Tahun 2025 Penuh Tantangan, Beban Kelas Menengah Kian Berat
loading...
A
A
A
Pengetatan subsidi energi, sambung Achmad, juga menjadi beban tambahan bagi kelas menengah. Pemerintah mengubah mekanisme subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik menjadi berbasis nomor induk kependudukan (NIK).
"Meskipun kebijakan ini dirancang untuk memastikan subsidi lebih tepat sasaran, banyak masyarakat kelas menengah yang sebelumnya menikmati subsidi kini harus menghadapi kenaikan biaya energi," katanya.
Kondisi ini menurut Achmad akan memaksa kelas menengah tadi untuk mengalokasikan sebagian besar penghasilan mereka untuk kebutuhan dasar, sehingga mengurangi kapasitas investasi dan tabungan.
Namun, dua kebijakan tersebut belum semuanya. Achmad juga menyinggung Program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang mulai diimplementasikan pada 2024 juga menjadi sumber tekanan baru. Program ini mewajibkan pekerja dan pemberi kerja menyisihkan sebagian pendapatan untuk dana perumahan.
Meskipun bertujuan mulia untuk memperluas akses masyarakat terhadap hunian yang layak, program ini menurutnya juga semakin menambah beban finansial bagi kelas menengah, terutama mereka yang sudah memiliki cicilan atau kewajiban keuangan lainnya.
"Pada tahun 2025, dampak dari kebijakan ini semakin nyata dengan berkurangnya daya beli yang signifikan," cetusnya.
Ketidakpastian ekonomi global yang berbarengan dengan kebijakan domestik yang berat itu menurutnya memaksa kelas menengah untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan mereka. Untuk itu, Achmad menyarankan sejumlah langkah yang perlu dilakukan oleh masyarakat kelas menengah agar dapat bertahan dari tekanan-tekanan tersebut.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengatur ulang prioritas pengeluaran. Dalam situasi ini, tegas dia, kebutuhan primer harus menjadi fokus utama, sementara pengeluaran untuk barang konsumsi yang tidak mendesak perlu dikurangi.
"Membuat anggaran bulanan yang ketat dapat membantu memastikan pengeluaran tidak melebihi pendapatan, sekaligus memberikan ruang untuk menabung," tuturnya.
Langkah lainnya, sambung dia, adalah mendiversifikasi sumber pendapatan. Kelas menengah perlu mencari peluang usaha sampingan atau investasi pada aset-aset yang memiliki risiko rendah tetapi memberikan pengembalian yang stabil.
"Meskipun kebijakan ini dirancang untuk memastikan subsidi lebih tepat sasaran, banyak masyarakat kelas menengah yang sebelumnya menikmati subsidi kini harus menghadapi kenaikan biaya energi," katanya.
Kondisi ini menurut Achmad akan memaksa kelas menengah tadi untuk mengalokasikan sebagian besar penghasilan mereka untuk kebutuhan dasar, sehingga mengurangi kapasitas investasi dan tabungan.
Namun, dua kebijakan tersebut belum semuanya. Achmad juga menyinggung Program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang mulai diimplementasikan pada 2024 juga menjadi sumber tekanan baru. Program ini mewajibkan pekerja dan pemberi kerja menyisihkan sebagian pendapatan untuk dana perumahan.
Meskipun bertujuan mulia untuk memperluas akses masyarakat terhadap hunian yang layak, program ini menurutnya juga semakin menambah beban finansial bagi kelas menengah, terutama mereka yang sudah memiliki cicilan atau kewajiban keuangan lainnya.
"Pada tahun 2025, dampak dari kebijakan ini semakin nyata dengan berkurangnya daya beli yang signifikan," cetusnya.
Ketidakpastian ekonomi global yang berbarengan dengan kebijakan domestik yang berat itu menurutnya memaksa kelas menengah untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan mereka. Untuk itu, Achmad menyarankan sejumlah langkah yang perlu dilakukan oleh masyarakat kelas menengah agar dapat bertahan dari tekanan-tekanan tersebut.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengatur ulang prioritas pengeluaran. Dalam situasi ini, tegas dia, kebutuhan primer harus menjadi fokus utama, sementara pengeluaran untuk barang konsumsi yang tidak mendesak perlu dikurangi.
"Membuat anggaran bulanan yang ketat dapat membantu memastikan pengeluaran tidak melebihi pendapatan, sekaligus memberikan ruang untuk menabung," tuturnya.
Langkah lainnya, sambung dia, adalah mendiversifikasi sumber pendapatan. Kelas menengah perlu mencari peluang usaha sampingan atau investasi pada aset-aset yang memiliki risiko rendah tetapi memberikan pengembalian yang stabil.