Bank Sentral Rusia Memperingatkan Kejatuhan Harga Minyak era 80-an Bisa Terulang
loading...
A
A
A
"Preseden sejarah – setelah periode harga minyak tinggi pada tahun 1974-1985, 18 (!!) tahun harga minyak rendah," kata presentasi tersebut.
Selama beberapa dekade, tingginya harga minyak memungkinkan Kremlin untuk melindungi ekonomi di tengah sanksi. Serta menghabiskannya untuk kampanye politik di luar negeri sehingga pemerintah mendapat dukungan dari Kuba hingga Angola dan Vietnam.
Ketika harga minyak jatuh, ekonomi menghantam dengan konsekuensi geopolitik yang spektakuler seperti pada tahun 1991 saat Uni Soviet runtuh. Runtuhnya harga minyak pada tahun 1980-an membuat tidak mungkin bagi Uni Soviet untuk mengimbangi Amerika Serikat dalam perlombaan senjata.
Masalah keuangan memperburuk dan menyebabkan berakhirnya Uni Soviet, sebuah peristiwa yang telah berulang kali digambarkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai tragedi.
Harga minyak saat ini diperdagangkan sekitar USD70 per barel - tingkatan yang nyaman untuk Rusia, saat anggaran negara mengasumsikan harga minyak USD69,7 per barel.
Pada tahun 2008, Moskow harus mengerahkan penyangga fiskal dan cadangannya untuk menstabilkan ekonomi dan menahan pengangguran setelah harga minyak turun karena masalah hipotek subprime AS.
Harga minyak juga turun tajam dalam 15 tahun terakhir termasuk selama pandemi virus corona, tetapi sifat penurunan minyak yang hanya jangka pendek tidak secara serius menguji ketahanan ekonomi Kremlin.
Putin berbicara dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman pada awal bulan ini dan menggarisbawahi kesepakatan minyak OPEC+ untuk stabilitas pasar minyak global.
"Komitmen Rusia dan Arab Saudi untuk mematuhi kewajiban yang diasumsikan dalam "OPEC Plus" ditekankan," kata Kremlin.
Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan, bahwa total kapasitas cadangan OPEC - output menganggur yang dapat dioperasikan - mencapai sekitar 5,3 juta barel per hari, mendekati ekspor minyak dan bahan bakar Rusia.
Kejatuhan Soviet Imbas Harga Minyak
Bagi Rusia, sebagai eksportir terbesar kedua di dunia, minyak dan gas telah menjadi kekuatan dan kelemahannya sejak Soviet menemukan salah satu cekungan hidrokarbon terbesar di dunia di Siberia Barat dalam beberapa dekade setelah Perang Dunia Kedua.Selama beberapa dekade, tingginya harga minyak memungkinkan Kremlin untuk melindungi ekonomi di tengah sanksi. Serta menghabiskannya untuk kampanye politik di luar negeri sehingga pemerintah mendapat dukungan dari Kuba hingga Angola dan Vietnam.
Ketika harga minyak jatuh, ekonomi menghantam dengan konsekuensi geopolitik yang spektakuler seperti pada tahun 1991 saat Uni Soviet runtuh. Runtuhnya harga minyak pada tahun 1980-an membuat tidak mungkin bagi Uni Soviet untuk mengimbangi Amerika Serikat dalam perlombaan senjata.
Masalah keuangan memperburuk dan menyebabkan berakhirnya Uni Soviet, sebuah peristiwa yang telah berulang kali digambarkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai tragedi.
Harga minyak saat ini diperdagangkan sekitar USD70 per barel - tingkatan yang nyaman untuk Rusia, saat anggaran negara mengasumsikan harga minyak USD69,7 per barel.
Pada tahun 2008, Moskow harus mengerahkan penyangga fiskal dan cadangannya untuk menstabilkan ekonomi dan menahan pengangguran setelah harga minyak turun karena masalah hipotek subprime AS.
Harga minyak juga turun tajam dalam 15 tahun terakhir termasuk selama pandemi virus corona, tetapi sifat penurunan minyak yang hanya jangka pendek tidak secara serius menguji ketahanan ekonomi Kremlin.
Putin berbicara dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman pada awal bulan ini dan menggarisbawahi kesepakatan minyak OPEC+ untuk stabilitas pasar minyak global.
"Komitmen Rusia dan Arab Saudi untuk mematuhi kewajiban yang diasumsikan dalam "OPEC Plus" ditekankan," kata Kremlin.
Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan, bahwa total kapasitas cadangan OPEC - output menganggur yang dapat dioperasikan - mencapai sekitar 5,3 juta barel per hari, mendekati ekspor minyak dan bahan bakar Rusia.
Lihat Juga :