Bom Waktu di Jantung Ekonomi Rusia Diramal Bakal Meledak
loading...
A
A
A
MOSKOW - Ekonom top asal Barat mengatakan, Rusia saat ini sedang mencoba menjinakkan 'bom waktu' di jantung ekonominya. Profesor di University of Chicago Harris School of Public Policy, Konstantin Sonin meramalkan masa depan ekonomi Rusia bakal suram ke depannya.
Proyeksi Sonin didasarkan, karena perang di Ukraina telah menempatkan Moskow dalam posisi dimana perlu mengerahkan lebih banyak kendali atas ekonomi. Ia menyoroti, beberapa langkah yang sudah diambil Rusia untuk menopang ekonominya, termasuk menerapkan pembatasan ekspor pada komoditas utama untuk melawan sanksi Barat.
Perubahan tersebut telah mendorong beberapa perusahaan memilih menaikkan harga, yang menurut Sonin, menjadi tanda bahwa pasar mulai rusak. Rusia juga memblokir perusahaan Barat yang ingin meninggalkan negara itu, dengan beberapa syarat.
Hasilnya beberapa perusahaan seperti Heineken, terpaksa menjual operasi mereka di Rusia hanya dengan satu euro. Kremlin juga membiayai perang dengan "meminjam," kata Sonin, yang merujuk pada pemotongan program belanja publik saat pengeluaran militer melonjak.
Selain itu Kremlin masih berencana belanja lebih banyak lagi untuk pertahanan nasional daripada perawatan kesehatan atau pendidikan selama dua tahun ke depan, menurut rencana yang diterbitkan kementerian keuangan Rusia pada tahun 2023.
"Berinvestasi secara besar-besaran dalam produksi militer dan secara bersamaan merusak pasar dapat memperkuat dalam jangka pendek, tetapi hal itu menjadi bom waktu di bawah pembangunan ekonomi jangka panjang," bebernya seperti dilansir Bussines Insider.
Namun ekonomi Rusia belum akan runtuh, kata Sonin. PDB Rusia diperkirakan tumbuh 3,2% lagi tahun ini, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), yang oleh para ahli dikaitkan dengan pengeluaran perang Moskow yang besar.Namun, Sonin melihat ekonomi Rusia ke depannya bakal menantang.
"Setiap kali perang Ukraina berakhir dan Rusia kembali ke perdagangan internasional (di luar bahan mentah), semua nasionalisasi beberapa tahun terakhir akan kembali menghantuinya. Perang Putin tidak hanya memaksakan kehidupan yang lebih buruk kepada orang Rusia saat ini daripada yang seharusnya mereka miliki. Tapi juga ini mengutuk generasi mendatang," tambahnya.
Tren pelemahan pertumbuhan Rusia diyakini masih akan terjadi untuk jangka panjang. Sementara PDB terus tumbuh, indikator kesehatan ekonomi jangka panjang menurun, dimana Moskow mengalami kekurangan tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja menyusut lebih dari 3% tahun lalu, menurut data CEIC.
Proyeksi Sonin didasarkan, karena perang di Ukraina telah menempatkan Moskow dalam posisi dimana perlu mengerahkan lebih banyak kendali atas ekonomi. Ia menyoroti, beberapa langkah yang sudah diambil Rusia untuk menopang ekonominya, termasuk menerapkan pembatasan ekspor pada komoditas utama untuk melawan sanksi Barat.
Perubahan tersebut telah mendorong beberapa perusahaan memilih menaikkan harga, yang menurut Sonin, menjadi tanda bahwa pasar mulai rusak. Rusia juga memblokir perusahaan Barat yang ingin meninggalkan negara itu, dengan beberapa syarat.
Hasilnya beberapa perusahaan seperti Heineken, terpaksa menjual operasi mereka di Rusia hanya dengan satu euro. Kremlin juga membiayai perang dengan "meminjam," kata Sonin, yang merujuk pada pemotongan program belanja publik saat pengeluaran militer melonjak.
Selain itu Kremlin masih berencana belanja lebih banyak lagi untuk pertahanan nasional daripada perawatan kesehatan atau pendidikan selama dua tahun ke depan, menurut rencana yang diterbitkan kementerian keuangan Rusia pada tahun 2023.
"Berinvestasi secara besar-besaran dalam produksi militer dan secara bersamaan merusak pasar dapat memperkuat dalam jangka pendek, tetapi hal itu menjadi bom waktu di bawah pembangunan ekonomi jangka panjang," bebernya seperti dilansir Bussines Insider.
Namun ekonomi Rusia belum akan runtuh, kata Sonin. PDB Rusia diperkirakan tumbuh 3,2% lagi tahun ini, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), yang oleh para ahli dikaitkan dengan pengeluaran perang Moskow yang besar.Namun, Sonin melihat ekonomi Rusia ke depannya bakal menantang.
"Setiap kali perang Ukraina berakhir dan Rusia kembali ke perdagangan internasional (di luar bahan mentah), semua nasionalisasi beberapa tahun terakhir akan kembali menghantuinya. Perang Putin tidak hanya memaksakan kehidupan yang lebih buruk kepada orang Rusia saat ini daripada yang seharusnya mereka miliki. Tapi juga ini mengutuk generasi mendatang," tambahnya.
Tren pelemahan pertumbuhan Rusia diyakini masih akan terjadi untuk jangka panjang. Sementara PDB terus tumbuh, indikator kesehatan ekonomi jangka panjang menurun, dimana Moskow mengalami kekurangan tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja menyusut lebih dari 3% tahun lalu, menurut data CEIC.
(akr)