Industri Ritel Makin Tertekan

Selasa, 29 September 2020 - 06:35 WIB
loading...
Industri Ritel Makin Tertekan
Penerapan kembali PSBB membuat jumlah pengunjung ke pusat perbelanjaan berkurang. Foto/Koran SINDO/Eko Purwanto
A A A
JAKARTA - Penerapan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk ke sekian kalinya membuat para pelaku usaha di sektor ritel dan pengelola pusat perbelanjaan kalang kabut. Bagaimana tidak, mereka terpaksa kehilangan calon pembeli karena pembatasan jumlah pengunjung ke pusat perbelanjaan.

Tak hanya itu, para pelaku usaha restoran dan kafe juga kini di pusat perbelanjaan sepi karena di masa PSBB pembeli tidak diperbolehkan makan/minum di tempat. (Baca: Salat Dhuha Bukan Sekedar Membuka Pintu Rezeki)

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia Budiharjo Iduansjah mengungkapkan, dampak PSBB membuat para pengusaha ritel kehilangan omzet hingga Rp200 triliun. Kehilangan tersebut terjadi karena pusat perbelanjaan hanya punya batas kapasitas 50% selama pemberlakuan aturan tersebut.

"Kami itu setahun sekitar Rp400 triliun. Jadi kalau hanya 50%, ya omzetnya turun Rp200 triliun. Ya, kerugiannya di situ," kata Budi saat konferensi pers di Jakarta kemarin.

Dia juga menyampaikan, meski kapasitas mal hanya setengah, pihaknya tetap harus membayar pajak dan hak karyawan. Untuk itu, dia bersama asosiasi meminta agar pemerintah dapat memberikan keringanan dari segi pajak dan subsidi gaji.

"Kami meminta keringanan pajak. Kemudian masalah gaji pegawai, mohon pemerintah juga membantu. Setidaknya memberikan subsidi gaji sebesar 50%. Jadi, 50% dari pemerintah dan 50% dari pengusaha," katanya.

Dia menambahkan, arus kas dari tenant (penyewa) di pusat perbelanjaan juga sudah lesu sejak Maret karena adanya PSBB. Saat ini pengunjung pusat perbelanjaan hanya 10% dari jumlah pengunjung saat masa transisi PSBB. (Baca juga: Sekolah di Merangin Mulai Belajar Tatap Muka dengan Protokol Ketat)

"Pusat belanja dan tenant enam bulan ini berat. Tidak baik dari Maret sampai sekarang, omzet dan kas dari perusahaan minim," tandasnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengakui, pelaku usaha yang berbisnis di pusat perbelanjaan telah merasakan resesi ekonomi dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini seiring dengan pembatasan yang terjadi hingga memengaruhi bisnis mereka.

"Sebetulnya buat kami, resesi sudah dirasakan dari beberapa bulan lalu. Jika diumumkan, resesi itu memang cuma akumulasi saja," kata Alphonzus.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1448 seconds (0.1#10.140)