UMKM Kembangkan Produk Lokal hingga Internasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keterbatasan fisik dan pendidikan dianggap sebagian besar orang sebagai penghalang untuk mencapai kesuksesan. Namun, anggapan kuno tersebut tampaknya bisa dipatahkan oleh para perempuan penggiat wirausaha usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang bisa membawa kearifan lokal bernilai internasional.
Salah satunya, Rofitasari Rahayu (22) penyandang disabilitas tunarungu dan tunawicara yang juga tidak lulus sekolah dasar. Namun, keterbatasan itu tidak menyurutkan semangatnya untuk berkarya dan berwirausaha.
"Dek Rofita ini tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara. Bahasa isyarat pun tidak bisa karena waktu itu kelas 3 SD sudah putus sekolah karena gempa tahun 2006 di Yogyakarta. Lalu dia memutuskan pulang ke Gunung Kidul," ujar Eri, pendamping Rofitasari. (Baca: Mahfud MD Kembali tegaskan Pemerintah Tak Akan Menunda Pilkada 2020)
Dengan bakat terpendam yang dimilikinya, yaitu di bidang seni kerajinan tangan, dia pelan-pelan memproduksi karya seninya sendiri. Dia juga mulai memasarkannya ke publik.
"Untuk penjualannya, kalau kemarin-kemarin hanya melalui workshop dan belum ke online. Dengan ikut pelatihan, sekarang sudah bisa memasarkan lewat online. Bahkan, sudah merambah pemasarannya melalui e-commerce," tambahnya.
Produk yang dipasarkan Rofitasari terbilang unik. Dia memasarkan dua macam karya kerajinan tangan, yakni karya lukis dan wayang sodo atau wayang lidi. Wayang sodo atau lidi merupakan ikon budaya khas Gunung Kidul, Yogyakarta. Berkat keahlian yang dimiliki Rofitasari, kini kerajinan tangan tersebut telah dikenal hingga mancanegara seperti Amerika, Malaysia, dan Singapura.
Ada yang istimewa dari karya lukis yang dipasarkan Rofitasari. Salah satunya gambar Presiden Pertama RI Soekarno yang dibanderol dengan harga Rp5 juta dan lukisan ikan koi seharga Rp750.000. Untuk menyelesaikan satu karya lukisnya, Rofitasari membutuhkan waktu 1 sampai 2 hari, tergantung dari kesulitan lukisan dan besarnya kanvas.
"Untuk lukisan, waktu itu ada yang pesan dan dikirim keluar negeri. Jadi, kalau lukisan memang tidak punya pakem khusus, kalau memang ada permintaan dari customer akan kita buatkan," tambah Eri.
Sementara itu, untuk produk wayang lidinya dibanderol dari harga Rp50.000 sampai Rp10 juta. Wayang lidi yang dihargai Rp50.000 dijual per satuan, sedangkan yang dibanderol Rp10 juta berbentuk kolase wayang sodo di kanvas dan diberi tema “The Exodus of Brayut Families”. (Baca juga: WHO Peringatkan Dunia Lebih Siap untuk Pandemi Berikutnya)
Salah satunya, Rofitasari Rahayu (22) penyandang disabilitas tunarungu dan tunawicara yang juga tidak lulus sekolah dasar. Namun, keterbatasan itu tidak menyurutkan semangatnya untuk berkarya dan berwirausaha.
"Dek Rofita ini tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara. Bahasa isyarat pun tidak bisa karena waktu itu kelas 3 SD sudah putus sekolah karena gempa tahun 2006 di Yogyakarta. Lalu dia memutuskan pulang ke Gunung Kidul," ujar Eri, pendamping Rofitasari. (Baca: Mahfud MD Kembali tegaskan Pemerintah Tak Akan Menunda Pilkada 2020)
Dengan bakat terpendam yang dimilikinya, yaitu di bidang seni kerajinan tangan, dia pelan-pelan memproduksi karya seninya sendiri. Dia juga mulai memasarkannya ke publik.
"Untuk penjualannya, kalau kemarin-kemarin hanya melalui workshop dan belum ke online. Dengan ikut pelatihan, sekarang sudah bisa memasarkan lewat online. Bahkan, sudah merambah pemasarannya melalui e-commerce," tambahnya.
Produk yang dipasarkan Rofitasari terbilang unik. Dia memasarkan dua macam karya kerajinan tangan, yakni karya lukis dan wayang sodo atau wayang lidi. Wayang sodo atau lidi merupakan ikon budaya khas Gunung Kidul, Yogyakarta. Berkat keahlian yang dimiliki Rofitasari, kini kerajinan tangan tersebut telah dikenal hingga mancanegara seperti Amerika, Malaysia, dan Singapura.
Ada yang istimewa dari karya lukis yang dipasarkan Rofitasari. Salah satunya gambar Presiden Pertama RI Soekarno yang dibanderol dengan harga Rp5 juta dan lukisan ikan koi seharga Rp750.000. Untuk menyelesaikan satu karya lukisnya, Rofitasari membutuhkan waktu 1 sampai 2 hari, tergantung dari kesulitan lukisan dan besarnya kanvas.
"Untuk lukisan, waktu itu ada yang pesan dan dikirim keluar negeri. Jadi, kalau lukisan memang tidak punya pakem khusus, kalau memang ada permintaan dari customer akan kita buatkan," tambah Eri.
Sementara itu, untuk produk wayang lidinya dibanderol dari harga Rp50.000 sampai Rp10 juta. Wayang lidi yang dihargai Rp50.000 dijual per satuan, sedangkan yang dibanderol Rp10 juta berbentuk kolase wayang sodo di kanvas dan diberi tema “The Exodus of Brayut Families”. (Baca juga: WHO Peringatkan Dunia Lebih Siap untuk Pandemi Berikutnya)