Bank-bank Rusia Berpeluang Mengalahkan Rekor Pendapatan Rp558,3 Triliun di 2023

Kamis, 11 April 2024 - 07:03 WIB
loading...
Bank-bank Rusia Berpeluang Mengalahkan Rekor Pendapatan Rp558,3 Triliun di 2023
Tahun lalu, kenaikan tajam hipotek serta pinjaman konsumen dan korporasi, membuat bank membukukan keuntungan 3,3 triliun rubel atau setara USD35,4 miliar. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Bank- bank Rusia diproyeksikan bakal mampu memecahkan rekor pendapatan di 2023. Hal itu disampaikan oleh Deputi Gubernur Bank Sentral Rusia Olga Polyakova dalam sebuah konferensi, awal pekan kemarin.



Tahun lalu, kenaikan tajam hipotek serta pinjaman konsumen dan korporasi, membuat bank membukukan keuntungan 3,3 triliun rubel atau setara USD35,4 miliar yang jika dirupiahkan mencapai Rp558,3 triliun (Kurs Rp15.773 per USD).. Meskipun dihantam sanksi Barat , bank-bank Rusia diklaim mampu memperlihatkan kinerja dengan baik.

Peningkatan penyaluran kredit terjadi meskipun suku bunga acuan naik tajam, dari 7,5% menjadi 16%. Rekor pendapatan juga dikaitkan dengan pemulihan pendapatan, pengurangan signifikan dalam hal biaya yang terkait dengan cadangan, dan pendapatan yang diterima dari revaluasi mata uang.

"Kami memperkirakan keuntungan sektor perbankan berada pada level 2023 atau sedikit di atasnya," kata Polyakova seperti dilansir RT.



Peningkatan tersebut sejalan dengan proyeksi sebelumnya, dimana pada bulan Maret regulator memperkirakan laba sektor ini di 2024 antara 2,3-2,8 triliun rubel (USD24,6 - USD30 miliar).

Sektor perbankan Rusia tidak terkecuali juga terkena dampak di bawah tekanan sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2022, setelah dimulainya operasi militer khusus Moskow di Ukraina. Sebagian besar bank Rusia terputus dari sistem keuangan Barat. Lembaga keuangan utama juga dilarang menggunakan mekanisme kliring SWIFT.

Bank Rusia, bagaimanapun diterangkan telah siap untuk menghadapi situasi tersebut. Barat awalnya memberlakukan sanksi terhadap Moskow pada 2014 setelah referendum Krimea yang mengakibatkan wilayah tersebut bergabung dengan Rusia.

Pada saat itu, sektor keuangan menjadi sasaran sanksi. Bank-bank besar dibatasi dari akses terhadap utang Barat dan pasar modal. Sebagai tanggapan, bank sentral mulai meningkatkan kedaulatan keuangan negara dengan mengembangkan sistem pembayarannya sendiri.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1906 seconds (0.1#10.140)