Manufaktur Global Melambat, Indonesia Justru Melesat

Jum'at, 11 Oktober 2019 - 15:01 WIB
Manufaktur Global Melambat, Indonesia Justru Melesat
Manufaktur Global Melambat, Indonesia Justru Melesat
A A A
JAKARTA - Laporan yang dirilis United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) menyebutkan bahwa kuartal I/2019 diwarnai dengan perlambatan sektor manufaktur di beberapa belahan dunia. Ini terjadi karena dampak perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China serta pemberlakuan tarif dari Uni Eropa (UE).

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono membenarkan kondisi tersebut, dengan indikasi permintaan yang menurun di pasar.

"Saat ini perekonomian global sedang melambat, karena ada faktor-faktor internasional. Kondisi ini berimbas pada produksi sektor industri di sejumlah negara dunia," tuturnya di Jakarta, Jumat (11/10/2019).

Berdasarkan data UNIDO, pada kuartal I/2019, tingkat pertumbuhan manufaktur dari negara-negara industri hanya sekitar 0,4% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi secara konsisten di setiap triwulan, yang sebelumnya mencapai 3,5% pada akhir 2017.

Amerika Utara contohnya, mencatat tingkat pertumbuhannya secara year-on-year (y-o-y) hanya 1,8%. Ini menunjukkan penurunan 2,5% dari capaian pada kuartal IV/2018.

Sementara, Amerika Latin bahkan mengalami pertumbuhan negatif di kuartal pertama tahun ini. Kontraksi terjadi 1,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh resesi yang berkelanjutan dari Argentina dan penurunan angka manufaktur Brasil.

Sementara itu, rencana Inggris menarik diri dari Uni Eropa (Brexit)menimbulkan ketidakpastian yang berdampak bagi masa depan ekonomi di wilayah tersebut. Merujuk data UNIDO, pertumbuhan sektor industri manufaktur di Eropa hanya 0,3%.

Selanjutnya, data kuartal pertama tahun ini menunjukkan pula tingkat pertumbuhan sektor manufaktur yang anjlok secara y-o-y dialami oleh dua negara ekonomi besar di wilayah Eropa, yakni Jerman dan Italia, yang masing-masing turun 2,3% dan 0,9%.

Data UNIDO juga memperlihatkan, pertumbuhan sektor industri yang negatif di beberapa negara Asia, antara lain adalah Taiwan -3,7%, Korea Selatan -1,7%, Jepang -1,1%, dan Singapura -0,3%.

Namun, di tengah perlambatan tersebut, pertumbuhan justru dialami oleh Indonesia dan Vietnam yang masing-masing sebesar 5,1% dan 4,1%.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengemukakan, Indonesia sedang merevitalisasi industri manufaktur melalui implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Upaya ini merupakan sebuah strategi kesiapaan dalam memasuki era industri 4.0 serta mengejar target menjadi bagian dari 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada tahun 2030.

"Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengakselerasi industri manufaktur nasional agar terus melakukan inovasi melalui pemanfaatan teknologi modern dan kegiatan litbang. Hal ini diyakini juga dapat memacu produktivitas lebih efisien sehingga mendongkrak daya saing industri kita," paparnya.

Menperin menambahkan, guna mewujudkan sasaran tersebut, pemerintah saat ini telah bertekad untuk semakin menciptakan iklim investasi yang kondusif. Kebijakan strategis yang sudah dijalankan, antara lain memberikan kemudahan izin usaha serta memfasilitasi insentif fiskal dan nonfiskal.

Kemenperin mencatat, PDB dari sektor manufaktur Indonesia mencapai Rp565 triliun pada kuartal II/2019, meningkat dibanding perolehan di kuartal I/2019 yang sebesar Rp555 triliun. Capaian kuartal kedua tersebut tertinggi, karena rata-rata PDB manufaktur Indonesia per kuartal adalah sekitar Rp468 triliun dari periode 2010-2019.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6167 seconds (0.1#10.140)