Ekonom Ini Ramal Ekonomi di Kuartal III Tidak Separah Ucapan Sri Mulyani
loading...
A
A
A
JAKARTA - Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin menilai pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal III tahun 2020 tampaknya tidak separah yang diramalkan pemerintah. Bahkan mungkin lebih baik dari prediksi-prediksi yang ada.
"Pertumbuhan kuartal ketiga saya rasa lebih baik dari ramalan pemerintah maupun instansi lain. Dan di kuartal keempat kemungkinan ekonomi bisa rebound. Sehingga untuk keseluruhan di tahun 2020 pertumbuhan ekonomi hanya minus 1,6%," ujar Ferry di Jakarta, Minggu (4/10/2020).
Dia mengingatkan para pelaku pasar agar waspada karena untuk jangka pendek market masih memiliki potensi volatilitas tinggi. Karena itu sebaiknya strategi investasi tetap buy & hold. Ekonomi nasional menurutnya dalam tren membaik. Sementara PSBB juga tidak mungkin terus-menerus diperpanjang oleh pemerintah. ( Baca juga:Mau Tahu Berapa Kerugian Jiwasraya Sebenarnya? Gede Banget )
Isu Presiden Trump yang terkena Covid-19, menurut dia, tidak akan menjadi masalah. Karena dikabarkan Trump dalam kondisi baik dan segera kembali menjalankan tugas sebagai presiden. "Ini seharusnya menjadi sentimen positif buat market," ujarnya.
Dia meyakini untuk Outlook 2021 bagi Indonesia akan menjadi jauh lebih baik. Pasar diprediksi akan menyambut positif Omnibus Law Cipta Kerja karena akan menarik investasi langsung atau FDI. "Omnibus Law untuk Cipta Kerja yang akan diverifikasi DPR tanggal 8 Oktober. Menurut JP Morgan Sekuritas bisa mengangkat indeks menembus level 6.000. Bila disetujui, Omnibus Law Cipta Kerja akan menarik FDI," ujar Ferry. ( Baca juga:Meryl Streep hingga Emily Blunt, Ini 10 Aktris dengan Bayaran Tertinggi di Dunia 2020 )
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III akan berada di kisaran -2,9% hingga -1,1%. Angka tersebut lebih dalam jika dibandingkan dengan proyeksi awalnya, yakni sebesar -2,1% hingga 0%.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun akan berada di kisaran -1,7% hingga -0,6%. Sebelumnya, proyeksi Sri Mulyani berada di kisaran -1,1% hingga +0,2%.
"Pertumbuhan kuartal ketiga saya rasa lebih baik dari ramalan pemerintah maupun instansi lain. Dan di kuartal keempat kemungkinan ekonomi bisa rebound. Sehingga untuk keseluruhan di tahun 2020 pertumbuhan ekonomi hanya minus 1,6%," ujar Ferry di Jakarta, Minggu (4/10/2020).
Dia mengingatkan para pelaku pasar agar waspada karena untuk jangka pendek market masih memiliki potensi volatilitas tinggi. Karena itu sebaiknya strategi investasi tetap buy & hold. Ekonomi nasional menurutnya dalam tren membaik. Sementara PSBB juga tidak mungkin terus-menerus diperpanjang oleh pemerintah. ( Baca juga:Mau Tahu Berapa Kerugian Jiwasraya Sebenarnya? Gede Banget )
Isu Presiden Trump yang terkena Covid-19, menurut dia, tidak akan menjadi masalah. Karena dikabarkan Trump dalam kondisi baik dan segera kembali menjalankan tugas sebagai presiden. "Ini seharusnya menjadi sentimen positif buat market," ujarnya.
Dia meyakini untuk Outlook 2021 bagi Indonesia akan menjadi jauh lebih baik. Pasar diprediksi akan menyambut positif Omnibus Law Cipta Kerja karena akan menarik investasi langsung atau FDI. "Omnibus Law untuk Cipta Kerja yang akan diverifikasi DPR tanggal 8 Oktober. Menurut JP Morgan Sekuritas bisa mengangkat indeks menembus level 6.000. Bila disetujui, Omnibus Law Cipta Kerja akan menarik FDI," ujar Ferry. ( Baca juga:Meryl Streep hingga Emily Blunt, Ini 10 Aktris dengan Bayaran Tertinggi di Dunia 2020 )
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III akan berada di kisaran -2,9% hingga -1,1%. Angka tersebut lebih dalam jika dibandingkan dengan proyeksi awalnya, yakni sebesar -2,1% hingga 0%.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun akan berada di kisaran -1,7% hingga -0,6%. Sebelumnya, proyeksi Sri Mulyani berada di kisaran -1,1% hingga +0,2%.
(uka)