Di Tangan Milenial Masa Depan Pasar Modal
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Generasi milenial menjadi salah satu penentu arah masa depan bangsa. Kehadirannnya memiliki peran sangat fundamental di semua sektor.
Salah satunya di sektor investasi, di mana keberadaannya mampu mengambil peran dalam memperkuat stabilitas pasar modal dalam tatanan kehidupan baru atau new normal .
Rupanya, ada tren baru terjadi justru di masa pandemi ini, di mana minat milenial kian terpacu untuk berinvestasi di pasar modal. Para milenial kian terangsang untuk berinvestasi saham maupun instrumen lain di pasar modal, seperti Reksadana dan Obligasi ritel yang ditawarkan pemerintah melalui Kementerian Keuangan .
Semua itu ditopang dengan dukungan sejumlah pihak dalam menyosialiasikan pentingnya berinvestasi saham. Salah satunya dikampanyekan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) di sejumlah daerah, seperti yang ada di Kota Makassar.
Melalui program “Yuk Nabung Saham”, yang mulai diperkenalkan 12 November 2015. Seiring dengan waktu kampanye atau gerakan ini, semakin sering didengar oleh masyarakat umum bahwa negara dan Bursa Efek Indonesia mengajak masyarakat jangan hanya menabung uang namun juga menabung saham. Terpenting adalah perubahan life style milenial dari konsumtif ke budaya investasi sejak dini.
New Normal, Pelajar Berinvestasi Saham
Seorang Pelajar tengah mengikuti panduan cara membuka dan memilih investasi saham secara online di kamarnya, Makassar. Investasi saham saat ini bukan hal yang tabu bagi pelajar ataupun mahasiswa, era new normal mengantarkan kaum pelajar ke kebiasaan baru termasuk cara berinvestasi saham. Foto: Sindonews/Muchtamir Zaide
Apalagi untuk berinvestasi saham tidak membutuhkan nilai rupiah besar, semuanya bisa dimulai dengan Rp100.000 saja. Dan itu, dapat dimulai dengan memanfaatkan Galeri Investasi yang dihadirkan di beberapa kampus di Indonesia, termasuk di Sulsel atas kerja sama BEI dengan sejumlah sekuritas yang ada.
Boleh dibilang hadirnya Galeri Investasi menjadi ladang empuk menggaet milenial untuk berinvestasi saham. Pada usia muda, mereka justru memiliki peluang untuk ikut andil dalam pasar modal tersebut.
Trennya pun terus meningkat, milenial kian bergairah berinvestasi saham. Bahkan, pada masa pandemi trennya jikapun terkoreksi, sangat kecil. Sebaliknya, pada tatanan new normal trennya kian meroket.
Menurut Kepala Kepala kantor BEI Perwakilan Sulsel, Fahmi Amirullah, sebelum pandemi trennya memang sudah sangat bagus, di mana animo milenial untuk terjun sebagai investor sangat antusias. Hal ini karena didukung oleh pemahaman yang semakin baik oleh milenial karena akses informasi yang informatif dan edukatif lebih mudah didapatkan melalui event maupun media sosial dan munculnya komunitas investor milenial, baik di kampus maupun di luar kampus.
Kemudian, setelah pandemi trennya terus meningkat meski ada anjuran stay di rumah saja dan pembatasan sosial menjadikan milenial hampir sebagian besar waktunya dihabiskan di dunia daring.
Kondisi ini kemudian dimanfaatkan stakeholders pasar modal dalam hal ini OJK, SRO ( BEI, KPEI dan KSEI), sekuritas, GIBEI, komunitas investor dan lainnnya memanfaatkan momentum tersebut dengan melakukan edukasi secara digital, seperti sekolah pasar modal digital, public expose digital maupun melalui live sosmed IG dan lainnya.
“Hal ini membuat milenial makin kaya informasi, karena aksesnya makin luas lagi. Kalau misalnya sebelum pandemi mungkin mereka hanya bisa ikut kelas 1 kali dalam seminggu, namun di pandemi setiap saat bisa mereka ikuti dan rata-rata event digital ini rata-rata free,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pola yang dilakukan BEI adalah dengan mendekatkan diri ke komunitas investor milenial khususnya yang ada di kampus, karena pihaknya sangat berharap milenial ini tumbuh menjadi rolmodel investor milenial cerdas buat milenial lainnya.
