BI Guyur Insentif Likuiditas Rp295 Triliun, Paling Besar ke Bank Swasta
loading...

Bank Indonesia (BI) melaporkan penyaluran Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) hingga minggu kedua Februari 2025. FOTO/dok.SINDOnews
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) telah menyalurkan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebesar Rp295 triliun hingga minggu kedua Februari 2025.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, dari angka tersebut disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp129,2 triliun, bank Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp131,9 triliun, Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp28,7 triliun, dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) sebesar Rp4,9 triliun.
"Hingga minggu kedua Februari 2025, Bank Indonesia telah memberikan insentif KLM sebesar Rp295 triliun, atau meningkat sebesar Rp36 triliun dari Rp259 triliun pada akhir Oktober 2024," kata Perry dalam konferensi pers RDG BI Bulan Februari 2025, Rabu (19/2/2025).
Perry menegaskan, BI terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk mendukung kesuksesan program-program dalam Asta Cita melalui peningkatan KLM guna mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan pada sektor-sektor prioritas, termasuk sektor perumahan dan pertanian.
Adapun kredit perbankan tetap kuat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pada Januari 2025, pertumbuhan kredit mencapai 10,27 persen (yoy), didorong oleh sisi penawaran dan permintaan.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit ditopang oleh realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan yang masih berlanjut, dukungan pendanaan dari pertumbuhan DPK yang masih terjaga, serta ketersediaan likuiditas yang tetap baik sejalan dengan implementasi penguatan KLM.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan korporasi yang masih tumbuh positif di tengah konsumsi rumah tangga yang terbatas.
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit modal kerja, kredit konsumsi, dan kredit investasi, masing-masing sebesar 8,40 persen (yoy), 13,22 persen (yoy), dan 10,37 persen (yoy) pada Januari 2025. Ke mudian, BI mencatat pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,71 persen (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh 2,88 persen (yoy).
"Ke depan, Bank Indonesia akan turut mendorong pertumbuhan kredit melalui berbagai kebijakan makroprudensial yang akomodatif sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, dari angka tersebut disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp129,2 triliun, bank Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp131,9 triliun, Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp28,7 triliun, dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) sebesar Rp4,9 triliun.
"Hingga minggu kedua Februari 2025, Bank Indonesia telah memberikan insentif KLM sebesar Rp295 triliun, atau meningkat sebesar Rp36 triliun dari Rp259 triliun pada akhir Oktober 2024," kata Perry dalam konferensi pers RDG BI Bulan Februari 2025, Rabu (19/2/2025).
Perry menegaskan, BI terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk mendukung kesuksesan program-program dalam Asta Cita melalui peningkatan KLM guna mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan pada sektor-sektor prioritas, termasuk sektor perumahan dan pertanian.
Adapun kredit perbankan tetap kuat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pada Januari 2025, pertumbuhan kredit mencapai 10,27 persen (yoy), didorong oleh sisi penawaran dan permintaan.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit ditopang oleh realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan yang masih berlanjut, dukungan pendanaan dari pertumbuhan DPK yang masih terjaga, serta ketersediaan likuiditas yang tetap baik sejalan dengan implementasi penguatan KLM.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan korporasi yang masih tumbuh positif di tengah konsumsi rumah tangga yang terbatas.
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit modal kerja, kredit konsumsi, dan kredit investasi, masing-masing sebesar 8,40 persen (yoy), 13,22 persen (yoy), dan 10,37 persen (yoy) pada Januari 2025. Ke mudian, BI mencatat pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,71 persen (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh 2,88 persen (yoy).
"Ke depan, Bank Indonesia akan turut mendorong pertumbuhan kredit melalui berbagai kebijakan makroprudensial yang akomodatif sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
(nng)
Lihat Juga :