Obral Insentif, Sri Mulyani: Kalau Procyclical Saya Bukan Menkeu Tapi Cheerleader

Rabu, 26 Februari 2020 - 19:58 WIB
Obral Insentif, Sri Mulyani: Kalau Procyclical Saya Bukan Menkeu Tapi Cheerleader
Obral Insentif, Sri Mulyani: Kalau Procyclical Saya Bukan Menkeu Tapi Cheerleader
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menekankan, posisinya sebagai Menkeu membuatnya harus melaksanakan kebijakan countercyclical saat mengelola kebijakan fiskal. Melainkan bukan procyclical, yang menurut mantan Direktur Bank Dunia itu berarti menjadi seorang pemandu sorak (cheerleader).

"Kalau saya procyclical, saya tidak jadi Menkeu tapi cheerleader. Kalau lagi nyungsep, ikut nyungsep. Saya bukan cheerleader, tapi countercyclical,” ujar Menkeu Sri Mulyani dalam acara Economic Outlook 2020 di Jakarta, Rabu (26/2/2020).

Countercyclical di sini dalam artian, kebijakan pemerintah tidak boleh ikut hanyut saat ekonomi berada dalam tren pelemahan agar ekonomi Indonesia tidak semakin terdampak negatif. Sebaliknya di saat ekonomi menunjukkan perbaikan, pemerintah siap memanfaatkan momentum dengan menarik pajak.

Berbeda dengan bank yang sifatnya procyclical. Artinya, ketika siklus ekonomi menurun maka penyaluran kredit pasti rendah. Bank juga perlu perhatikan risiko atau kredit bermasalah (NPL). Tidak mungkin bank jor-joran memberi kredit ketika sektor riilnya cuma tumbuh 5% dalam tiga tahun terakhir.

Sikap Countercyclical diwujudkan pemerintah dengan memberikan stimulus ekonomi ke dunia usaha maupun masyarakat. Dalam paket stimulus yang resmi ditentukan dalam Sidang Kabinet, pemerintah memberikan berbagai insentif ke sektor pariwisata, termasuk maskapai, hotel serta restoran hingga sektor perumahan.

Dari sisi konsumsi masyarakat, Sri Mulyani mengatakan, pemerintah melakukan stimulus dengan menambah nominal kartu sembako. Kebijakan yang diambil ketika penerimaan pajak menyusut, maka pemerintah harus menghadapi efek selanjutnya yakni defisit yang melebar.

Meski demikian, Menkeu mengutarakan tidak akan melakukan pemangkasan anggaran belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) dalam menekean defisit APBN yang diperkirakan akan terus membengkak. Menurutnya aksi pemangkasan anggaran bukan menjadi solusi dalam mengantisipasi perekonomian negara agar tetap stabil.

Sebab, dalam APBN 2020 memang tersedia dana cadangan yang disiapkan untuk kejadian yang tidak terduga. "Dana cadangan itulah yang akan digunakan dalam pemberian sederet insentif dalam menangkis virus corona. Insentif yang disiapkan pemerintah sangat berpengaruh untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia," jelasnya

Sri Mulyani menambahkan, virus corona pun juga menjadi topik bahasan di berbagai belahan negara, termasuk dalam pertemuan negara-negara G20. "G20 mengangkat corona is very serious, permasalahannya kuartal I kalau nggak selesai, pemerintah siapkan stimulus,” tuturnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5906 seconds (0.1#10.140)