Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
loading...
A
A
A
Belum lagi, Presiden Terpilih AS 2024 Donald Trump sebelumnya mengancam akan mengenakan tarif 100% pada impor dari negara-negara yang menghindari dolar. Hal itu diungkap setelah Rusia dan China secara aktif mengurangi penggunaan dolar dalam perdagangan bilateral.
2. Rusia
Sebagaimana India, Rusia juga menjadi salah satu anggota inti sekaligus pendiri BRICS. Selama ini, statusnya juga dikenal sebagai salah satu ‘musuh bebuyutan’ negara pemilik dolar, Amerika Serikat.
Namun, Rusia tampaknya secara perlahan-lahan mundur dari proses dedolarisasi. Titik baliknya terjadi setelah kemenangan Donald Trump pada Pilpres AS 2024 beberapa waktu lalu.
Pada sebuah wawancara yang dilakukan awal November lalu, Vladimir Putin menyebut USD sebagai "pilar kekuatan AS". Hal yang paling menarik dari wawancara Putin adalah bahwa meskipun ada upaya dedolarisasi, Rusia telah memutuskan untuk tidak melarang atau meninggalkan dolar AS, melainkan cukup menghindarinya.
"Proposal-proposal kami tidak ditujukan untuk melawan Dolar. Ini hanyalah cara kami menjawab tantangan zaman modern, sebagai respons terhadap perkembangan ekonomi yang kami pikirkan," tegas Putin dikutip dari WatcherGuru, Kamis (21/11).
Setelah terpilih, Trump memang seakan mengisyaratkan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan beberapa kebijakan baru, termasuk dalam hubungannya dengan Rusia. Selain Putin, Presiden China Xi Jinping juga membuka pintu untuk berbicara dengan Trump, sehingga mungkin ada masa depan saat BRICS dan dolar AS hidup berdampingan secara harmonis.
2. Rusia
Sebagaimana India, Rusia juga menjadi salah satu anggota inti sekaligus pendiri BRICS. Selama ini, statusnya juga dikenal sebagai salah satu ‘musuh bebuyutan’ negara pemilik dolar, Amerika Serikat.
Namun, Rusia tampaknya secara perlahan-lahan mundur dari proses dedolarisasi. Titik baliknya terjadi setelah kemenangan Donald Trump pada Pilpres AS 2024 beberapa waktu lalu.
Pada sebuah wawancara yang dilakukan awal November lalu, Vladimir Putin menyebut USD sebagai "pilar kekuatan AS". Hal yang paling menarik dari wawancara Putin adalah bahwa meskipun ada upaya dedolarisasi, Rusia telah memutuskan untuk tidak melarang atau meninggalkan dolar AS, melainkan cukup menghindarinya.
"Proposal-proposal kami tidak ditujukan untuk melawan Dolar. Ini hanyalah cara kami menjawab tantangan zaman modern, sebagai respons terhadap perkembangan ekonomi yang kami pikirkan," tegas Putin dikutip dari WatcherGuru, Kamis (21/11).
Setelah terpilih, Trump memang seakan mengisyaratkan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan beberapa kebijakan baru, termasuk dalam hubungannya dengan Rusia. Selain Putin, Presiden China Xi Jinping juga membuka pintu untuk berbicara dengan Trump, sehingga mungkin ada masa depan saat BRICS dan dolar AS hidup berdampingan secara harmonis.
(nng)