KTT BRICS di Rusia Akhir Oktober, Pertemuan Xi Jinping-Putin Bisa Bikin AS Waswas

Minggu, 06 Oktober 2024 - 22:33 WIB
loading...
KTT BRICS di Rusia Akhir...
KTT BRICS selanjutnya yang bakal digelar di Kazan, Rusia Barat pada 22-24 Oktober 2024, mendatang bisa menjadi sinyal ancaman serius buat AS (Amerika Serikat). Foto/Dok
A A A
JAKARTA - KTT BRICS selanjutnya yang bakal digelar di Kazan, Rusia Barat pada 22-24 Oktober 2024, mendatang bisa menjadi sinyal ancaman serius buat AS (Amerika Serikat). Pasalnya hubungan China dan Rusia yang semakin lengket, dipertegas dengan rencana pertemuan antara Presiden China, Xi Jinping dan mitranya dari Rusia, Vladimir Putin di Kazan.



Sebelumnya pada tengah pekan kemarin, Xi Jinping bertukar pesan ucapan selamat dengan Putin untuk menandai peringatan 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara. China "siap bergabung dengan Putin untuk terus memperluas kerja sama pragmatis menyeluruh antara kedua negara (kami)," kata Xi seperti dilansir Xinhua.

Dalam pesannya kepada Xi, Putin mengatakan, hubungan bilateral China-Rusia sudah mencapai level tertinggi yang pernah ada dan "hubungan yang erat dan saling menguntungkan antara Rusia dan China telah teruji oleh waktu", kata Xinhua.



Ia juga mengatakan bahwa kedua belah pihak telah "berkoordinasi secara efisien dalam urusan internasional dan regional, dan bekerja sama untuk membangun tatanan dunia multipolar yang adil".

Sementara itu dalam beberapa pekan terakhir, Perdana Menteri China Li Qiang, Wakil Presiden Han Zheng dan Menteri Luar Negeri Wang Yi juga telah mengunjungi Rusia dan mengadakan pertemuan dengan Putin.

Kedua belah pihak mengadakan latihan angkatan laut skala besar bulan lalu, dengan Xinhua mengatakan latihan itu bertujuan untuk memperdalam "tingkat koordinasi strategis antara militer China dan Rusia dan meningkatkan kemampuan mereka untuk bersama-sama menanggapi ancaman keamanan", karena kapal dan pesawat tempur China dikirim untuk berlatih dengan pasukan Rusia.

Dalam sebuah artikel untuk People's Daily pada hari Kamis, Wang - yang juga pembantu kebijakan luar negeri utama Xi - memuji hubungan bilateral kedua negara yang menurutnya sudah "melewati badai dan gundukan, dan ... menjadi lebih dewasa, stabil dan tangguh".

Dia menggambarkan kerja sama Beijing dengan Moskow di PBB dan platform internasional lainnya sebagai "pembela sistem internasional" dan "menentang hegemonisme dan politik kekuasaan, serta menentang sanksi (barat) sepihak ilegal dan 'perpanjangan yurisdiksi'".

"Tidak peduli bagaimana situasi internasional berubah, inti dari hubungan China-Rusia tidak akan berubah, dengan warna dasar saling menghormati, kesetaraan, dan kerja sama yang saling menguntungkan tidak akan berubah," kata Wang seperti dilaporkan South China Morning Post (SCMP).

Pernyataan tersebut muncul hanya beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengeluarkan peringatan nuklir di Majelis Umum PBB di New York.

Menurut Tass, Lavrov memperingatkan bahwa tujuan AS dan Inggris untuk menimbulkan "kekalahan strategis" pada Rusia melalui dukungan untuk Ukraina adalah menyiapkan Eropa untuk "usaha bunuh diri", karena ia menekankan "ketidakbergunaan dan bahaya dari gagasan untuk berjuang menuju kemenangan dengan kekuatan nuklir seperti Rusia".
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Trump Tiba-tiba Bersikap...
Trump Tiba-tiba Bersikap Baik ke China, Iming-iming Turunkan Tarif Impor
Mengulik Kesepakatan...
Mengulik Kesepakatan Logam Tanah Jarang AS-Ukraina, Siapa Untung dan Apa Isinya?
10 Negara Penghasil...
10 Negara Penghasil Emas Terbesar di Dunia, Indonesia Urutan ke Berapa?
Batasi Impor Baja Murah...
Batasi Impor Baja Murah dari China, India Kenakan Tarif 12%
China Lancarkan Serangan...
China Lancarkan Serangan ke AS, Swasta Jadi Korban Perang Tarif
AS dan Greenland Menyimpan...
AS dan Greenland Menyimpan Harta Karun Logam Tanah Jarang Terbesar, Segini Depositnya
Wisatawan Asing Mulai...
Wisatawan Asing Mulai Berkurang, Ekonomi AS Diprediksi Rugi Rp1.511 Triliun
AS Selangkah Lagi Segel...
AS Selangkah Lagi Segel Harta Karun Logam Tanah Jarang Ukraina
Bos Raksasa Minuman...
Bos Raksasa Minuman Jepang: Tarif Trump Seret Dunia ke Jurang Resesi
Rekomendasi
Harvard dan Lebih dari...
Harvard dan Lebih dari 150 Universitas AS Gugat Pemerintahan Trump
Its Family Time! Liburan...
It's Family Time! Liburan Gak Harus Mahal, saatnya Eksplor Hidden Gem Unik di Eksplorazi GTV!
Fachri Albar Positif...
Fachri Albar Positif Lebih dari Satu Jenis Narkoba
Berita Terkini
PetroChina Gelar Pelatihan...
PetroChina Gelar Pelatihan Membordir bagi Penyandang Disabilitas
31 menit yang lalu
Sah! Beli BBM di Jakarta...
Sah! Beli BBM di Jakarta Kena Pajak 5%, Kendaraan Umum 2%
1 jam yang lalu
Sekar Laut Tingkatkan...
Sekar Laut Tingkatkan Pasar Ekspor, Bidik Afrika dan Timur Tengah
1 jam yang lalu
Trump Tiba-tiba Bersikap...
Trump Tiba-tiba Bersikap Baik ke China, Iming-iming Turunkan Tarif Impor
1 jam yang lalu
IMF Pangkas Proyeksi...
IMF Pangkas Proyeksi PDB 3 Negara Ekonomi Utama Asia
1 jam yang lalu
Kementan Cetak Petani...
Kementan Cetak Petani Muda, Indonesia Jadi Role Model Global
2 jam yang lalu
Infografis
Klaim AS Hendak Bunuh...
Klaim AS Hendak Bunuh Putin Bisa Picu Perang Nuklir dengan Rusia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved