Rangkul Investor dan Konsumen, Fintech Alami Sudah Salurkan Pinjaman Rp200 M
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketika ALAMI memutuskan untuk melaju ke industri fintech Indonesia, perusahaan ini telah menetapkan targetnya untuk bisa menjadi penyedia layanan keuangan syariah nomor satu di Tanah Air. Tujuan ALAMI jelas, masyarakat muslim Indonesia punya kebutuhan, keinginan, dan kemampuan untuk mengoptimalkan penetrasi layanan keuangan syariah.
(Baca Juga: OJK: Pinjaman Melalui Fintech Lending Syariah Tembus Rp509 Miliar )
Sayangnya, bagi kalangan muslim muda, pamor instansi keuangan syariah masih jauh dari harapan. Kesan kaku, rumit, kuno jadi faktor penghambat majunya skema finansial yang justru sudah banyak diadopsi di negara-negara berpopulasi non-muslim.
“Di benak kami saat itu, ALAMI harus bisa menembus batas-batas yang selama ini menghambat bertemunya calon user ke lembaga keuangan ataupun ke sesama perusahaan yang butuh pendanaan. Seiring berkembangnya infrastruktur internal, ALAMI memutuskan untuk mengembangkan layanan peer-to-peer financing (P2P) berbasis syariah,” tutur CEO ALAMI, Dima Djani.
Lebih lanjut Ia menerangkan, sebagai perusahaan baru, perlu mencari best practice dalam menyampaikan visi dan misi perusahaan. Oleh karena itu, ALAMI memutuskan untuk bermitra dengan konsultan komunikasi yang mampu memberikan strategi komunikasi yang paling relevan dengan kondisi pasar saat itu. Hal ini tentunya dapat menarik perhatian para stakeholder
Selayaknya perusahaan rintisan, masa-masa awal dibangunnya ALAMI, perusahaan fokus pada pertumbuhan user dan membangun infrastruktur yang mumpuni. Namun, salah satu yang tidak pernah dilewatkan dalam perencanaan ALAMI adalah pentingnya membangun image perusahaan dan sosok leadership sejak awal. Dima meyakini, startup perlu menjadikan corporate communications sebagai strategi yang dibangun sejak awal.
“Menjadi beda saja tidak cukup untuk masuk dalam arena fintek yang sangat kompetitif, apalagi banyak isu pinjol dari fintek ilegal. Oleh karena itu, perlu strategi komunikasi yang komprehensif – mulai dari public relations hingga digital marketing agar kampanye perusahaan dapat didengar dan dirasa oleh publik,” ujar Dima.
Dima juga mengungkapkan bahwa memupuk kepercayaan publik sangatlah penting oleh karena itu branding perusahaan perlu dijalankan sejak dini agar mampu memberikan pesan bahwa ALAMI punya komitmen jangka panjang untuk hadir dan melayani pasar muslim Indonesia.
“Melalui branding yang baik di sosial media dan tradisional media, ALAMI kini merasakan banyak kemudahan dalam berinteraksi baik di level stakeholders, calon investor, dan ke direct users yang ingin menggali informasi lebih lanjut tentang bisnis ALAMI dan upaya ini kami lakukan jauh saat karyawan kami masih berlima – the sooner, the better,” lanjutnya.
(Baca Juga: Tega!, 126 Fintech Ilegal Manfaatkan Kesulitan Keuangan Saat Pandemi )
Sambung dia menyampaikan, masyarakat muslim di Indonesia sudah mulai mempunyai awareness terhadap gaya hidup syariah. Menariknya, ketika sampai ke topik soal keuangan, masyarakat muslim Indonesia masih banyak yang belum paham produk dan manfaat dari sistem keuangan syariah itu sendiri. Sehingga masih banyak yang menggunakan layanan keuangan konvensional.
“Gap ini sangat kami sayangkan selaku praktisi keuangan syariah, karena artinya, masyarakat belum terlalu paham dan percaya pada layanan dari lembaga keuangan syariah yang sudah ada sejak lama. Ini adalah tantangan sekaligus pekerjaan rumah yang sangat menarik bagi tim komunikasi ALAMI. Kami harus extra cerdik dalam menawarkan layanan keuangan syariah,” tambah Dima.
"Produk dan teknologinya harus semudah mungkin digunakan, manfaatnya berasa, dan tentunya, menyampaikan esensi ke masyarakat bahwa membangun aset finansial dalam koridor syariah itu sangatlah mungkin. Terlebih, menyasar milenial muslim perlu pendekatan khusus agar jangan sampai rasanya seperti diceramahi atau ditakut-takuti. Sehingga, strategi narasi publik yang kami bawa pun sangat ringan, dekat dengan hidup sehari-hari, dan seimbang disampaikan di platform media sosial dan media massa," lanjutnya
Konsistensi ALAMI membangun citra perusahaan baru-baru ini mengantarkan pada hal positif lainnya, yakni ketika ALAMI dipercaya sebagai salah satu start-up yang ikut serta dalam program Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB) gagasan Pemprov DKI Jakarta dalam membantu masyarakat merespon dampak pandemi Covid-19. Sampai dipercaya oleh BPJS Kesehatan sebagai partner pemberi pembiayaan kepada fasilitas kesehatan (faskes) jaringan BPJS Kesehatan.
