Deflasi 4 Bulan Beruntun, Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2% Terancam

Minggu, 08 September 2024 - 18:04 WIB
loading...
Deflasi 4 Bulan Beruntun,...
Deflasi selama 4 bulan berurutan dinilai menunjukkan melemahnya konsumsi dan berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi. FOTO/Ilustrasi/Dok.
A A A
JAKARTA - Deflasi selama 4 bulan beturut-turut sejak Mei hingga Agustus 2024 mengancam target pertumbuhan ekonomi 5,2%. Deflasi secara beruntun tersebut dinilai menunjukkan melemahnya sisi permintaan.

"Implikasi deflasi berakibat ke pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan ada di level 5% atau di bawah target 5,2%," ujar Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira di Jakarta, Minggu (8/9/2024).



Menurutnya, deflasi yang terjadi selama 4 bulan berturut-turut ini diakibatkan oleh sisi permintaan yang rendah, bukan sekadar turunnya harga pangan. Hal ini menurutnya terlihat dari inflasi inti yang cukup rendah pada bulan Agustus yaitu 0,20% (mtm).

Bhima mengatakan, kondisi ini selanjutnya akan menyebabkan dunia usaha enggan melakukan ekspansi. Hal itu lantas berdampak pada terhentinya penciptaan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Hal itu menyebabkan banyak pengangguran dan semakin menggerus konsumsi masyarakat.



Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Agustus 2024 lalu, terjadi deflasi sebesar 0,03%. Hal itu berarti terjadi deflasi selama empat bulan berturut dimulai sejak Mei 2024. Pada Agustus, terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,09 pada Juli 2024 menjadi 106,06.

"Kondisi deflasi ini ada kaitan dengan jumlah kelas menengah yang jumlahnya menurun dan perubahan pola menahan belanja yang bukan kebutuhan pokok. Upah kenaikannya terlalu kecil, investasi yang masuk semakin tidak berkualitas, serapan kerja terbatas sehingga banyak beralih ke pekerjaan sektor informal," lanjut Bhima.

Bagi negara berkembang dengan populasi usia produktif yang besar, tegas dia, kondisi deflasi ini merupakan anomali. "Apalagi masih terjadi bonus demografi sampai 2036. Artinya ada yang bermasalah secara struktural ekonomi," tandasnya.
(fjo)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1804 seconds (0.1#10.140)