Menakar Efek Sanksi Keuangan Barat terhadap Perbankan Rusia

Selasa, 03 September 2024 - 13:35 WIB
loading...
Menakar Efek Sanksi...
Sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia terkait invasi di Ukraina, diyakini bakal memicu krisis perbankan skala penuh. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia terkait invasi di Ukraina, diyakini bakal memicu krisis perbankan skala penuh. Retail Banker International menyimpulkan bagaimana bank- bank Rusia mendapat pukulan telak dari sanksi dan usai dipaksa keluar dari sistem pembayaran global, SWIFT.

Sistem Perbankan Rusia

Daftar deretan bank di Rusia mencakup 333 bank yang beroperasi dan 35 lembaga keuangan non-bank per 1 Februari 2022.

Sebanyak 13 bank menyumbang 77% dari total aset sektor perbankan dan dikategorikan sebagai lembaga kredit yang penting secara sistemik. Bank-bank tersebut termasuk UniCredit Bank, Gazprombank, Sovcombank, VTB Bank, Alfa-Bank, Sberbank, Credit Bank of Moscow, Bank Otkritie Financial Corporation (Otkritie), Rosbank, Tinkoff Bank, Promsvyazbank, Raiffeisenbank dan Rosselkhozbank.

Per Desember 2021, Sberbank memegang pangsa pasar terbesar dari total aset (32,6%) di antara 13 lembaga kredit penting secara sistematis di Rusia. Selanjutnya diikuti oleh VTB Bank (16,4%), Gazprombank (7,1%) dan Alfa-Bank (4,8%), menurut data JP Morgan seperti dikutip FT.

Sanksi SWIFT Menghantam Bank-bank Rusia

Amerika beserta dengan negara-negara sekutunya terus menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas invasi Ukraina. Uni Eropa (UE) sepakat untuk melarang 7 bank Rusia mengakses sistem pembayaran internasional SWIFT.



Bank-bank Rusia yang terancam akan dikeluarkan dari SWIFT termasuk VTB Bank, Bank Rossiya, Bank Otkritie, Novikombank, PromsvyazbankPJSC, Sovcombank PJSC, dan VEB. RF (VEB). Pada 3 Maret 2022, Jepang mengumumkan rencananya pembekuan aset VTB Bank, Sovcombank, Novikombank, dan Otkritie.

Sebelumnya Jepang sudah lebih dulu membekukan aset bank sentral Rusia, Bank Sentral Rusia (CBR) , serta bank milik negara Promsvyazbank dan Vnesheconombank.

Sanksi tersebut mencegah kartu yang dikeluarkan oleh beberapa bank ini untuk bisa digunakan di luar Rusia serta mencegah akses ke sistem pembayaran seluler seperti Apple Pay dan Google Pay.

Beberapa bank Rusia termasuk Sberbank dan Tinkoff berencana untuk menerbitkan kartu bersama dengan sistem pembayaran Mir domestik dan UnionPay China. Langkah ini dilakukan sebagai tanggapan atas pengumuman yang dibuat oleh perusahaan pembayaran, Visa dan Mastercard, untuk menangguhkan operasi mereka di Rusia.

Menyusul sanksi barat seperti memblokir cadangan devisa Rusia, Rubel terjun bebas terhadap dolar, bahkan Rubel jatuh seperempat terhadap USD sejak awal invasi. CBR kemudian bereaksi dengan menaikkan suku bunga utama menjadi 20% per tahun dari 9,5%.

Pada 8 Maret 2022, CBR memberlakukan batasan USD10.000 untuk penarikan tunai oleh warga negara yang memegang rekening mata uang asing. Pembatasan tersebut diberlakukan sebagai tanggapan atas kurangnya arus masuk dolar karena sanksi yang dijatuhkan pada Rusia.

UniCredit yang berbasis di Italia sempat mengungkapkan potensi penghapusan bisnisnya di Rusia yang dioperasikan melalui anak perusahaan, UniCredit Bank dapat menyebabkan kerugian sebesar USD8,1 miliar.