Membangun pemahaman keuangan syariah juga tidak lepas dari risiko pihak-pihak yang bisa merugikan masyarakat dan mencemarkan reputasi lembaga keuangan konvensional maupun syariah yang telah lama berdiri.
“Sering kita lihat kasus-kasus investasi syariah bodong terjadi beberapa kali. Dan ini membuat reputasi penyelenggara keuangan syariah yang benar menjadi ikut tercemar. Karenanya komunikasi untuk membangun reputasi adalah upaya yang tidak sekali jalan namun harus terus dijalankan dengan strategi dan timing yang sudah ditentukan dari awal. Harapannya, usaha kami ini bisa memperluas ruang “dakwah” kepada kalangan muslim di Indonesia dari sisi bisnis dan keuangan,” tegas Dima.
Dalam menjalankan bisnisnya, ALAMI terus berupaya untuk menyesuaikan strategi komunikasi dengan memperhatikan kondisi pasar muslim di Indonesia. Sampai saat ini, ALAMI sudah menyalurkan pembiayaan sebanyak Rp 200 Milliar, “Pencapaian tersebut didukung dengan faktor komunikasi yang fleksibel sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan dan karakter masyarakat di daerah tersebut,” lanjutnya.
Guna terus memberikan pengalaman pendanaan yang mudah bagi masyarakat, ALAMI akan meluncurkan versi mobile app yang akan dirilis dalam waktu dekat. PT Alami Fintek Syariah (ALAMI) didirikan oleh Dima Djani, Bembi Juniar, dan Harza Sandityo pada Desember 2017.
Terhitung sejak tahun 2019, ALAMI menyediakan layanan yang lebih beragam yaitu platform peer-to-peer financing (P2P) berbasis syariah bagi penggunanya. Sejak ALAMI terdaftar di OJK hingga saat ini sudah mendapat tanda berizin, ALAMI memiliki pemberi dana (funder) dengan jumlah mencapai ±7.000 orang.
Selain itu, di periode pandemi Covid-19 ini ALAMI menerapkan seleksi yang ketat dan hati-hati terhadap beneficiary serta memilih dari sektor yang tidak terdampak langsung pandemi COVID-19, sehingga hingga saat ini ALAMI masih mencatatkan NPF (Non Performing Financing) sebesar 0% atau jika pada industri P2P financing menggunakan pengukuran TKB90: 100%.
(Baca Juga: OJK: Pinjaman Melalui Fintech Lending Syariah Tembus Rp509 Miliar )
Sayangnya, bagi kalangan muslim muda, pamor instansi keuangan syariah masih jauh dari harapan. Kesan kaku, rumit, kuno jadi faktor penghambat majunya skema finansial yang justru sudah banyak diadopsi di negara-negara berpopulasi non-muslim.
“Di benak kami saat itu, ALAMI harus bisa menembus batas-batas yang selama ini menghambat bertemunya calon user ke lembaga keuangan ataupun ke sesama perusahaan yang butuh pendanaan. Seiring berkembangnya infrastruktur internal, ALAMI memutuskan untuk mengembangkan layanan peer-to-peer financing (P2P) berbasis syariah,” tutur CEO ALAMI, Dima Djani.
Lebih lanjut Ia menerangkan, sebagai perusahaan baru, perlu mencari best practice dalam menyampaikan visi dan misi perusahaan. Oleh karena itu, ALAMI memutuskan untuk bermitra dengan konsultan komunikasi yang mampu memberikan strategi komunikasi yang paling relevan dengan kondisi pasar saat itu. Hal ini tentunya dapat menarik perhatian para stakeholder
Selayaknya perusahaan rintisan, masa-masa awal dibangunnya ALAMI, perusahaan fokus pada pertumbuhan user dan membangun infrastruktur yang mumpuni. Namun, salah satu yang tidak pernah dilewatkan dalam perencanaan ALAMI adalah pentingnya membangun image perusahaan dan sosok leadership sejak awal. Dima meyakini, startup perlu menjadikan corporate communications sebagai strategi yang dibangun sejak awal.
“Menjadi beda saja tidak cukup untuk masuk dalam arena fintek yang sangat kompetitif, apalagi banyak isu pinjol dari fintek ilegal. Oleh karena itu, perlu strategi komunikasi yang komprehensif – mulai dari public relations hingga digital marketing agar kampanye perusahaan dapat didengar dan dirasa oleh publik,” ujar Dima.
Dima juga mengungkapkan bahwa memupuk kepercayaan publik sangatlah penting oleh karena itu branding perusahaan perlu dijalankan sejak dini agar mampu memberikan pesan bahwa ALAMI punya komitmen jangka panjang untuk hadir dan melayani pasar muslim Indonesia.