Mahasiswi tengah membuka rekening investasi saham secara online di Pantai Losari, Makassar. Generasi Milenial merupakan generasi yang cukup aktif pada era digital sekarang, membuka rekening saham secara online menjadi salah satu solusi finansial yang menjanjikan dalam jangka panjang, terutama untuk kaum millennial.SINDONEWS/MUCHTAMIR ZAIDE
“Saat ini kami tengah menyelenggarakan kompetisi nabung saham buat milenial di Galleri Investasi dan di tengah pandemi ini mereka sangat antusias,” terangnya.
Menurutnya juga, keberadaan Galleri Investasi sangat efektif dalam mendorong minat millennial berinvestasi di pasar modal, karena saat mereka menerima pelajaran teori investasi di bangku kuliah maupun di kegiatan-kegiatan seminar yang mereka ikuti.
Hadirnya Galleri Investasi ini menjadi jembatan buat mereka untuk mengimplementasikan teori yang diperoleh dan di Galleri Investasi bukan hanya mereka sebagai investor, namun mereka juga bisa merasakan bagaimana menjadi profesional di pasar modal dengan mengikuti magang dan lainnya.
“Bonus demografi di mana penduduk usia produktif angkanya cukup tinggi tentu ini kami lihat sebagai peluang munculnya bibit investor cerdas di pasar modal, karena itu BEI melihat bahwa masa depan pasar modal Indonesia ada di tangan milenial saat ini sehingga investasi untuk pengembangan pasar modal ke depannya adalah edukasi, edukasi dan edukasi,” ujarnya, Rabu (7/10/2020).
Namun, tantangannya tentu ada di mana kita melihat bahwa budaya konsumtif masyarakat perlu diubah untuk berbudaya investment.
“Bukan berarti kami meminta mereka untuk tidak melakukan hal konsumtif untuk menyalurkan hasrat dan keinginan. Namun, kami berharap milenial bisa melakukan money management dengan baik sehingga bisa jadi kebutuhan konsumtifnya dibiayai oleh hasil investasi mereka. Dan, tantangan lainnya adalah masih bayaknya penawaran investasi bodong dan memakan banyak korban tentu ini menjadi sentimen negatif juga saat kita melakukan ajakan untuk berinvestasi,” jelasnya.
Per 30 September 2020 BEI Kantor Perwakilan Sulsel mencatatkan di Sulsel total sub rekening efek (SRE) sebanyak 28.085 rekening, sementara single investor identification (SID) sebanyak 23.585 dengan jumlah login sebanyak 3.308. Dari jumlah tersebut total transaksi mencapai Rp1,589 triliun lebih. Sementara, merujuk dari jenis kelamin, untuk SRE laki-laki tercatat 15.692 dan perempuan 10.696. Untuk SID, laki-laki 12.828 dan perempuan sebanyak 9.517.
Jika melihat trennya dari bulan yang sama di tahun lalu hanya dikisaran Rp659 miliar, bisa dipastikan terdapat kenaikan lebih dari 100%.
“Jika melihat trennya memang cukup tinggi, dari situ kemudian jika didasarkan pada usia Investor di Sul-Sel untuk SRE per 30 September usia 18 sampai 30 tahun mencatatkan sebanyak 13.684 rekening dan SID 12.103. Lalu, untuk usia 31-40 tahun untuk SRE sebanyak 7.147 dan SID 5.902. Kemudian untuk usia 41-100 tahun sebanyak 7.150 untuk SRE dan 5.524 untuk SID,” terangnya.
Merujuk dari data diatas tentunya dipastikan millennial masih mendominasi transaksi saham di pasar modal Sulsel. Kondisi ini terjadi tentunya karena semua berawal dari Galeri Investasi yang kemudian melahirkan komunitas, seperti KSPM dan komunitas investor pemula yang lainnya.
Di Sulsel saat ini terdapat 12 Galeri Investasi yang ditempatkan di 11 kampus dan 1 di kafe yang bermitra dengan sejumlah sekuritas.
“Nah, ini yang menjadi triger anak-anak millenial lainnya untuk tau lebih dalam lagi apa itu investasi dan pasar modal,” katanya.
Tentunya peran Galeri Investasi dan millenial dalam memperkuat stabilitas pasar modal pada era new normal sangat besar, ungkap Fahmin.
Alasannnya, kalau dilihat di 2020 ini porsi investor domestik dibanding foreingnya relatif lebih dominan domestik saat ini.
