Masih Ada Ruang Penyaluran Kredit

Jum'at, 25 September 2020 - 09:01 WIB
loading...
A A A
Sementara itu perekonomian nasional akan mulai memasuki masa pemulihan pada 2021 dengan asumsi kurva infeksi Covid-19 sudah menunjukkan perlambatan disertai adanya prospek penemuan dan produksi vaksin sehingga masalah pandemi ini bisa cepat teratasi. “Kami memperkirakan ekonomi dapat tumbuh 4,4% pada 2021,” sebutnya. (Baca juga: Penting Deteksi Dini dan Kenali Gejala Pikun)

Adapun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berkomitmen tetap menyalurkan kredit untuk setiap pelaku usaha dan calon debitor meski ekonomi Indonesia diproyeksi masih berada dalam tren negatif pada kuartal III/2020.

Menurut Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi, proyeksi negatif pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan menjadi penghalang perseroan menjalankan fungsi intermediasinya. Penyaluran kredit justru menjadi salah satu bentuk stimulus guna kembali menggeliatkan kembali kondisi perekonomian nasional.

“Bank Mandiri akan tetap menyalurkan kredit bagi debitor eksisting atau para calon nasabah dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Pembiayaan yang terukur dan prudent akan membantu menggerakkan perekonomian Indonesia untuk kembali ke tren positif,” ujar Hery.

Langkah Bank Mandiri tetap memaksimalkan penyaluran kredit karena berdasarkan analisis Office of Chief Economist Bank Mandiri, kinerja industri perbankan pada kuartal III tahun ini masih relatif kuat di tengah pandemi. Hal ini dikarenakan berbagai stimulus dari pemerintah dan otoritas moneter mampu menjaga kondisi likuiditas dan kualitas aset perbankan. (Baca juga: Mapolres Yalimo Papua Diserang, Kasat Intel Terluka Parah)

“Kondisi likuiditas Bank Mandiri tetap terjaga pada kuartal III dan ini membuat kami yakin untuk tetap menyalurkan pembiayaan bagi debitor-debitor yang memenuhi syarat. Di sisi lain Bank Mandiri juga akan terus melanjutkan proses restrukturisasi untuk nasabah-nasabah yang terdampak pandemi Covid-19,” ujar Hery.

Pengamat ekonomi Bhima Yudhistira mengatakan lebih banyaknya masyarakat yang menabung di bank daripada berutang akan berdampak pada beban biaya bunga bagi bank yang semakin besar.

“Ini akan menekan pendapatan dan laba perbankan sampai akhir tahun. Bank harus bayar bunga ke deposan 5% misalnya, sementara debitor kredit banyak yang mengajukan relaksasi pinjaman,” kata Bhima di Jakarta kemarin.

Situasi yang tidak match antara laju pertumbuhan DPK dan kredit makin membuat bank merugi. Hal ini juga berdampak pada bank yang memutuskan untuk tidak cepat-cepat menurunkan bunga kreditnya sehingga intermediasi sektor keuangan ke sektor riil terganggu. “Makin kecil penyaluran kredit semakin lambat pemulihan ekonomi,” ungkap dia.

Disisi lain, Otoritas Jasa Keuangan mencatat intermediasi industri perbankan masih stabil. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan likuiditas dan permodalan perbankan berada pada level yang memadai. (Lihat videonya: Warga Wuhan Mulai Beraktivitas Normal Kembali)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2617 seconds (0.1#10.140)