Hilirisasi Jadi Angin Segar buat Saham Emiten Pertambangan

Kamis, 17 Oktober 2024 - 15:53 WIB
loading...
Hilirisasi Jadi Angin...
Program hilirisasi yang digaungkan pemerintah dalam 10 tahun pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) berdampak pada emiten BUMN di sektor pertambangan hingga swasta. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Program hilirisasi yang digaungkan pemerintah dalam 10 tahun pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) berdampak pada emiten BUMN di sektor pertambangan . Selain itu emiten swasta di bidang tambang juga terpapar program hilirisasi.

Hilirisasi menjadi salah satu langkah penting bagi Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Hal itu merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di Indonesia.



Seiring dengan meningkatnya nilai tambah, hilirisasi juga akan menjadi andalan ke depan untuk berkontribusi pada penerimaan negara, selain dari pajak. Melalui hilirisasi, kepentingan industri dalam negeri pun dapat dipenuhi.

Dari mineral, ada tembaga, nikel, emas, timah, bauksit dan alumunium, yang kesemuanya merupakan bahan baku industri-industri berat yang bisa dioptimalkan pemanfaatannya di dalam negeri. Untuk batu bara, gasifikasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas rumah tangga di dalam negeri.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai, program hilirisasi yang digaungkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi salah satu katalis positif saham-saham emiten pertambangan. Inisiatif tersebut mendorong emiten pertambangan untuk menunjukkan komitmen penuh dalam membangun fasilitas smelter.

“Itu penting dalam rangka memperkuat kapasitas dan kapabilitas, yang nantinya mampu meningkatkan average selling price,” kata Nafan lewat pesan singkatnya beberapa waktu lalu.

Nafan menyebut, upaya-upaya mendukung hilirisasi yang dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di industri pertambangan berdampak pada kondisi harga saham sejumlah emiten yang sudah price in.

Ia mengatakan, sejumlah saham emiten pertambangan sudah berhasil mencapai target harganya seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), serta PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).

“Jadi artinya, kenaikan harga saham batu bara utamanya itu sudah terpricein dari adanya program-program terkait hilirisasi,” kata Nafan.

Lebih lanjut, Nafan mengatakan, emiten-emiten pertambangan yang masuk dalam IDXBASIC atau indeks sektor bahan baku seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga akan mengalami pertumbuhan, menyusul proyeksi bahwa IDXBASIC akan mengalami peningkatan.

“IDX Basic ini akan termasuk menjadi improving sector ya ke depannya, jadi prospeknya baik,” tutur Nafan.

Dihubungi terpisah, Head of Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi menyampaikan, hilirisasi berhasil mendorong nilai jual komoditas yang lebih tinggi, tercatat di sepanjang semester pertama tahun 2024 realisasi di sektor hilirisasi mencapai Rp181,4 triliun atau merupakan 21,9% dari total realisasi investasi di periode yang sama.



“Meski untuk saat ini masih berdampak positif untuk sektor tambang nikel, bauksit dan tembaga. Sedangkan untuk batu bara memang diperkirakan oleh pemerintah baru bisa berjalan setidaknya di tahun 2030,” kata Audi.

Dengan adanya hilirisasi, lanjut Audi, dapat berpotensi besar peningkatan pendapatan karena saat ini 70 persen masih batu bara di Indonesia berkualitas rendah. “Selain itu, ini juga mendorong transisi menuju ekonomi hijau, sejalan dengan negara-negara lainnya,” ujar Audi.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1606 seconds (0.1#10.140)