Bukan Hanya China, Ancaman Tarif Trump Bayangi Negara-negara Asia Ini

Senin, 11 November 2024 - 17:01 WIB
loading...
Bukan Hanya China, Ancaman...
Presiden terpilih AS diperkirakan tak hanya mengincar China, tapi negara Asia lainnya untuk dikenai tarif impor tinggi. FOTO/IG realdonaldtrump
A A A
JAKARTA - Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan umum Amerika serikat (AS) membuat sejumlah negara, khususnya China, khawatir akan kembalinya era tarif yang lebih tinggi terhadap ekspornya. Akan tetapi, menurut Goldman Sachs, China mungkin bukan satu-satunya negara Asia yang bakal menghadapi kesulitan ini.

Kepala Ekonom Asia-Pasifik Goldman Andrew Tilton mengatakan dalam sebuah catatan baru-baru ini, meski defisit perdagangan bilateral AS dengan China telah sedikit menurun sejak pemerintahan Trump, defisit dengan eksportir Asia lainnya telah meningkat secara signifikan dan mungkin akan segera ditempatkan di bawah pengawasan yang lebih ketat.



"Dengan Trump dan beberapa calon yang mungkin ditunjuk berfokus pada pengurangan defisit bilateral, ada risiko bahwa dalam semacam cara acak untuk menghentikan defisit bilateral yang meningkat, pada akhirnya dapat mendorong tarif AS pada ekonomi Asia lainnya," ujarnya seperti dilansir CNBC, Senin (11/11/2024).

Tarif adalah pajak atas barang impor, tetapi tidak dibayarkan oleh negara pengekspor. Jadi tarif AS akan dibayarkan oleh perusahaan yang ingin mengimpor produk ke negara tersebut, sehingga meningkatkan biaya mereka.

"Korea, Taiwan, dan khususnya Vietnam telah mengalami keuntungan perdagangan yang besar dibandingkan AS,” kata Tilton, seraya menambahkan bahwa posisi Korea dan Taiwan mencerminkan "posisi istimewa" mereka dalam rantai pasokan semikonduktor, sementara Vietnam telah diuntungkan dari pengalihan perdagangan dari China.

Pada tahun 2023, surplus perdagangan Korea Selatan dengan Amerika Serikat dilaporkan mencapai rekor USD44,4 miliar, surplus terbesar dengan negara mana pun, dengan ekspor mobil mencapai hampir 30% dari semua pengiriman ke AS.

Ekspor Taiwan ke Amerika Serikat pada kuartal pertama tahun 2024 mencapai rekor tertinggi sebesar USD24,6 miliar, meningkat 57,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan pertumbuhan ekspor terbesar berasal dari teknologi informasi dan produk audio-visual. Sementara itu, surplus perdagangan Vietnam dengan AS antara Januari dan September mencapai USD90 miliar.



India dan Jepang juga mengalami surplus perdagangan dengan AS, dengan surplus Jepang tetap relatif stabil dan surplus India meningkat secara moderat dalam beberapa tahun terakhir, kata Goldman Sachs. Tilton memperkirakan, ke depannya, mitra dagang Asia ini mungkin mencoba menurunkan surplus ini dan "mengalihkan perhatian" melalui berbagai cara, seperti mengalihkan impor ke AS jika memungkinkan.

"Kebijakan perdagangan adalah hal yang paling penting bagi Trump bagi Asia Berkembang dalam masa jabatan keduanya sebagai presiden AS," tulis analis Barclays Bank dalam catatan tertanggal Jumat.

Tarif yang diusulkan Trump kemungkinan besar akan menimbulkan "rasa sakit yang lebih besar" pada ekonomi yang lebih terbuka di kawasan tersebut, dengan Taiwan lebih rentan terhadap ancaman itu daripada Korea atau Singapura, tulis ekonom bank yang dipimpin oleh Brian Tan.

"Kami melihat Thailand dan Malaysia di tengah-tengah, dengan Thailand diperkirakan akan menerima pukulan yang sedikit lebih besar," tambah catatan itu.

Data AS menunjukkan bahwa defisit perdagangan AS dengan China menyempit menjadi USD279,11 miliar pada tahun 2023, dari USD346,83 miliar pada tahun 2016.

Mantan menteri perdagangan Indonesia, Mari Pangestu mengatakan Kamis lalu bahwa meskipun perdagangan AS dengan China menyusut setelah penerapan tarif pada pemerintahan Trump pertama, volume perdagangan justru disalurkan ke negara ketiga seperti Vietnam, Meksiko, Indonesia, dan Taiwan.

"Tetapi jika Anda melihat rantai pasokan, sebenarnya sebagian besar komponen masih berasal dari China. Kami menyebutnya memperpanjang rantai pasokan. Jadi di Trump 2.0, dua hal akan terjadi. Dia akan mulai memperhatikan bahwa (perdagangan) masih menuju China," katanya selama FT Commodities Summit yang diadakan di Singapura setelah pengumuman kemenangan Trump. "Ini akan meningkatkan perlindungan. Tidak hanya terhadap China, tetapi juga ke negara-negara yang memiliki defisit bilateral dengan AS," kata Pangestu.

Terlepas dari tarif, Goldman masih memperkirakan tekanan berkelanjutan untuk relokasi rantai pasokan tertentu dari China ke Asia Tenggara, khususnya India atau Meksiko. Presiden terpilih AS Trump telah mengumumkan niatnya untuk mengenakan tarif menyeluruh mulai dari 10% hingga 20% pada semua impor, bersama dengan tarif tambahan sebesar 60% hingga 100% pada produk yang diimpor dari China. Goldman memperkirakan AS akan mengenakan tarif tambahan rata-rata 20% pada produk China pada paruh pertama tahun 2025.
(fjo)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2111 seconds (0.1#10.140)