Investasi Sektor EBT Terus Meningkat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Investasi sektor energi baru dan terbarukan (EBT) di Tanah Air terus mengalami peningkatan. Setelah pada tahun lalu sempat melambat, tahun ini investasi EBT ditargetkan mencapat USD2,1 miliar dan USD4,4 miliar pada tahun berikutnya.
Secara keseluruhan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan investasi di sektor ESDM bisa mencapai USD34,8 miliar pada tahun ini. Angka tersebut meningkat dibanding realisasi investasi pada 2020 yang hanya USD25,8 miliar. Adapun untuk tahun depan target investasi sektor ESDM pada 2021 dipatok di angka USD40,2 miliar.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial menyatakan, target investasi sebesar itu dutetapkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja nasional.
"Tahun lalu nilai investasi mencapai USD25,8 miliar, itu 20% di bawah target awal. Tahun ini investasi dapat naik USD 34,8 miliar," kata Ego dalam diskusi virtual ‘Sambung Rasa Pemangku Kepentingan Sektor Energi’ yang digelar oleh Energy and Mining Editor Society (E2S) pada Senin (12/4) lalu.
Ego yang saat itu mewakili Menteri ESDM Arifin Tasrif menambahkan, dari nilai investasi sebesar itu, sektor hulu dan hilir minyak dan gas (migas) paling besar dengan target USD16,8 miliar pada 2021. Selanjutnya, sektor ketenagalistrikan USD9,9 miliar, mineral dan batu bara (minerba) USD6 miliar, dan energi baru dan terbarukan (EBT) USD2,1 miliar. Sementara pada tahun lalu realisasi investasi EBT hanya USD1,4 miliar.
Khusus untuk sektor EBT, dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan. Hal ini seiring dengan berjalannya transisi energi di Tanah Air.
Menurut Ego dalam paparannya, dalam proses transisi energi, pengembangan EBT tetap mempertimbangkan realitas kebutuhan energi, keekonomian yang wajar dengan memberikan kesempatan pertama pada energi terbarukan.
“Beberapa upaya pemerintah untuk menuju emisi lebih bersih antara lain pengembangan EBT dengan prioritas PLTS (pembangkit listrik tenaga surya), kemudian konversi PLTD (pembangkit listrik tenaga diesel) menjadi EBT serta implementasi green fuel,” ujar Ego.
Dia memaparkan, secara umum untuk mendukung target investasi tahun ini pemerintah menyiapkan beberapa kebijakan. Antara lain; mempromosikan peluang investasi kepada para investor dalam negeri maupun luar negeri, penyederhanaan perizinan dan kemudahan berusaha, pelayanan perizinan terintegrasi secara elektronik melalui aplikasi OSS, dan memberikan akses data terbuka sektor ESDM.
Sejalan dengan upaya melakukan transisi energi, kalangan pelaku usaha juga memanfaatkan momentum tersebut dengan melakukan diversifikasi bisnis ke arah lebih hijau. Salah satunya dilakukan oleh PT Indika Energy Tbk (INDY) yang menargetkan 50% pendapatan pada 2025 mendatang akan berasal dari bisnis non batubara.
Secara keseluruhan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan investasi di sektor ESDM bisa mencapai USD34,8 miliar pada tahun ini. Angka tersebut meningkat dibanding realisasi investasi pada 2020 yang hanya USD25,8 miliar. Adapun untuk tahun depan target investasi sektor ESDM pada 2021 dipatok di angka USD40,2 miliar.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial menyatakan, target investasi sebesar itu dutetapkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja nasional.
"Tahun lalu nilai investasi mencapai USD25,8 miliar, itu 20% di bawah target awal. Tahun ini investasi dapat naik USD 34,8 miliar," kata Ego dalam diskusi virtual ‘Sambung Rasa Pemangku Kepentingan Sektor Energi’ yang digelar oleh Energy and Mining Editor Society (E2S) pada Senin (12/4) lalu.
Ego yang saat itu mewakili Menteri ESDM Arifin Tasrif menambahkan, dari nilai investasi sebesar itu, sektor hulu dan hilir minyak dan gas (migas) paling besar dengan target USD16,8 miliar pada 2021. Selanjutnya, sektor ketenagalistrikan USD9,9 miliar, mineral dan batu bara (minerba) USD6 miliar, dan energi baru dan terbarukan (EBT) USD2,1 miliar. Sementara pada tahun lalu realisasi investasi EBT hanya USD1,4 miliar.
Khusus untuk sektor EBT, dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan. Hal ini seiring dengan berjalannya transisi energi di Tanah Air.
Menurut Ego dalam paparannya, dalam proses transisi energi, pengembangan EBT tetap mempertimbangkan realitas kebutuhan energi, keekonomian yang wajar dengan memberikan kesempatan pertama pada energi terbarukan.
“Beberapa upaya pemerintah untuk menuju emisi lebih bersih antara lain pengembangan EBT dengan prioritas PLTS (pembangkit listrik tenaga surya), kemudian konversi PLTD (pembangkit listrik tenaga diesel) menjadi EBT serta implementasi green fuel,” ujar Ego.
Dia memaparkan, secara umum untuk mendukung target investasi tahun ini pemerintah menyiapkan beberapa kebijakan. Antara lain; mempromosikan peluang investasi kepada para investor dalam negeri maupun luar negeri, penyederhanaan perizinan dan kemudahan berusaha, pelayanan perizinan terintegrasi secara elektronik melalui aplikasi OSS, dan memberikan akses data terbuka sektor ESDM.
Sejalan dengan upaya melakukan transisi energi, kalangan pelaku usaha juga memanfaatkan momentum tersebut dengan melakukan diversifikasi bisnis ke arah lebih hijau. Salah satunya dilakukan oleh PT Indika Energy Tbk (INDY) yang menargetkan 50% pendapatan pada 2025 mendatang akan berasal dari bisnis non batubara.