“Itu artinya dominasi ini karena adanya penambahan investor domestik yang notabene saat ini didominasi dari milenial, dan saat domestik lebih menguasai kita bisa melihat stabilitas pasar modal kita. Meski asing melakukan net sell/penjualan IHSG tidak turun dalam sekali, karena adanya kekuatan domestik," katanya.
Apalagi, dahulu saat asing dominan di pasar sering kali didengar kata pasar modal dikuasai asing. Saat ini domestik menurutnya sudah mengambil alih posisi ini dan saat ini kita menjadi tuan rumah di pasar kita sendiri.
“New normal ini menjadi peluang besar bagi investor lokal untuk beraksi di pasar modal, karena saat market koreksi seperti saat ini menjadi peluang untuk bisa mencari valuasi saham yang lebih rendah dibanding sebelum pandemi. Sehingga, saat kondisi sudah mulai normal kembali atau COVID-19 ini bisa teratasi tentu sektor usaha akan berjalan normal juga,” tuturnya.
Terpisah, investor milenial, Baharuddin, 22 tahun menuturkan, tidak dipungkiri memang peran milenial termasuk dirinya dalam menjaga stabilitas pasar modal di era new normal sangat besar.
Bahkan, ungkapnya, kini muncul tren memberikan mahar berupa saham sehingga dengan adanya tren tersebut banyak milenial yang tertarik melakukan hal yang sama.
“Peran milennial dan Galeri Investasi menjadi satu hal utama dalam menjaga stabilitas pasar modal, karena dengan hadirnya galeri investasi di universitas mahasiswa dan dosen sudah melek akan investasi, bukan hanya dalam tataran teori saja,” paparnya yang juga aktif di Galeri Investasi Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.
Dia menjelaskan, jika Galeri Investasi Unismuh juga pernah bekerja sama salah satu kabupaten untuk menjadikan desa nabung saham jadi masyarakat yang berada di pelosok terjangkau, dengan adanya galeri.
Investor milennial lainnnya asal Palu, yang juga seorang broker, Dion Yosafat Prabowo Tokalende, 23 tahun menuturkan, peran milenial yang merupakan generasi dengan proporsi terbesar dari populasi Indonesia bisa berpatisipasi dalam meningkatkan jumlah investor domestik, sehingga bisa berpengaruh dalam pergeseran struktur kepemilikan (ownership) dari emiten di pasar modal Indonesia.
“Apalagi, kita tahu selama pandemi ini investor asing banyak yang melepas kepemilikan sahamnya di Indonesia. Nah ketika proporsi kepemilikan saham di Pasar Modal Indonesia lebih dominan oleh investor domestik, setidaknya ini bisa meringankan beban pasar modal dalam menghadapi dampak dari gejolak perekonomian atau sentimen global. Kita seperti memegang kemudi atas pasar modal kita sendiri,” tuturnya.
Demikian halnya diungkapkan investor milenial yang kini juga seorang broker, Ashabul Khahfi, 24 tahun, mengaku peran milenial sangat besar.
“Saat ini, jumlah investor saham kita di pasar modal hampir kurang lebih 45% milenial ini tidak lepas dengan peran Galleri-galeri investasi yang ada di kampus dan komunitas-komunitas saham yang ada di Indonesia,” jelasnya.
Galeri Investasi Pikat Millenial
Gayung bersambut, Galeri Investasi sangat berperan aktif dalam meningkatkan literasi maupun inklusi di pasar modal dengan adanya beberapa kegiatan edukasi.
Menurut investor milenial lainnnya asal Palu, yang juga seorang broker, Dion Yosafat Prabowo Tokalende, Galleri Investasi bisa membantu pemerataan informasi terkait investasi di pasar modal melalui lingkungan kampus atau bahkan turun ke masyarakat. Sehingga, hal ini bisa mempengaruhi penambahan jumlah investor domestik.
Bahkan Galleri Investasi juga bisa membuka celah terciptanya investor-investor berkualitas (yang mampu memahami dasar dan analisa di Pasar Modal). Sehingga peluangnya, investor bukan hanya bertambah secara kuantitas saja melainkan secara kualitas juga.
“Ketika investor domestik kita banyak, apalagi kepemilikannya lebih dominan dan disertai kualitas yang bagus maka investor kita tidak bakalan mudah diombang-ambingkan oleh isu seperti jual beli karena ikut-ikutan saja. Pada akhirnya, hal tersebut bisa mempengaruhi ketahanan dan stabilitas pasar modal kita," pungkasnya.
