Harga Lithium Terus Merosot, Perusahaan Tambang Australia Tumbang

Kamis, 26 September 2024 - 20:23 WIB
loading...
Harga Lithium Terus...
Akibat kombinasi penurunan penjualan kendaraan listrik secara global, dan kelebihan pasokan bijih lithium di dunia, harga lithium utama sudah turun lebih dari tiga kuartal sejak Juni 2023. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Lithium sering disebut sebagai 'emas putih' dan merupakan komponen kunci dalam pembuatan baterai isi ulang , yang belakangan menjadi primadona seiring tren mobil listrik secara global. Namun belakangan harga lithium semakin tenggelam, selama setahun terakhir.



Akibat kombinasi penurunan penjualan kendaraan listrik secara global, dan kelebihan pasokan bijih lithium di dunia, harga lithium utama sudah turun lebih dari tiga kuartal sejak Juni 2023. Penurunan ini memiliki dampak yang sangat keras pada Australia , sebagai produsen bijih lithium terbesar di dunia, yang terhitung menyumbang pasokan 52% dari total secara global pada tahun lalu.

Australia juga memiliki cadangan mineral terbesar kedua setelah Chili, dimana sebagian besar berada di Australia Barat, dan jumlah yang lebih kecil di Northern Territory.



Penurunan tajam harga lithium menyebabkan banyak tambang mengalami penutupan. Core Lithium yang berbasis di Adelaide mengumumkan, pada bulan Januari bahwa karena "kondisi pasar yang lemah" mereka menangguhkan penambangan di lokasi Finniss dekat Darwin, dengan hilangnya 150 pekerja.

Kemudian pada bulan Agustus, perusahaan AS, Albemarle mengatakan, akan mengurangi produksi di pabrik pengolahan lithium Kemerton, yang terletak sekitar 170 km (100 mil) di bagian selatan Perth. Hal ini diperkirakan akan menyebabkan lebih besar adanya pengurangan karyawan.

Selain itu Arcadium Lithium pada bulan ini, mengumumkan bahwa mereka akan menutup tambang Mt Cattlin di Australia Barat, ketika mereka menyalahkan akibat dari harga yang terlalu rendah. Saham Arcadium Lithium terdaftar di AS dan Australia.

Di sisi lain ketika ada beberapa produsen menunda pekerjaan, perusahaan yang lain justru melakukan perluasan dengan keyakinan bahwa permintaan global untuk lithium serta harga bakal bangkit kembali.

Pilbara Minerals menjadi salah satunya, penambang yang berbasis di Perth ini terus meningkatkan produksi bijih lithiumnya sebesar 50% selama satu tahun ke depan.

"Apa yang telah kami pelajari secara historis dari harga lithium adalah, semua itu dapat berubah, dan dapat terjadi dengan cepat," kata direktur pelaksana Dale Henderson baru-baru ini kepada ABC News.

"Itu tidak terlalu mengganggu kami karena kami tahu prospek jangka panjangnya fantastis," ungkapnya.

Keyakinan ini digaungkan oleh Kingsley Jones, pendiri, dan kepala investasi di perusahaan investasi yang berbasis di Canberra, Jevons Global, yang memantau sektor pertambangan dan logam. "Lithium tetap sangat strategis untuk transisi energi," katanya kepada BBC.

"Baterai penyimpanan untuk listrik memiliki potensi pertumbuhan yang besar," tambahnya, menunjuk pada peningkatan kebutuhan baterai untuk menyimpan daya yang dihasilkan oleh tenaga surya dan angin.

Tetapi beberapa analis telah memperingatkan bahwa kelebihan pasokan akan membuat pasar berada di bawah tekanan setidaknya hingga 2028.

Perusahaan lain yang juga bergerak maju dengan peningkatan produksi bijih lithium di Australia adalah Liontown Resources yang berbasis di Perth. Pada bulan Juli, mereka memulai produksi di tambang Kathleen Valley, yang terletak 420 mil (680 km) timur laut ibu kota Australia Barat.

Fasilitas ini mendapatkan 60% energinya dari pertanian panel surya sendiri. Menteri Perubahan Iklim dan Energi Australia, Chris Bowen sempat memuji pendekatan hijau situs tersebut, dan pemerintahnya telah menginvestasikan USD156 juta di fasilitas ini.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1311 seconds (0.1#10.140)