Indonesia Negara Maritim, Tapi Kontribusi Transportasi Laut Hanya 6%

Rabu, 23 September 2020 - 17:33 WIB
loading...
Indonesia Negara Maritim, Tapi Kontribusi Transportasi Laut Hanya 6%
Walaupun Indonesia negara maritim, namun kontribusi transportasi kelautan terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) masih sangat minim. Foto/SINDO Photo
A A A
BANDUNG - Walaupun Indonesia negara maritim , namun kontribusi transportasi kelautan terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) masih sangat minim. Mestinya, sektor ini memberi kontribusi lebih besar melihat potensi yang ada.

Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi menyatakan, sektor maritim sebenarnya memegang peranan dan tantangan yang sangat penting bagi Indonesia. Ini karena sekitar 2/3 wilayah Indonesia terdiri dari laut. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dengan sekitar 17.500 pulau.

(Baca Juga: Luhut: Jangan Terlena Lokasi Strategis, Kebesaran Wilayah hingga SDA Melimpah )

"Sayangnya, peranan transportasi laut masih rendah, ini bisa dilihat dari kontribusinya terhadap PDB. Pada tahun 2019, transportasi laut berkontribusi hanya sekitar 6,94 persen," jelas Setiadji, Rabu (23/9/2020).

Berbeda dengan transportasi darat yang mendominasi dan memberi kontribusi cukup besar. Yaitu berkontribusi sekitar 53,64 persen, diikuti transportasi udara sebesar 35,37%.

Menurut dia, salah satu solusi untuk menggenjot sektor maritim adalah para pelaku usaha dan pemangku kepentingan harus memahami Supply Chain Management (SCM). Kompetensi SCM ini perlu untuk bisa memahami dan menganalisis proses secara end-to-end dalam peningkatan efisiensi biaya logistik perusahaan maupun nasional.

Pemahaman terhadap proses dan biaya logistik harus secara menyeluruh, tidak secara parsial. Dengan mengacu analisis INSA dan Pelni, misalnya, distribusi biaya logistik terbagi atas biaya transportasi laut (19%), biaya di pelabuhan asal dan tujuan (31%), serta biaya transportasi hinterland di wilayah asal dan tujuan (50%).

"Sebagai contoh lain, pelaku usaha harus memahami sistem dan proses yang kompleks. Misalnya, dalam proses kepelabuhanan yang menyangkut sekitar 18 instansi terkait dengan aliran barang, informasi, dokumen, dan uang," beber dia.

SCM harus dipahami para pelaku dari perusahaan manufaktur sebagai pemilik barang, penyedia jasa logistik, transportasi, pergudangan, forwarder/EMKL, pelayaran, operator pelabuhan, perusahaan bongkar muat, depo kontainer, serta kementerian/lembaga terkait.

Menurut dia, SCI juga konsen dalam peningkatan SDM maritim. Salah satunya menyelenggarakan e-Training & e-Certification “SCM for Maritime Sector”. Program diadakan secara online melalui platform Ruang Logistik.

(Baca Juga: Tinggal Tapi Engga Bayar, Luhut Pelototi Kapal-kapal Asing yang Masuk ke Labuan Bajo )

Setijadi yang juga sebagai CEO Ruang Logistik menjelaskan program itu mengacu pada 15 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dengan konteks dalam bidang maritim. Salah satu acuannya adalah Kepmenaker No. 94/2019 tentang Penetapan SKKNI Kategori Pengangkutan dan Pergudangan Golongan Pokok Pergudangan dan Aktivitas Penunjang Angkutan Bidang Logistik.

Praktisi logistik senior Linc Group Dodiek A. Setyono menyatakan pelatihan di Ruang Logistik membekali dan membantu meningkatkan kompetensi di bidang supply chain dan logistik terutama menghadapi era perubahan, serta mempersiapkan SDM berbasis kompetensi secara nasional dan global.

Dodiek menjelaskan investasi dalam mengikuti program itu sesuai dengan value of money terutama pada kondisi terdampak pandemi Covid-19 saat ini. Selain diampu narasumber praktisi/profesional berpengalaman, materi sesuai untuk manufacturing dan services industry karena menggunakan beberapa case study yang relevan.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1431 seconds (0.1#10.140)