Salah satunya di sektor investasi, di mana keberadaannya mampu mengambil peran dalam memperkuat stabilitas pasar modal dalam tatanan kehidupan baru atau new normal .
Rupanya, ada tren baru terjadi justru di masa pandemi ini, di mana minat milenial kian terpacu untuk berinvestasi di pasar modal. Para milenial kian terangsang untuk berinvestasi saham maupun instrumen lain di pasar modal, seperti Reksadana dan Obligasi ritel yang ditawarkan pemerintah melalui Kementerian Keuangan .
Baca Juga
Semua itu ditopang dengan dukungan sejumlah pihak dalam menyosialiasikan pentingnya berinvestasi saham. Salah satunya dikampanyekan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) di sejumlah daerah, seperti yang ada di Kota Makassar.
Melalui program “Yuk Nabung Saham”, yang mulai diperkenalkan 12 November 2015. Seiring dengan waktu kampanye atau gerakan ini, semakin sering didengar oleh masyarakat umum bahwa negara dan Bursa Efek Indonesia mengajak masyarakat jangan hanya menabung uang namun juga menabung saham. Terpenting adalah perubahan life style milenial dari konsumtif ke budaya investasi sejak dini.
New Normal, Pelajar Berinvestasi Saham
Seorang Pelajar tengah mengikuti panduan cara membuka dan memilih investasi saham secara online di kamarnya, Makassar. Investasi saham saat ini bukan hal yang tabu bagi pelajar ataupun mahasiswa, era new normal mengantarkan kaum pelajar ke kebiasaan baru termasuk cara berinvestasi saham. Foto: Sindonews/Muchtamir Zaide
Apalagi untuk berinvestasi saham tidak membutuhkan nilai rupiah besar, semuanya bisa dimulai dengan Rp100.000 saja. Dan itu, dapat dimulai dengan memanfaatkan Galeri Investasi yang dihadirkan di beberapa kampus di Indonesia, termasuk di Sulsel atas kerja sama BEI dengan sejumlah sekuritas yang ada.
Boleh dibilang hadirnya Galeri Investasi menjadi ladang empuk menggaet milenial untuk berinvestasi saham. Pada usia muda, mereka justru memiliki peluang untuk ikut andil dalam pasar modal tersebut.
Trennya pun terus meningkat, milenial kian bergairah berinvestasi saham. Bahkan, pada masa pandemi trennya jikapun terkoreksi, sangat kecil. Sebaliknya, pada tatanan new normal trennya kian meroket.
Menurut Kepala Kepala kantor BEI Perwakilan Sulsel, Fahmi Amirullah, sebelum pandemi trennya memang sudah sangat bagus, di mana animo milenial untuk terjun sebagai investor sangat antusias. Hal ini karena didukung oleh pemahaman yang semakin baik oleh milenial karena akses informasi yang informatif dan edukatif lebih mudah didapatkan melalui event maupun media sosial dan munculnya komunitas investor milenial, baik di kampus maupun di luar kampus.
Kemudian, setelah pandemi trennya terus meningkat meski ada anjuran stay di rumah saja dan pembatasan sosial menjadikan milenial hampir sebagian besar waktunya dihabiskan di dunia daring.
Kondisi ini kemudian dimanfaatkan stakeholders pasar modal dalam hal ini OJK, SRO ( BEI, KPEI dan KSEI), sekuritas, GIBEI, komunitas investor dan lainnnya memanfaatkan momentum tersebut dengan melakukan edukasi secara digital, seperti sekolah pasar modal digital, public expose digital maupun melalui live sosmed IG dan lainnya.
“Hal ini membuat milenial makin kaya informasi, karena aksesnya makin luas lagi. Kalau misalnya sebelum pandemi mungkin mereka hanya bisa ikut kelas 1 kali dalam seminggu, namun di pandemi setiap saat bisa mereka ikuti dan rata-rata event digital ini rata-rata free,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pola yang dilakukan BEI adalah dengan mendekatkan diri ke komunitas investor milenial khususnya yang ada di kampus, karena pihaknya sangat berharap milenial ini tumbuh menjadi rolmodel investor milenial cerdas buat milenial lainnya.
