Percepat Proyek Transmisi demi Maksimalkan EBT Didukung Partisipasi Swasta
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM menegaskan pentingnya sinergi dan partisipasi swasta dalam pembiayaan proyek transmisi 50.000 Km sirkuit untuk memaksimalkan potensi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
"Kebutuhan investasi yang sangat besar tersebut tentunya tidak bisa sepenuhnya oleh pembiayaan PL, sehingga diperlukan dukungan pemerintah dan partisipasi swasta dalam pembiayaan proyek transmisi, seperti KPBU, deferred payment, dan lain-lain," kata Koordinator Perencanaan Transmisi Tenaga Listrik Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Muhadi dalam diskusi panel Electricity Connect 2024.
Diketahui dalam 10 tahun ke depan, Indonesia akan membangun jaringan transmisi sekitar 50.000 kms, gardu induk sekitar 105.000 MVA, dengan total investasi mencapai Rp400 triliun.
Muhadi mengungkapkan, transmisi tersebut mencakup transmission priorities di antaranya backbone transmissions sebesar 15.000 kms, interconnections 4.500 kms, dan fishbone transmissions sebesar 20.000 kms.
Dalam pemaparannya, Muhadi menyebut potensi EBT di Indonesia tersebar di berbagai wilayah, sayangnya belum dimanfaatkan dengan maksimal. Dia menjabarkan antara lain potensi hidro tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Papua.
Kemudian, potensi tenaga surya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di NTT, Kalimantan Barat, dan Riau. Sementara itu, potensi tenaga angin terutama dapat ditemukan di wilayah NTT, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, dan Papua.
"Potensi energi laut tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama Maluku, NTT, NTB, dan Bali," paparnya.
Sementara potensi panas bumi tersebar di Kawasan ring of fire, meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. "Potensi-potensi energi baru yang ada ini masih belum banyak dikembangkan," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang signifikan dan beragam, namun baru sedikit yang dimanfaatkan. Dari potensi EBT di Indonesia sebesar 3.687 Gigawatt, saat ini baru 0,3% yang dimanfaatkan.
Karena itu, Kementerian ESDM menggandeng banyak pihak untuk memaksimalkan potensi EBT untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang.
"Untuk energi baru terbarukan ini tentu ada, ini pengembangan-pengembangan yang terkait dengan teknologi. Ada pembangkit baru yang harus kita bangun dan juga ada kebutuhan investasi untuk bagaimana kita menyediakan tenaga listrik yang berasal dari energi baru dan terbarukan," kata Yuliot dalam sambutannya pada pembukaan Electricity Connect 2024 di JCC Senayan.
Menyambut tawaran pemerintah tersebut, PT PLN (Persero) bersama Masyarakat Kelistrikan Indonesia (MKI) berharap gelaran Electricity Connect 2024 yang dibuka pada hari ini dapat menjadi momentum bagi para pemangku kepentingan dan pelaku industri ketenagalistrikan saling bersinergi.
Pelaksanaan Electricity Connect 2024 diharapkan dapat menjadi wadah untuk bertukar informasi mengenai teknologi energi bersih dan berbagi wawasan mengenai smart grid hingga target NZE, serta memperkuat kolaborasi global untuk mencapai transisi energi menuju NZE pada 2060.
Dengan kegiatan ini, upaya Indonesia untuk menuju ketahanan energi dan membangun sistem ketenagalistrikan terintegrasi di Kawasan ASEAN dapat secara cepat terealisasikan, demi terciptanya ekonomi hijau berkelanjutan.
"Kebutuhan investasi yang sangat besar tersebut tentunya tidak bisa sepenuhnya oleh pembiayaan PL, sehingga diperlukan dukungan pemerintah dan partisipasi swasta dalam pembiayaan proyek transmisi, seperti KPBU, deferred payment, dan lain-lain," kata Koordinator Perencanaan Transmisi Tenaga Listrik Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Muhadi dalam diskusi panel Electricity Connect 2024.
Baca Juga
Diketahui dalam 10 tahun ke depan, Indonesia akan membangun jaringan transmisi sekitar 50.000 kms, gardu induk sekitar 105.000 MVA, dengan total investasi mencapai Rp400 triliun.
Muhadi mengungkapkan, transmisi tersebut mencakup transmission priorities di antaranya backbone transmissions sebesar 15.000 kms, interconnections 4.500 kms, dan fishbone transmissions sebesar 20.000 kms.
Dalam pemaparannya, Muhadi menyebut potensi EBT di Indonesia tersebar di berbagai wilayah, sayangnya belum dimanfaatkan dengan maksimal. Dia menjabarkan antara lain potensi hidro tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Papua.
Kemudian, potensi tenaga surya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di NTT, Kalimantan Barat, dan Riau. Sementara itu, potensi tenaga angin terutama dapat ditemukan di wilayah NTT, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, dan Papua.
"Potensi energi laut tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama Maluku, NTT, NTB, dan Bali," paparnya.
Sementara potensi panas bumi tersebar di Kawasan ring of fire, meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. "Potensi-potensi energi baru yang ada ini masih belum banyak dikembangkan," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang signifikan dan beragam, namun baru sedikit yang dimanfaatkan. Dari potensi EBT di Indonesia sebesar 3.687 Gigawatt, saat ini baru 0,3% yang dimanfaatkan.
Karena itu, Kementerian ESDM menggandeng banyak pihak untuk memaksimalkan potensi EBT untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang.
"Untuk energi baru terbarukan ini tentu ada, ini pengembangan-pengembangan yang terkait dengan teknologi. Ada pembangkit baru yang harus kita bangun dan juga ada kebutuhan investasi untuk bagaimana kita menyediakan tenaga listrik yang berasal dari energi baru dan terbarukan," kata Yuliot dalam sambutannya pada pembukaan Electricity Connect 2024 di JCC Senayan.
Menyambut tawaran pemerintah tersebut, PT PLN (Persero) bersama Masyarakat Kelistrikan Indonesia (MKI) berharap gelaran Electricity Connect 2024 yang dibuka pada hari ini dapat menjadi momentum bagi para pemangku kepentingan dan pelaku industri ketenagalistrikan saling bersinergi.
Pelaksanaan Electricity Connect 2024 diharapkan dapat menjadi wadah untuk bertukar informasi mengenai teknologi energi bersih dan berbagi wawasan mengenai smart grid hingga target NZE, serta memperkuat kolaborasi global untuk mencapai transisi energi menuju NZE pada 2060.
Dengan kegiatan ini, upaya Indonesia untuk menuju ketahanan energi dan membangun sistem ketenagalistrikan terintegrasi di Kawasan ASEAN dapat secara cepat terealisasikan, demi terciptanya ekonomi hijau berkelanjutan.
(akr)