3 Alasan Kelas Menengah Indonesia Rentan Jatuh Miskin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kelas menengah Indonesia menghadapi ancaman besar untuk jatuh ke dalam kemiskinan. Berdasarkan data terbaru dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang diolah Bank Mandiri, jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia terus menurun.
Pada 2024, tercatat hanya 47,85 juta jiwa, menurun signifikan dibandingkan dengan 57,33 juta jiwa pada 2019. Selain itu, jumlah masyarakat kelas menengah rentan meningkat menunjukkan betapa rapuhnya posisi kelas menengah di tengah ketidakpastian ekonomi.
Salah satu alasan utama adalah penurunan jumlah kelas menengah yang cukup tajam dalam beberapa tahun terakhir. Proporsi kelas menengah dalam struktur penduduk Indonesia pada 2023 tercatat hanya 17,44 persen, turun jauh dari 21,45 persen pada 2019. Penurunan ini menunjukkan bahwa banyak warga yang sebelumnya berada di kelas menengah, kini terpaksa jatuh ke dalam kategori kelas menengah rentan atau bahkan miskin. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, termasuk inflasi tinggi dan ketidakpastian ekonomi global dan domestik yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
Alasan kedua adalah meningkatnya pengeluaran kelas menengah yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan yang signifikan. Rata-rata pengeluaran per kapita kelas menengah Indonesia pada 2024 tercatat sekitar Rp 3,35 juta per bulan, meningkat 142 persen dibandingkan dengan tahun 2019 yang hanya sebesar Rp 2,36 juta. Namun, meskipun pengeluaran meningkat, penghasilan yang diterima tidak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup yang semakin tinggi.
Pada 2021, rata-rata sisa gaji kelas menengah Indonesia hanya sekitar Rp 435.888 per bulan, jauh lebih kecil dibandingkan dengan kelas atas yang memiliki sisa gaji rata-rata Rp1,59 juta per bulan.
Kesenjangan antara kelas menengah dan kelas atas juga semakin mencolok. Kelas menengah yang berada di ambang kemiskinan mengalami kesulitan besar untuk menabung atau berinvestasi, yang semakin membatasi peluang mereka untuk memperbaiki kondisi keuangan. Sebagian besar warga kelas menengah hanya bisa bertahan hidup dengan pengeluaran yang pas-pasan, tanpa memiliki cadangan atau investasi untuk menghadapi masa depan yang lebih baik.
Kondisi ini memperburuk ketimpangan ekonomi yang ada, dengan sebagian kecil masyarakat yang memiliki kemampuan finansial lebih untuk naik ke kelas atas.Dengan adanya penurunan jumlah kelas menengah, peningkatan pengeluaran yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan, dan kesenjangan ekonomi yang semakin lebar, kelas menengah Indonesia berada dalam posisi yang sangat rentan.
Pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah strategis untuk melindungi kelas menengah, seperti mempertahankan subsidi, menunda kenaikan pajak, serta meningkatkan literasi keuangan dan investasi di kalangan masyarakat. Tanpa langkah tersebut, ancaman menguras tabungan hingga turun kelas dan ketidakstabilan ekonomi dapat semakin mengancam stabilitas sosial dan ekonomi Indonesia.
Pada 2024, tercatat hanya 47,85 juta jiwa, menurun signifikan dibandingkan dengan 57,33 juta jiwa pada 2019. Selain itu, jumlah masyarakat kelas menengah rentan meningkat menunjukkan betapa rapuhnya posisi kelas menengah di tengah ketidakpastian ekonomi.
Berikut 3 alasan utama mengapa kelas menengah Indonesia rentan jatuh miskin
1. Daya Beli Rendah
Salah satu alasan utama adalah penurunan jumlah kelas menengah yang cukup tajam dalam beberapa tahun terakhir. Proporsi kelas menengah dalam struktur penduduk Indonesia pada 2023 tercatat hanya 17,44 persen, turun jauh dari 21,45 persen pada 2019. Penurunan ini menunjukkan bahwa banyak warga yang sebelumnya berada di kelas menengah, kini terpaksa jatuh ke dalam kategori kelas menengah rentan atau bahkan miskin. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, termasuk inflasi tinggi dan ketidakpastian ekonomi global dan domestik yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
2. Pengeluaran Tinggi tapi Pendapatan Rendah
Alasan kedua adalah meningkatnya pengeluaran kelas menengah yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan yang signifikan. Rata-rata pengeluaran per kapita kelas menengah Indonesia pada 2024 tercatat sekitar Rp 3,35 juta per bulan, meningkat 142 persen dibandingkan dengan tahun 2019 yang hanya sebesar Rp 2,36 juta. Namun, meskipun pengeluaran meningkat, penghasilan yang diterima tidak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup yang semakin tinggi.
Pada 2021, rata-rata sisa gaji kelas menengah Indonesia hanya sekitar Rp 435.888 per bulan, jauh lebih kecil dibandingkan dengan kelas atas yang memiliki sisa gaji rata-rata Rp1,59 juta per bulan.
3. Kesenjangan Ekonomi
Kesenjangan antara kelas menengah dan kelas atas juga semakin mencolok. Kelas menengah yang berada di ambang kemiskinan mengalami kesulitan besar untuk menabung atau berinvestasi, yang semakin membatasi peluang mereka untuk memperbaiki kondisi keuangan. Sebagian besar warga kelas menengah hanya bisa bertahan hidup dengan pengeluaran yang pas-pasan, tanpa memiliki cadangan atau investasi untuk menghadapi masa depan yang lebih baik.
Kondisi ini memperburuk ketimpangan ekonomi yang ada, dengan sebagian kecil masyarakat yang memiliki kemampuan finansial lebih untuk naik ke kelas atas.Dengan adanya penurunan jumlah kelas menengah, peningkatan pengeluaran yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan, dan kesenjangan ekonomi yang semakin lebar, kelas menengah Indonesia berada dalam posisi yang sangat rentan.
Pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah strategis untuk melindungi kelas menengah, seperti mempertahankan subsidi, menunda kenaikan pajak, serta meningkatkan literasi keuangan dan investasi di kalangan masyarakat. Tanpa langkah tersebut, ancaman menguras tabungan hingga turun kelas dan ketidakstabilan ekonomi dapat semakin mengancam stabilitas sosial dan ekonomi Indonesia.
(nng)