Mahasiswi tengah membuka rekening investasi saham secara online di Pantai Losari, Makassar. Generasi Milenial merupakan generasi yang cukup aktif pada era digital sekarang, membuka rekening saham secara online menjadi salah satu solusi finansial yang menjanjikan dalam jangka panjang, terutama untuk kaum millennial.SINDONEWS/MUCHTAMIR ZAIDE
“Saat ini kami tengah menyelenggarakan kompetisi nabung saham buat milenial di Galleri Investasi dan di tengah pandemi ini mereka sangat antusias,” terangnya.
Menurutnya juga, keberadaan Galleri Investasi sangat efektif dalam mendorong minat millennial berinvestasi di pasar modal, karena saat mereka menerima pelajaran teori investasi di bangku kuliah maupun di kegiatan-kegiatan seminar yang mereka ikuti.
Hadirnya Galleri Investasi ini menjadi jembatan buat mereka untuk mengimplementasikan teori yang diperoleh dan di Galleri Investasi bukan hanya mereka sebagai investor, namun mereka juga bisa merasakan bagaimana menjadi profesional di pasar modal dengan mengikuti magang dan lainnya.
“Bonus demografi di mana penduduk usia produktif angkanya cukup tinggi tentu ini kami lihat sebagai peluang munculnya bibit investor cerdas di pasar modal, karena itu BEI melihat bahwa masa depan pasar modal Indonesia ada di tangan milenial saat ini sehingga investasi untuk pengembangan pasar modal ke depannya adalah edukasi, edukasi dan edukasi,” ujarnya, Rabu (7/10/2020).
Namun, tantangannya tentu ada di mana kita melihat bahwa budaya konsumtif masyarakat perlu diubah untuk berbudaya investment.
“Bukan berarti kami meminta mereka untuk tidak melakukan hal konsumtif untuk menyalurkan hasrat dan keinginan. Namun, kami berharap milenial bisa melakukan money management dengan baik sehingga bisa jadi kebutuhan konsumtifnya dibiayai oleh hasil investasi mereka. Dan, tantangan lainnya adalah masih bayaknya penawaran investasi bodong dan memakan banyak korban tentu ini menjadi sentimen negatif juga saat kita melakukan ajakan untuk berinvestasi,” jelasnya.
Per 30 September 2020 BEI Kantor Perwakilan Sulsel mencatatkan di Sulsel total sub rekening efek (SRE) sebanyak 28.085 rekening, sementara single investor identification (SID) sebanyak 23.585 dengan jumlah login sebanyak 3.308. Dari jumlah tersebut total transaksi mencapai Rp1,589 triliun lebih. Sementara, merujuk dari jenis kelamin, untuk SRE laki-laki tercatat 15.692 dan perempuan 10.696. Untuk SID, laki-laki 12.828 dan perempuan sebanyak 9.517.
Jika melihat trennya dari bulan yang sama di tahun lalu hanya dikisaran Rp659 miliar, bisa dipastikan terdapat kenaikan lebih dari 100%.
“Jika melihat trennya memang cukup tinggi, dari situ kemudian jika didasarkan pada usia Investor di Sul-Sel untuk SRE per 30 September usia 18 sampai 30 tahun mencatatkan sebanyak 13.684 rekening dan SID 12.103. Lalu, untuk usia 31-40 tahun untuk SRE sebanyak 7.147 dan SID 5.902. Kemudian untuk usia 41-100 tahun sebanyak 7.150 untuk SRE dan 5.524 untuk SID,” terangnya.
Merujuk dari data diatas tentunya dipastikan millennial masih mendominasi transaksi saham di pasar modal Sulsel. Kondisi ini terjadi tentunya karena semua berawal dari Galeri Investasi yang kemudian melahirkan komunitas, seperti KSPM dan komunitas investor pemula yang lainnya.
Di Sulsel saat ini terdapat 12 Galeri Investasi yang ditempatkan di 11 kampus dan 1 di kafe yang bermitra dengan sejumlah sekuritas.
“Nah, ini yang menjadi triger anak-anak millenial lainnya untuk tau lebih dalam lagi apa itu investasi dan pasar modal,” katanya.
Tentunya peran Galeri Investasi dan millenial dalam memperkuat stabilitas pasar modal pada era new normal sangat besar, ungkap Fahmin.
Alasannnya, kalau dilihat di 2020 ini porsi investor domestik dibanding foreingnya relatif lebih dominan domestik saat ini.