“Melalui branding yang baik di sosial media dan tradisional media, ALAMI kini merasakan banyak kemudahan dalam berinteraksi baik di level stakeholders, calon investor, dan ke direct users yang ingin menggali informasi lebih lanjut tentang bisnis ALAMI dan upaya ini kami lakukan jauh saat karyawan kami masih berlima – the sooner, the better,” lanjutnya.
(Baca Juga: Tega!, 126 Fintech Ilegal Manfaatkan Kesulitan Keuangan Saat Pandemi )
Sambung dia menyampaikan, masyarakat muslim di Indonesia sudah mulai mempunyai awareness terhadap gaya hidup syariah. Menariknya, ketika sampai ke topik soal keuangan, masyarakat muslim Indonesia masih banyak yang belum paham produk dan manfaat dari sistem keuangan syariah itu sendiri. Sehingga masih banyak yang menggunakan layanan keuangan konvensional.
“Gap ini sangat kami sayangkan selaku praktisi keuangan syariah, karena artinya, masyarakat belum terlalu paham dan percaya pada layanan dari lembaga keuangan syariah yang sudah ada sejak lama. Ini adalah tantangan sekaligus pekerjaan rumah yang sangat menarik bagi tim komunikasi ALAMI. Kami harus extra cerdik dalam menawarkan layanan keuangan syariah,” tambah Dima.
"Produk dan teknologinya harus semudah mungkin digunakan, manfaatnya berasa, dan tentunya, menyampaikan esensi ke masyarakat bahwa membangun aset finansial dalam koridor syariah itu sangatlah mungkin. Terlebih, menyasar milenial muslim perlu pendekatan khusus agar jangan sampai rasanya seperti diceramahi atau ditakut-takuti. Sehingga, strategi narasi publik yang kami bawa pun sangat ringan, dekat dengan hidup sehari-hari, dan seimbang disampaikan di platform media sosial dan media massa," lanjutnya
Konsistensi ALAMI membangun citra perusahaan baru-baru ini mengantarkan pada hal positif lainnya, yakni ketika ALAMI dipercaya sebagai salah satu start-up yang ikut serta dalam program Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB) gagasan Pemprov DKI Jakarta dalam membantu masyarakat merespon dampak pandemi Covid-19. Sampai dipercaya oleh BPJS Kesehatan sebagai partner pemberi pembiayaan kepada fasilitas kesehatan (faskes) jaringan BPJS Kesehatan.
Membangun pemahaman keuangan syariah juga tidak lepas dari risiko pihak-pihak yang bisa merugikan masyarakat dan mencemarkan reputasi lembaga keuangan konvensional maupun syariah yang telah lama berdiri.
“Sering kita lihat kasus-kasus investasi syariah bodong terjadi beberapa kali. Dan ini membuat reputasi penyelenggara keuangan syariah yang benar menjadi ikut tercemar. Karenanya komunikasi untuk membangun reputasi adalah upaya yang tidak sekali jalan namun harus terus dijalankan dengan strategi dan timing yang sudah ditentukan dari awal. Harapannya, usaha kami ini bisa memperluas ruang “dakwah” kepada kalangan muslim di Indonesia dari sisi bisnis dan keuangan,” tegas Dima.
Dalam menjalankan bisnisnya, ALAMI terus berupaya untuk menyesuaikan strategi komunikasi dengan memperhatikan kondisi pasar muslim di Indonesia. Sampai saat ini, ALAMI sudah menyalurkan pembiayaan sebanyak Rp 200 Milliar, “Pencapaian tersebut didukung dengan faktor komunikasi yang fleksibel sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan dan karakter masyarakat di daerah tersebut,” lanjutnya.
Guna terus memberikan pengalaman pendanaan yang mudah bagi masyarakat, ALAMI akan meluncurkan versi mobile app yang akan dirilis dalam waktu dekat. PT Alami Fintek Syariah (ALAMI) didirikan oleh Dima Djani, Bembi Juniar, dan Harza Sandityo pada Desember 2017.
Terhitung sejak tahun 2019, ALAMI menyediakan layanan yang lebih beragam yaitu platform peer-to-peer financing (P2P) berbasis syariah bagi penggunanya. Sejak ALAMI terdaftar di OJK hingga saat ini sudah mendapat tanda berizin, ALAMI memiliki pemberi dana (funder) dengan jumlah mencapai ±7.000 orang.
Selain itu, di periode pandemi Covid-19 ini ALAMI menerapkan seleksi yang ketat dan hati-hati terhadap beneficiary serta memilih dari sektor yang tidak terdampak langsung pandemi COVID-19, sehingga hingga saat ini ALAMI masih mencatatkan NPF (Non Performing Financing) sebesar 0% atau jika pada industri P2P financing menggunakan pengukuran TKB90: 100%.
(akr)