UMKM Kembangkan Produk Lokal hingga Internasional
loading...
A
A
A
Dalam satu hari Rofitasari mampu membuat 4 sampai 5 wayang. Dalam waktu 3 bulan terakhir ini karyanya sudah mulai mendapatkan pesanan. "Sudah banyak pesanan dari toko suvenir, baik dari Kabupaten Bantul maupun luar negeri. Selain itu, pemesanan ada yang datang langsung ke rumah. Jumlahnya dalam sebulan tidak tentu, tetapi setelah ikut memasarkan melalui online, penjualannya naik hingga 75%," kata Eri.
Meski sudah mendapatkan banyak pemesanan, Rofitasari masih terkendala dalam hal pengemasan. Karena bahan material wayang yang mudah rusak sehingga selalu mencari cara agar karyanya bisa sampai ke konsumen dengan baik. Berkat usahanya tersebut, wanita yang akrab disapa Ayu ini telah banyak membantu warga di sekitarnya.
"Untuk saat ini ada 35 perajin yang membantu dan semua warga satu desa. Jadi dengan kreativitas, Rofitasari bisa membuka lapangan pekerjaan untuk warga sekitar," sebut Eri.
Tidak hanya Rofitasari yang berhasil mengangkat kebudayaan lokal agar bisa bersaing hingga pasar internasional, Suyatmi, pemilik Auliya Lurik, dengan tekun mengembangkan usaha lurik rumahan miliknya sejak 2008. Berkat kegigihannya, dia berhasil membawa lurik bersaing di pasar internasional, sekaligus memberikan lapangan kerja kepada masyarakat sekitarnya.
Tenun lurik Suyatmi memiliki beberapa motif, seperti motif telupat yang sangat sederhana dengan garis vertikal berjumlah tujuh garis dalam setiap kelompoknya. Untuk motif ini dihadirkan dengan warna alam yang cenderung natural. Kemudian motif udan liris yang melambangkan kesuburan yang lebih sering digunakan pemimpin atau pengusaha pada zaman dahulu. (Baca juga: Bela Yunani, Uni Eropa Siap Keroyok Turki dengan Sanksi)
Adapun harga tenun lurik yang dijual disesuaikan dari kualitas benang, bukan dari motif yang dihasilkan. Rata-rata Auliya Lurik menjual hasil produksinya kepada konsumen langsung maupun penjual lurik baik melalui offline maupun online dengan harga Rp100.000 hingga Rp150.000 per meter persegi.
"Awalnya tidak percaya diri untuk memulai usaha ini, tetapi setelah mengikuti pelatihan dan mendapat pendampingan, baru berani memulai usaha, baik online ataupun lewat pameran. Harapannya agar semakin meningkatkan penjualan sehingga dapat menjadi produk unggulan dan kebanggaan Desa Karangasem, Klaten, Jawa Tengah, sekaligus turut melestarikan tenun lurik Indonesia," kata Suyatmi.
Dia menambahkan, dengan ikut pendampingan usaha yang awalnya sama sekali tidak dapat menghasilkan omzet, kini dengan semakin bertambahnya ilmu pemasaran, perlahan usahanya mulai stabil, bahkan mengalami peningkatan sebesar 10%. (Baca juga: Virus Corona Intai Pembalap Tour de France 2020)
Pemberdayaan masyarakat melalui usaha mikro kecil menengah (UMKM) sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia yang berkelanjutan dan juga turut memperkenalkan kerajinan khas Indonesia yang juga memiliki daya jual tinggi.
Meski sudah mendapatkan banyak pemesanan, Rofitasari masih terkendala dalam hal pengemasan. Karena bahan material wayang yang mudah rusak sehingga selalu mencari cara agar karyanya bisa sampai ke konsumen dengan baik. Berkat usahanya tersebut, wanita yang akrab disapa Ayu ini telah banyak membantu warga di sekitarnya.
"Untuk saat ini ada 35 perajin yang membantu dan semua warga satu desa. Jadi dengan kreativitas, Rofitasari bisa membuka lapangan pekerjaan untuk warga sekitar," sebut Eri.
Tidak hanya Rofitasari yang berhasil mengangkat kebudayaan lokal agar bisa bersaing hingga pasar internasional, Suyatmi, pemilik Auliya Lurik, dengan tekun mengembangkan usaha lurik rumahan miliknya sejak 2008. Berkat kegigihannya, dia berhasil membawa lurik bersaing di pasar internasional, sekaligus memberikan lapangan kerja kepada masyarakat sekitarnya.
Tenun lurik Suyatmi memiliki beberapa motif, seperti motif telupat yang sangat sederhana dengan garis vertikal berjumlah tujuh garis dalam setiap kelompoknya. Untuk motif ini dihadirkan dengan warna alam yang cenderung natural. Kemudian motif udan liris yang melambangkan kesuburan yang lebih sering digunakan pemimpin atau pengusaha pada zaman dahulu. (Baca juga: Bela Yunani, Uni Eropa Siap Keroyok Turki dengan Sanksi)
Adapun harga tenun lurik yang dijual disesuaikan dari kualitas benang, bukan dari motif yang dihasilkan. Rata-rata Auliya Lurik menjual hasil produksinya kepada konsumen langsung maupun penjual lurik baik melalui offline maupun online dengan harga Rp100.000 hingga Rp150.000 per meter persegi.
"Awalnya tidak percaya diri untuk memulai usaha ini, tetapi setelah mengikuti pelatihan dan mendapat pendampingan, baru berani memulai usaha, baik online ataupun lewat pameran. Harapannya agar semakin meningkatkan penjualan sehingga dapat menjadi produk unggulan dan kebanggaan Desa Karangasem, Klaten, Jawa Tengah, sekaligus turut melestarikan tenun lurik Indonesia," kata Suyatmi.
Dia menambahkan, dengan ikut pendampingan usaha yang awalnya sama sekali tidak dapat menghasilkan omzet, kini dengan semakin bertambahnya ilmu pemasaran, perlahan usahanya mulai stabil, bahkan mengalami peningkatan sebesar 10%. (Baca juga: Virus Corona Intai Pembalap Tour de France 2020)
Pemberdayaan masyarakat melalui usaha mikro kecil menengah (UMKM) sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia yang berkelanjutan dan juga turut memperkenalkan kerajinan khas Indonesia yang juga memiliki daya jual tinggi.