Saat awal sanksi, saham dua pemberi pinjaman terbesar Rusia, Sberbank dan VTB masing-masing anjlok 50,4% dan 51,6% sebagai imbasnya.Bank-bank utama di Rusia sudah merasakan panasnya sanksi, yang memengaruhi pelanggan serta operasi mereka.

Dampaksanksi Barat terhadap 6 bank besar Rusa

1. Sberbank Rusia (Sberbank)


Mayoritas saham dimiliki oleh Federasi Rusia, Sberbank adalah lembaga keuangan terbesar di Rusia dalam hal total aset dan juga memiliki pangsa simpanan tabungan terbesar. Karena sangat terhubung dengan sistem keuangan global, membuat posisinya menjadi sasaran empuk.

AS menjatuhkan sanksi yang membatasi Sberbank dan 25 anak perusahaannya melakukan transaksi keuangan dengan lembaga keuangan AS. Sementara Inggris memberlakukan sanksi yang mencegah bank menyelesaikan pembayaran dalam poundsterling.

Bank Sentral Eropa (ECB) merekomendasikan penutupan Sberbank Eropa serta anak perusahaannya di Kroasia dan Slovenia, karena melemahnya posisi likuiditasnya menyusul arus keluar deposito.

ECB khawatir bahwa Sberbank mungkin tidak dapat membayar utang dan kewajiban lainnya di masa depan. Berbasis di Austria, Sberbank Eropa adalah cabang Eropa dari Sberbank.

Otoritas Pasar Keuangan Austria (FMA) memerintahkan penutupan Sberbank Eropa pada 2022 dan memulai proses likuiditas, menyusul keputusan ECB. Lisensi untuk anak perusahaan Sberbank Eropa di Hongaria, Sberbank Magyarország, juga dicabut dengan alasan masalah likuiditas.

Namun, anak perusahaan Kroasia Sberbank Eropa dijual ke Hrvatska Poštanska Banka d.d. (Bank Pos Kroasia) dan anak perusahaan Slovenia dijual ke Nova ljubljanska banka d.d. (NLB d.d.) pada tanggal 1 Maret yang memungkinkan bank untuk beroperasi secara normal.

AS mengumumkan sanksi pemblokiran penuh terhadap Sberbank pada April 2022. Sanksi tersebut berlaku untuk 42 anak perusahaan bank dan membekukan aset apa pun yang berinteraksi dengan sistem keuangan AS.

2. VTB Bank


VTB adalah lembaga keuangan terbesar kedua di Rusia yang memegang 20% aset perbankan di negara tersebut. Perusahaan ini mayoritas dimiliki oleh Federasi Rusia dan mengoperasikan 20 anak perusahaan secara global.

VTB sangat terpapar AS dan sistem keuangan barat dan memainkan peran penting dalam sistem keuangan Rusia. AS memberlakukan sanksi pemblokiran penuh pada bank dan membekukan semua asetnya yang disimpan di lembaga keuangan AS dan membuatnya tidak dapat diakses oleh Rusia.

Inggris juga membekukan semua aset bank di negara itu. Selain itu, ia mengeluarkan lisensi umum untuk mengakhiri transaksi yang melibatkan bank dan anak perusahaannya. Lisensi tersebut memungkinkan lembaga keuangan di Inggris untuk melakukan aktivitas yang memungkinkan penghentian transaksi.

AS dan Inggris telah mencegah bank dan anak perusahaannya melakukan bisnis di negara mereka. VTB menyatakan bahwa sanksi juga akan membatasi penggunaan kartunya di luar Rusia dan mendesak pelanggan untuk menarik dana atau melakukan pembayaran melalui bank lain.

Pada tanggal 1 Maret 2022, Bursa Efek London menangguhkan perdagangan dua kwitansi penyimpanan global (GDR) VTB. Lengan perdagangan bank VTB Capital juga ditangguhkan oleh bursa pada 25 Februari 2022.

