Ketika Pariwisata Letoy, Sawit Tetap Perkasa Jadi Penyumbang Devisa

Selasa, 08 September 2020 - 13:44 WIB
loading...
Ketika Pariwisata Letoy,...
Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Industri kelapa sawit diharapkan menjadi penyumbang devisa negara sepanjang tahun 2020. Di tengah pandemi Covid 19, industri kelapa sawit masih menunjukkan kinerja positif. Bahkan, pada semester I tahun 2020, nilai ekspor sawit sudah tembus USD10,06 miliar dolar. Diperkirakan, hingga akhir tahun 2020, nilai ekspor sawit tak jauh beda dengan tahun sebelumnya, sebesar USD20,2 miliar.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, dalam situasi pandemi, industri sawit masih beroperasi dengan baik.

“Kami memang belum bisa memprediksi nilai ekspor hingga akhir tahun. Tapi, kami berharap ada peningkatan, dan paling tidak seperti tahun sebelumnya,” kata Joko Supriyono, dalam konferensi pers secara virtual, di Jakarta, Selasa (8/7/2020). ( Baca juga:Berat! Apindo Sebut Skema Keringanan BP Jamsostek Tak Membantu )

Joko mengatakan, produksi crude palm oil (CPO) pada Juni 2020 meningkat sebanyak 4.096 ribu ton, atau naik 13,5% dibanding Mei 2020. Sedangkan konsumsi dalam negeri pada Juni 2020 turun 3,5% menjadi 1.331 ribu ton dibanding bulan sebelumnya. Sementara itu, ekspornya naik signifikan sebesar 13,9% menjadi 2.767 ribu ton.

Kenaikan terbesar untuk ekspor terjadi dengan tujuan India (52%) menjadi 583 ribu ton, Afrika (43,3%) menjadi 271 ribu ton, China (33%) menjadi 440 ribu ton, dan Pakistan (32%) menjadi 203 ribu ton. Kenaikan ekspor CPO ke India mencapai 206 ribu ton dari total kenaikan sebesar 200 ribu ton. Namun terjadi penurunan pada ekspor produk lain terutama refined palm oil.

“Naiknya ekspor sawit salah satunya didorong oleh kenaikan harga CPO, dari rata-rata USD526 pada bulan Mei menjadi USD602 per ton-Cif Rotterdam pada Juni. Nilai ekspor juga naik dari USD1,474 miliar menjadi USD1,624 miliar,” ujar Joko. ( Baca juga:Jokowi Minta Politik Identitas Tak Digunakan di Pilkada Serentak 2020 )

Joko juga mengatakan, sejumlah negara tujuan ekspor sejak Februari sudah lock down. Sehingga, pasar utama sawit seperti Eropa, China, dan sejumlah negara lainnya mengalami pelemahan. Hanya beberapa negara, seperti India (plus 23%), Amerika (plus 7%) dan Pakistan (plus 1% ).

"Lantaran sejumlah negara tujuan ekspor mengalami lock down, volume ekspor sepanjang semester I pun terkontraksi 15,5 juta ton, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 17,5 juta ton," tandasnya.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1631 seconds (0.1#10.140)