Perekonomian Global Diprediksi Rebound di Semester II 2020

Kamis, 13 Februari 2020 - 21:18 WIB
Perekonomian Global Diprediksi Rebound di Semester II 2020
Perekonomian Global Diprediksi Rebound di Semester II 2020
A A A
JAKARTA - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) optimistis bahwa perekonomian global akan memulih alias rebound pada semester II 2020. Senior Portfolio Manager Equity MAMI, Caroline Rusli, menilai secara keseluruhan tema stabilisasi ekonomi global di tahun 2020 tidak berubah.

Optimisme ini dengan memperhitungkan langkah komprehensif yang diberlakukan Pemerintah China untuk mencegah dan meminimalisir penyebaran virus corona. Maka diperkirakan distorsi data ekonomi akibat peristiwa ini akan berdampak paling lama selama satu sampai dua kuartal ke depan.

"Sejauh ini kami memandang bahwa wabah virus corona bukanlah sesuatu yang bersifat permanen dalam jangka panjang, walaupun memang dalam jangka pendek, peristiwa ini memberikan dampak guncangan yang cukup penting pada ekonomi global," ujar Caroline di Jakarta, Kamis (13/2/2020).

Di samping itu, pemerintah dan bank sentral China terlihat sangat tanggap menjaga stabilisasi ekonomi lewat stimulus fiskal dan pemangkasan suku bunga guna menjaga ketersediaan likuiditas di pasar. Diharapkan kebijakan tersebut dapat mengurangi dampak negatif wabah virus corona terhadap ekonomi China.

Pihaknya memperkirakan akselerasi pertumbuhan ekonomi global akan meningkat menjelang pertengahan kedua di tahun ini, didukung oleh perbaikan sentimen dan perdagangan global, suku bunga rendah bank sentral global, gradual inventory restocking dan akselerasi adopsi teknologi 5G yang diharapkan dapat menjadi pendukung dari disrupsi ekonomi yang terjadi saat ini.

Secara ekonomi dibandingkan dengan negara maju, Asia dinilai lebih rentan terhadap dampak negatif dari penyebaran virus corona. Akan tetapi yang perlu dipahami adalah tingkat kerentanan negara di Asia tidaklah sama. Namun akan sangat tergantung dari seberapa besar eksposur perekonomian terhadap China, baik dari sisi pariwisata, rantai pasokan industri, ketergantungan FDI dan aktivitas ekspor impor. Itulah mengapa besaran koreksi di pasar saham dan nilai tukar setiap negara di Asia juga berbeda.

Menariknya, koreksi yang terjadi sejak merebaknya wabah virus corona membuat valuasi pasar saham Asia menjadi lebih atraktif. Sebelumnya di awal tahun PE ratio F12M pasar saham Asia Pasifik sempat naik di atas +2 standar deviasi, sekarang sudah turun di bawah +1 standar deviasi dalam lima tahun terakhir. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, pasar finansial cenderung mencapai titik terendah ketika intensitas penyebaran virus menunjukkan penurunan.

"Sejauh ini pihaknya menilai narasi positif perbaikan earnings Asia di 2020 masih tetap terjaga didorong oleh ekspektasi perbaikan aktivitas ekonomi. Secara historis laba emiten Asia berkorelasi positif dengan tren perdagangan global," ujarnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5666 seconds (0.1#10.140)