daftar lima perusahaan terbesar pharmaceutical dunia.
Posisi selanjutnya ditempati oleh Sanofi S.SA, perusahaan farmasi asal Perancis. Sanofi menguasai sekitar 17 persen pangsa pasar vaksin di seluruh dunia. Sanofi secara global mempekerjakan lebih dari 110.000 karyawan di 100 negara. Dengan anggaran riset lebih lebih dari 4,4 miliar euro atau setara Rp52,2 triliun, Sanofi Group menjadi sebagai satu dari tiga pelaku riset terbesar di kalangan industri farmasi dunia.
Selanjutnya Pfizer, perusahaan farmasi asal AS yang menguasai 13 persen bisnis vaksin di seluruh dunia dengan pendapatan USD 6 miliar (Rp89,9 triliun) pada 2017.
Di kawasan Asia Tenggara, PT Bio Farma (Persero) menjadi satu-satunya perusahaan yang diakui sebagai pemasok vaksin di kawasan ini oleh badan kesehatan dunia atau WHO. Selain itu, sebanyak 132 negara telah mengimpor vaksin dari perusahaan ini.
(eko)