Aneka Terobosan Daerah Membangkitkan Ekonomi di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
Tim tersebut bertugas memantau penderita yang melakukan isolasi mandiri. “Kuncinya penanganan Covid-19 itu salah satunya tracing. Makanya di Bogor kita bentuk detektif Covid. Jadi unit lacak harus bergerak minimal 20 nama yang jadi kontak eratnya,” ujar Bima.
Upaya tersebut merupakan bagian dari pembatasan sosial berskala mikro (PSBM). Melalui kerja tim tersebut nantinya akan memfokuskan pada titik-titik zona merah Covid-19 di tingkat RW sehingga dilakukan pemantauan dan pengawasan ketat serta pengurangan aktivitas warga seperti penutupan kegiatan ibadah bersama. (Baca juga: Kisruh Politik Negeri Jiran, Raja Malaysia Punya Tiga Opsi)
Selain itu, pemerintahnya juga berupaya mengawasi datangnya pengunjung dari luar, termasuk dari Jakarta. Umumnya, mereka datang untuk berekreasi, menikmati kuliner atau menginap di hotel di Bogor lantaran di Jakarta sudah melakukan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara ketat. “Kami tidak mungkin melarang mereka datang. Makanya, orang Jakarta boleh ke Bogor. Asalkan, patuhi protokol kesehatan,” seru Bima.
Dalam rangka itu, Pemkot Bogor membentuk Tim Elang yang terdiri atas kalangan pemuda, karang taruna, yang disupervisi oleh TNI/Polri dan Satpol PP. Tim tersebut bertugas berkeliling melakukan pengawasan terhadap potensi pelanggaran protokol kesehatan di restoran, hotel.
Bima menyatakan tim tersebut bekerja setiap hari, terutama dioptimalkan pada akhir pekan. “Kalau melanggar pasti akan ditindak. Kalau sudah keterlaluan, bisa diberi sanksi atau denda, ditutup atau disegel,” ujarnya.
Langkah lainnya yang dilakukan adalah uji masif. Kini, akumulasi tes PCR yang sudah dilakukan mencapai 15.112 tes dengan total penduduk yang diuji sebanyak 11.946 orang.
Bima menambahkan, upaya edukasi penanganan Covid-19 juga dioptimalkan dengan membentuk Tim Merpati yang bertugas keliling menyosialisasikan kepada publik. Mereka terdiri dari tenaga kesehatan, tokoh agama, dan relawan. (Lihat videonya: Warga Wuhan Mulai Beraktivitas Normal Kembali)
Pihaknya juga berupaya untuk memastikan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai dan aman dalam penanganan kasus Covid-19. Sejauh ini okupansi tempat tidur relatif aman mencapai 53%.
“Khusus orang tanpa gejala (OTG) mulai minggu ini tidak akan dikirim ke rumah sakit, tapi di tempat nonlayanan kesehatan. Kami bekerja sama BNN di Lido, Sukabumi, dan sudah disiapkan juga satu hotel yang digunakan untuk OTG,” jaminnya. (Faorick Pakpahan)
Upaya tersebut merupakan bagian dari pembatasan sosial berskala mikro (PSBM). Melalui kerja tim tersebut nantinya akan memfokuskan pada titik-titik zona merah Covid-19 di tingkat RW sehingga dilakukan pemantauan dan pengawasan ketat serta pengurangan aktivitas warga seperti penutupan kegiatan ibadah bersama. (Baca juga: Kisruh Politik Negeri Jiran, Raja Malaysia Punya Tiga Opsi)
Selain itu, pemerintahnya juga berupaya mengawasi datangnya pengunjung dari luar, termasuk dari Jakarta. Umumnya, mereka datang untuk berekreasi, menikmati kuliner atau menginap di hotel di Bogor lantaran di Jakarta sudah melakukan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara ketat. “Kami tidak mungkin melarang mereka datang. Makanya, orang Jakarta boleh ke Bogor. Asalkan, patuhi protokol kesehatan,” seru Bima.
Dalam rangka itu, Pemkot Bogor membentuk Tim Elang yang terdiri atas kalangan pemuda, karang taruna, yang disupervisi oleh TNI/Polri dan Satpol PP. Tim tersebut bertugas berkeliling melakukan pengawasan terhadap potensi pelanggaran protokol kesehatan di restoran, hotel.
Bima menyatakan tim tersebut bekerja setiap hari, terutama dioptimalkan pada akhir pekan. “Kalau melanggar pasti akan ditindak. Kalau sudah keterlaluan, bisa diberi sanksi atau denda, ditutup atau disegel,” ujarnya.
Langkah lainnya yang dilakukan adalah uji masif. Kini, akumulasi tes PCR yang sudah dilakukan mencapai 15.112 tes dengan total penduduk yang diuji sebanyak 11.946 orang.
Bima menambahkan, upaya edukasi penanganan Covid-19 juga dioptimalkan dengan membentuk Tim Merpati yang bertugas keliling menyosialisasikan kepada publik. Mereka terdiri dari tenaga kesehatan, tokoh agama, dan relawan. (Lihat videonya: Warga Wuhan Mulai Beraktivitas Normal Kembali)
Pihaknya juga berupaya untuk memastikan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai dan aman dalam penanganan kasus Covid-19. Sejauh ini okupansi tempat tidur relatif aman mencapai 53%.
“Khusus orang tanpa gejala (OTG) mulai minggu ini tidak akan dikirim ke rumah sakit, tapi di tempat nonlayanan kesehatan. Kami bekerja sama BNN di Lido, Sukabumi, dan sudah disiapkan juga satu hotel yang digunakan untuk OTG,” jaminnya. (Faorick Pakpahan)
(ysw)