Frustrasi dengan AS, Argentina Cari Perlindungan ke China
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Argentina , Javier Milei yang mengkritik keras China selama kampanye pemilihan presiden beberapa waktu lalu, berencana mengunjungi Beijing pada Januari 2025, mendatang. Hal ini menjadi sinyal perubahan pendekatan yang dilakukan Argentina terhadap negara adidaya Asia itu.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi pekan kemarin, Milei menggambarkan China sebagai "mitra komersial yang sangat menarik" dan Ia mengaku "terkejut dalam artian secara positif dengan China". Pernyataan Milei sangat kontras dengan ucapan sebelumnya, dimana Ia menyebut China sebagai negara "pembunuh" sambil bersumpah untuk memprioritaskan hubungan dengan sekutu Barat.
Milei mengucapmkan terima kasih atas pembaruan kontrak pertukaran mata uang China, yang menurutnya memungkinkan Argentina untuk memenuhi kewajibannya kepada Dana Moneter Internasional (IMF) .
Pada bulan Juni, Beijing setuju untuk memperbarui tahapan pertukaran mata uang senilai 35 miliar yuan (Atau sekitar USD5 miliar) dengan bank sentral Argentina hingga Juli 2026. Pada saat itu, pemerintah di Buenos Aires menekankan, bahwa langkah ini menjadi "penting" untuk mengelola arus neraca pembayaran negara.
"Kami mengadakan pertemuan dengan duta besar (Wang Wei). Keesokan harinya, mereka membuka blokir pertukaran," cerita Milei.
China telah menginvestasikan sekitar USD155 miliar setara Rp2.421 triliun (Kurs Rp15.624 per USD) dalam proyek infrastruktur di wilayah Amerika Latin sejak 2005. Salah satu investasi ambisius China bernilai miliaran dolar yakni megaport Peru, yang bakal mengikat ekonomi kawasan lebih dekat dengan tetangganya.
Pejabat AS - termasuk Jenderal Laura Richardson, komandan Komando Selatan AS - telah memperingatkan pemerintah Amerika Latin untuk berhati-hati saat bersekutu dengan Beijing, lantaran tingkat keberhasilannya yang sedikit.
Kunjungan Milei yang direncanakan ke Beijing untuk Forum China-CELAC (Komunitas Negara-negara Amerika Latin dan Karibia) datang sebagai syarat untuk kesepakatan China membuka blokir pertukaran mata uang, seperti yang dilaporkan sebelumnya.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi pekan kemarin, Milei menggambarkan China sebagai "mitra komersial yang sangat menarik" dan Ia mengaku "terkejut dalam artian secara positif dengan China". Pernyataan Milei sangat kontras dengan ucapan sebelumnya, dimana Ia menyebut China sebagai negara "pembunuh" sambil bersumpah untuk memprioritaskan hubungan dengan sekutu Barat.
Milei mengucapmkan terima kasih atas pembaruan kontrak pertukaran mata uang China, yang menurutnya memungkinkan Argentina untuk memenuhi kewajibannya kepada Dana Moneter Internasional (IMF) .
Pada bulan Juni, Beijing setuju untuk memperbarui tahapan pertukaran mata uang senilai 35 miliar yuan (Atau sekitar USD5 miliar) dengan bank sentral Argentina hingga Juli 2026. Pada saat itu, pemerintah di Buenos Aires menekankan, bahwa langkah ini menjadi "penting" untuk mengelola arus neraca pembayaran negara.
"Kami mengadakan pertemuan dengan duta besar (Wang Wei). Keesokan harinya, mereka membuka blokir pertukaran," cerita Milei.
China telah menginvestasikan sekitar USD155 miliar setara Rp2.421 triliun (Kurs Rp15.624 per USD) dalam proyek infrastruktur di wilayah Amerika Latin sejak 2005. Salah satu investasi ambisius China bernilai miliaran dolar yakni megaport Peru, yang bakal mengikat ekonomi kawasan lebih dekat dengan tetangganya.
Pejabat AS - termasuk Jenderal Laura Richardson, komandan Komando Selatan AS - telah memperingatkan pemerintah Amerika Latin untuk berhati-hati saat bersekutu dengan Beijing, lantaran tingkat keberhasilannya yang sedikit.
Kunjungan Milei yang direncanakan ke Beijing untuk Forum China-CELAC (Komunitas Negara-negara Amerika Latin dan Karibia) datang sebagai syarat untuk kesepakatan China membuka blokir pertukaran mata uang, seperti yang dilaporkan sebelumnya.