Dahsyat! Ini Potensi Kontribusi Jika Turki Jadi Anggota Penuh BRICS

Minggu, 08 September 2024 - 09:00 WIB
loading...
Dahsyat! Ini Potensi...
Baik Turki maupun BRICS akan memperoleh banyak manfaat jika Ankara diterima sebagai anggota penuh aliansi tersebut. FOTO/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Turki secara resmi telah mengajukan permintaan untuk bergabung dengan aliansi BRICS. Jika disetujui, keanggotaan Turki akan menjadi kabar baik bagi BRICS mengingat besarnya ekonomi serta pengaruh negara tersebut di kancah internasional.

Dana Moneter Internasional (IMF) pada tahun 2023 menempatkan Turki sebagai perekonomian terbesar ke-17 di dunia. Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut pada tahun lalu diperkirakan berjumlah sedikit di atas USD1 triliun atau sekitar Rp15.500 triliun (kurs Rp15.500 per USD).



Mengutip Sputnikglobe, Minggu (8/9/2024), Bank Dunia menyebutkan Turki menunjukkan tingkat pertumbuhan PDB riil yang stabil (rata-rata 5,4%) dari tahun 2002 hingga 2022. Negara ini juga sukses menurunkan tingkat kemiskinan dari di atas 20% pada tahun 2007 menjadi 7,6% pada tahun 2021.

Salah satu potensi kontribusi penting lainnya Turki bagi BRICS adalah lokasi geografisnya yang strategis. Turki tepat berada di perbatasan antara Eropa dan Asia, serta memegang kendali atas Selat Bosporus dan Dardanelles yang menghubungkan Laut Hitam dan Laut Mediterania. Hal ini menjadikan Turki sebagai pusat logistik alami untuk memindahkan barang antara Dunia Selatan dan Dunia Utara.

Selain itu, pengaruh besar Ankara dalam urusan Timur Tengah, yang telah lama menjadi salah satu pemain utama, dan pengaruhnya di benua Afrika juga dapat menguntungkan Turki yang menjadi anggota BRICS di masa depan.



Pada saat yang sama, akses yang lebih baik ke pasar negara-negara anggota BRICS dapat membantu Turki mengatasi masalah ekonominya seperti misalnya, inflasi yang merajalela yang kini masih menjadi kekhawatiran Ankara.

Industri Turki juga diyakini akan memperoleh keuntungan dari keanggotaannya di BRICS. Diketahui, Bank Dunia mencatat bahwa ketergantungan industri Turki pada "proses intensif karbon dan bahan bakar fosil" memicu tantangan dalam kerja sama negara itu dengan Uni Eropa (UE). Pasalnya, UE tengah berfokus pada teknologi hijau dan perubahan iklim, yang tak menguntungkan status industri Turki.

Sementara itu, anggota BRICS lebih fleksibel dan tidak ingin mengambil risiko menghancurkan perekonomian mereka demi agenda lingkungan hidup. Dengan demikian, negara-negara anggota BRICS mungkin bisa menjadi mitra bisnis yang lebih baik bagi Turki dibandingkan Uni Eropa.
(fjo)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1841 seconds (0.1#10.140)