Pada 15 Maret 2022, VTB mengumumkan keputusannya untuk menutup cabang perbankan investasinya VTB Capital, yang berkantor pusat di London, Inggris, karena dampak dari sanksi Barat. VTB Capital saat ini sedang melakukan penutupan operasionalnya.

VTB sedang bersiap untuk mengakhiri operasinya di Eropa karena dampak sanksi. Anak perusahaan bank di Eropa memegang lebih dari 4 miliar euro (USD4,37 miliar) dalam simpanan untuk pelanggan ritel yang berbasis di Jerman.

Regulator perbankan Jerman, BaFin berusaha melikuidasi aset VTB, dalam upaya mencegah pembayaran otomatis kepada klien, yang dapat berdampak pada bank lain di negara itu, bahkan ketika bersiap untuk potensi penghentian operasi VTB.

Pada 30 Maret 2020, cabang bank Eropa disiapkan untuk dijual oleh regulator Jerman untuk menghindari potensi keruntuhannya.

Anak perusahaan VTB di Armenia menandatangani perjanjian dengan pemberi pinjaman Armenia Ardshinbank pada 30 Maret 2022 untuk menjual sebagian dari pinjaman konsumen ritelnya senilai AMD24 miliar (USD49,36 juta).

3. Tinkoff Bank

Tinkoff Bank merupakan penyedia layanan keuangan ritel online terkemuka. Dampak keseluruhan dari sanksi diperkirakan akan menyebabkan perlambatan pertumbuhan bank karena berencana untuk memperluas operasinya ke Filipina, Afrika, dan Amerika Selatan. Bank juga menghadapi peningkatan permintaan untuk penarikan tunai setelah sanksi.

4. Bank Gazprombank


Gazprombank adalah lembaga keuangan terbesar ketiga di Rusia dan kerap berurusan dengan pembayaran asing untuk sektor energi termasuk minyak dan gas (migas). AS telah menempatkan pembatasan utang dan ekuitas baru bank, dampaknya bisa signifikan karena ketergantungan Eropa pada energi Rusia yakni 40% untuk pasokan gas alamnya dan 26% minyak.

5. Otkritie dan Alfa-Bank


Alfa-Bank menyandang gelar sebagai bank swasta terbesar di Rusia, sedangkan Otkritie adalah lembaga keuangan terbesar ketujuh di negara itu. Kedua bank sudah diblokir untuk menerbitkan obligasi euro baru atau menempatkan penerbitan saham di UE untuk pembiayaan kembali.

Sementara AS memberlakukan pembatasan utang dan ekuitas. AS memberlakukan sanksi pemblokiran penuh pada Alfa-Bank pada 6 April 2022, yang berlaku untuk enam anak perusahaan bank dan membekukan aset apa pun yang berinteraksi dengan sistem keuangan.

Pada 11 Maret, CBR mengumumkan rencananya untuk menangguhkan persiapan penjualan Otkritie. Bank sentral berencana menjual saham Otkritie pada tahun 2022 baik melalui penawaran umum perdana (IPO) atau melalui penjualan kepada investor strategis. Selanjutnya bakal ada pemberitahuan lanjutan mengenai kapan dimulainya kembali persiapan penjualan.

6. Bank Novikombank


Novikombank umumnya beroperasi di sektor pertahanan dan dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. AS memberlakukan sanksi pemblokiran penuh serta membekukan aset mereka yang berkaitan dengan sistem keuangan AS.

Sanksi Lanjutan

GlobalData memperkirakan, sanksi yang lebih intens dapat memperburuk aktivitas keuangan global Moskow. Tapi hingga sejauh ini perekonomian Rusia masih tangguh, meski diterpa gelombang sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Analis di GlobalData, Parth Vala menerangkan, meskipun sanksi ini mungkin tampak agak ringan, Barat telah memperingatkan Rusia bahwa mereka akan menjatuhkan sanksi yang lebih intens. Beberapa yang berpotensi menjadi target yakni bank-bank teratas seperti Sberbank, VTB Bank, dan Gazprombank.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1387 seconds (0.1#10.140)