Putin Pegang Uang Kertas Simbolis BRICS, Menarik Perhatian Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebuah foto Presiden Rusia Vladimir Putin memegang uang kertas BRICS yang berwarna-warni selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) baru-baru ini di Kazan menarik perhatian dunia, sehingga menciptakan spekulasi yang meluas mengenai mata uang BRICS yang baru. Mata uang simbolis BRICS itu menampilkan bendera anggota resmi dan negara mitra BRICS.
Namun, kemudian diklarifikasi bahwa uang kertas tersebut bukanlah uang kertas resmi melainkan sebuah simbolis yang diberikan oleh para penggemarnya kepada pemimpin Rusia tersebut. Gambar Putin memegang uang kertas BRICS membuat banyak orang percaya bahwa BRICS telah secara resmi meluncurkan mata uang bersama. Namun, para pejabat dengan cepat menepis anggapan ini.
"Mata uang yang dipegang Presiden Putin adalah tiruan dari uang kertas BRICS di KTT Kazan yang diberikan oleh para penggemarnya dan bukan uang kertas BRICS yang diadopsi secara resmi," kata para pejabat yang dikonfirmasi Financial Express, dikutip Senin (28/10/2024).
Insiden ini menyoroti antisipasi global terhadap mata uang BRICS yang potensial, tetapi juga menggarisbawahi kenyataan bahwa perkembangan seperti itu belum terjadi. Gagasan untuk menciptakan mata uang BRICS yang terpadu telah didiskusikan di dalam blok ini selama beberapa waktu didorong oleh keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Namun, ada beberapa tantangan signifikan yang membuat langkah ini sulit dilakukan dalam waktu dekat.
Pertama, negara-negara pendiri BRICS Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan memiliki struktur ekonomi dan kebijakan moneter yang beragam. Menetapkan mata uang tunggal di berbagai negara dengan ekonomi yang beragam akan membutuhkan koordinasi dan kompromi yang ekstensif. Setiap negara memiliki kepentingan nasional, kebijakan fiskal, dan mekanisme kontrol inflasi sendiri, yang memperumit ide mata uang bersama.
Kedua, lanskap geopolitik telah menjadi semakin kompleks. Meningkatnya ketegangan dan ketidakpastian global telah membuat negara-negara BRICS lebih berhati-hati dalam meluncurkan mata uang bersama yang dapat mengganggu sistem keuangan yang ada.
FOTO/Sputnik
Meskipun para pemimpin di dalam blok ini sepakat tentang perlunya beralih dari ketergantungan pada mata uang Barat, mereka menyadari bahwa mata uang bersama mungkin bukan solusi yang paling cepat atau praktis.
Presiden Putin telah menyarankan agar blok ini fokus pada penguatan penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan lintas batas daripada terburu-buru untuk menciptakan mata uang baru. "Mengembangkan instrumen-instrumen keuangan baru yang bekerja dalam kerangka kerja saat ini akan lebih praktis untuk saat ini," katanya dalam KTT tersebut.
Namun, kemudian diklarifikasi bahwa uang kertas tersebut bukanlah uang kertas resmi melainkan sebuah simbolis yang diberikan oleh para penggemarnya kepada pemimpin Rusia tersebut. Gambar Putin memegang uang kertas BRICS membuat banyak orang percaya bahwa BRICS telah secara resmi meluncurkan mata uang bersama. Namun, para pejabat dengan cepat menepis anggapan ini.
"Mata uang yang dipegang Presiden Putin adalah tiruan dari uang kertas BRICS di KTT Kazan yang diberikan oleh para penggemarnya dan bukan uang kertas BRICS yang diadopsi secara resmi," kata para pejabat yang dikonfirmasi Financial Express, dikutip Senin (28/10/2024).
Insiden ini menyoroti antisipasi global terhadap mata uang BRICS yang potensial, tetapi juga menggarisbawahi kenyataan bahwa perkembangan seperti itu belum terjadi. Gagasan untuk menciptakan mata uang BRICS yang terpadu telah didiskusikan di dalam blok ini selama beberapa waktu didorong oleh keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Namun, ada beberapa tantangan signifikan yang membuat langkah ini sulit dilakukan dalam waktu dekat.
Pertama, negara-negara pendiri BRICS Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan memiliki struktur ekonomi dan kebijakan moneter yang beragam. Menetapkan mata uang tunggal di berbagai negara dengan ekonomi yang beragam akan membutuhkan koordinasi dan kompromi yang ekstensif. Setiap negara memiliki kepentingan nasional, kebijakan fiskal, dan mekanisme kontrol inflasi sendiri, yang memperumit ide mata uang bersama.
Kedua, lanskap geopolitik telah menjadi semakin kompleks. Meningkatnya ketegangan dan ketidakpastian global telah membuat negara-negara BRICS lebih berhati-hati dalam meluncurkan mata uang bersama yang dapat mengganggu sistem keuangan yang ada.
FOTO/Sputnik
Meskipun para pemimpin di dalam blok ini sepakat tentang perlunya beralih dari ketergantungan pada mata uang Barat, mereka menyadari bahwa mata uang bersama mungkin bukan solusi yang paling cepat atau praktis.
Presiden Putin telah menyarankan agar blok ini fokus pada penguatan penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan lintas batas daripada terburu-buru untuk menciptakan mata uang baru. "Mengembangkan instrumen-instrumen keuangan baru yang bekerja dalam kerangka kerja saat ini akan lebih praktis untuk saat ini," katanya dalam KTT tersebut.