“Itu artinya dominasi ini karena adanya penambahan investor domestik yang notabene saat ini didominasi dari milenial, dan saat domestik lebih menguasai kita bisa melihat stabilitas pasar modal kita. Meski asing melakukan net sell/penjualan IHSG tidak turun dalam sekali, karena adanya kekuatan domestik," katanya.
Apalagi, dahulu saat asing dominan di pasar sering kali didengar kata pasar modal dikuasai asing. Saat ini domestik menurutnya sudah mengambil alih posisi ini dan saat ini kita menjadi tuan rumah di pasar kita sendiri.
“New normal ini menjadi peluang besar bagi investor lokal untuk beraksi di pasar modal, karena saat market koreksi seperti saat ini menjadi peluang untuk bisa mencari valuasi saham yang lebih rendah dibanding sebelum pandemi. Sehingga, saat kondisi sudah mulai normal kembali atau COVID-19 ini bisa teratasi tentu sektor usaha akan berjalan normal juga,” tuturnya.
Terpisah, investor milenial, Baharuddin, 22 tahun menuturkan, tidak dipungkiri memang peran milenial termasuk dirinya dalam menjaga stabilitas pasar modal di era new normal sangat besar.
Bahkan, ungkapnya, kini muncul tren memberikan mahar berupa saham sehingga dengan adanya tren tersebut banyak milenial yang tertarik melakukan hal yang sama.
“Peran milennial dan Galeri Investasi menjadi satu hal utama dalam menjaga stabilitas pasar modal, karena dengan hadirnya galeri investasi di universitas mahasiswa dan dosen sudah melek akan investasi, bukan hanya dalam tataran teori saja,” paparnya yang juga aktif di Galeri Investasi Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.
Dia menjelaskan, jika Galeri Investasi Unismuh juga pernah bekerja sama salah satu kabupaten untuk menjadikan desa nabung saham jadi masyarakat yang berada di pelosok terjangkau, dengan adanya galeri.
Investor milennial lainnnya asal Palu, yang juga seorang broker, Dion Yosafat Prabowo Tokalende, 23 tahun menuturkan, peran milenial yang merupakan generasi dengan proporsi terbesar dari populasi Indonesia bisa berpatisipasi dalam meningkatkan jumlah investor domestik, sehingga bisa berpengaruh dalam pergeseran struktur kepemilikan (ownership) dari emiten di pasar modal Indonesia.
“Apalagi, kita tahu selama pandemi ini investor asing banyak yang melepas kepemilikan sahamnya di Indonesia. Nah ketika proporsi kepemilikan saham di Pasar Modal Indonesia lebih dominan oleh investor domestik, setidaknya ini bisa meringankan beban pasar modal dalam menghadapi dampak dari gejolak perekonomian atau sentimen global. Kita seperti memegang kemudi atas pasar modal kita sendiri,” tuturnya.
Demikian halnya diungkapkan investor milenial yang kini juga seorang broker, Ashabul Khahfi, 24 tahun, mengaku peran milenial sangat besar.
“Saat ini, jumlah investor saham kita di pasar modal hampir kurang lebih 45% milenial ini tidak lepas dengan peran Galleri-galeri investasi yang ada di kampus dan komunitas-komunitas saham yang ada di Indonesia,” jelasnya.
Galeri Investasi Pikat Millenial
Gayung bersambut, Galeri Investasi sangat berperan aktif dalam meningkatkan literasi maupun inklusi di pasar modal dengan adanya beberapa kegiatan edukasi.
Menurut investor milenial lainnnya asal Palu, yang juga seorang broker, Dion Yosafat Prabowo Tokalende, Galleri Investasi bisa membantu pemerataan informasi terkait investasi di pasar modal melalui lingkungan kampus atau bahkan turun ke masyarakat. Sehingga, hal ini bisa mempengaruhi penambahan jumlah investor domestik.
Bahkan Galleri Investasi juga bisa membuka celah terciptanya investor-investor berkualitas (yang mampu memahami dasar dan analisa di Pasar Modal). Sehingga peluangnya, investor bukan hanya bertambah secara kuantitas saja melainkan secara kualitas juga.
“Ketika investor domestik kita banyak, apalagi kepemilikannya lebih dominan dan disertai kualitas yang bagus maka investor kita tidak bakalan mudah diombang-ambingkan oleh isu seperti jual beli karena ikut-ikutan saja. Pada akhirnya, hal tersebut bisa mempengaruhi ketahanan dan stabilitas pasar modal kita," pungkasnya.
(luq)