Teknologi Cloud Bisa Dimanfaatkan UMKM untuk Menggaet Investor

Minggu, 11 Oktober 2020 - 02:11 WIB
loading...
Teknologi Cloud Bisa Dimanfaatkan UMKM untuk Menggaet Investor
Teknologi data cloud computing atau komputasi awan akan semakin dibutuhkan pelaku UMKM. Di era big data ini, pelaku usaha dapat memaksimalkan data untuk efisiensi dan juga menggaet investor. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Teknologi data cloud computing atau komputasi awan akan semakin dibutuhkan pelaku UMKM . Di era big data ini, pelaku usaha dapat memaksimalkan data untuk efisiensi dan juga menggaet lebih banyak investor untuk menyuntikkan modal.

Chief Strategic Officer Provetic Shafiq Pontoh menjelaskan, cara memanfaatkan teknologi cloud computing dalam era big data. Dia mencontohkan manfaatnya di sebuah jaringan kedai kopi modern yang sedang tumbuh signifikan.

Terlebih bila bisnis tersebut memiliki ratusan gerai sehingga bisa diketahui lokasi konsumen yang memesan. Tentu saat ini marak pemesanan menggunakan aplikasi ojek online ataupun dari e-commerce.

"Dengan teknologi cloud, pebisnis kopi bisa menyimpan data transaksinya atau penjualannya sekaligus menganalisanya. Misalkan dari satu gerainya di Tebet ternyata diketahui banyak pesanan datang dari area Sudirman. Sementara bisnis tersebut belum memiliki cabang di Sudirman. Data dari setiap gerai bisa dieksplorasi khususnya bagi bisnis yang ingin tumbuh cepat," ujar Shafiq dalam webinar Security in Cloud Technology di Jakarta.

(Baca Juga: Ingin Dapur Tetap Ngebul? Pelaku UMKM Harus Cepat Banting Setir ke Bisnis Daring )

Dia melanjutkan, dengan menganalisa data transaksi yang tersimpan di Cloud, pebisnis bisa menentukan berapa jumlah captive market atau pasar yang potensial di suatu lokasi. Dampak paling utama adalah data tersebut dapat menjadi dasar untuk mendapatkan investor demi kebutuhan ekspansi bisnis.

"Pebisnis bisa punya dasar menarik investor. Bisa ditunjukkan berapa jumlah pesanan dan lokasinya. Bahkan detail perkiraan laba dan estimasi balik modalnya. Sehingga bisa ditentukan investasi yang dibutuhkan dan jadi lebih nyaman bagi investor menyuntikkan modal," ujarnya.

Direktur Pengendalian Informasi, Investigasi dan Forensik Digital dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Bondan Widiawan mengatakan, cloud computing memang menawarkan efisiensi lewat praktik kolaborasi sehingga memudahkan dalam berinteraksi. Di antaranya, data yang tersimpan di infrastruktur cloud computing dapat diakses oleh banyak perangkat. Itu sebabnya, pemanfaatan teknologi komputasi awan ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor.

“Hampir semua bidang kini memanfaatkan cloud computing. Terutama di saat pandemi ini khususnya di bidang pendidikan. Dari data BSSN terlihat ada peningkatan seminar daring atau webinar, sehingga edukasi-edukasi secara jarak jauh saat ini sudah menjadi tren,” kata Bondan menambahkan.

Namun begitu, teknologi ini juga memiliki ancaman atau kerentanan. Dirinya mengidentifikasi setidaknya ada tiga hal yang menjadi kerentanannya.

(Baca Juga: Kemenparekraf Ikutan Bikin UMKM Melek Digital, Targetnya 10 Juta Tahun Ini )

Pertama, mengutip data dari McAfee, Bondan mengatakan ancaman dari eksternal meningkat 630%. Terbesar dari kolaborasi Microsoft 365 yaitu orang-orang yang berusaha menyusup ke sistem.

“Jadi kita menggunakan Office karena memudahkan berinteraksi dari mana saja, kapan saja sehingga biasanya kita banyak menggunakan office. Kemudian ditemukan adanya anomalous location. Lokasinya berjauhan jaraknya tapi akses loginnya melakukan login dari tempat yang belum teridentifikasi terlebih dahulu. Ini yang kemudian diidentifikasi McAfee,” kata dia.

Kedua, ancaman terhadap superhuman. Menurut Bondan, itu seperti melakukan login dari tempat yang berbeda, dalam waktu yang hampir bersamaan, yang sebenarnya sangat tidak mungkin.

“Misalnya saya berada di Singapura, saya login dari Singapura. Namun dua menit kemudian saya tercatat login dari Amerika. Ini kemudian tertangkap oleh sistem yang mengindikasikan adanya sebuah anomali,” kata dia.

Ketiga, terkait dengan penyelidikan forensik digital ketika terjadi kejahatan terhadap sistem komputasi. Menurut Bondan, aparat penegak hukum atau BSSN terkadang menghadapi kesulitan saat hendak mengambil data.

“Karena cloud ini tidak berada dekat kita, atau berlokasi di tempat yang jauh di sana. Sehingga ini akan menyulitkan kita pada saat berinteraksi. Itu salah satu poin utamanya,” kata dia.

Selain itu, risiko lainnya adalah pencurian informasi. Bisa terjadi karena kesalahan konfigurasi, atau penyebab lain. Menurutnya, sebuah teknologi apapun itu tidak terhindari dari risiko negatif. Untuk menghindari dari pencurian informasi ini, kata dia, bisa dengan tata kelola yang baik. Bila tata kelola dan audit tata kelola belum dilakukan, maka akan sulit untuk memproteksinya.

“Bagaimana kita mengamankan ini? Harus dimulai dari sistem tata kelola kita, apakah sudah mengimplementasikan standar tata kelola pada perusahaan atau organisasi kita atau belum. Kalau belum berarti harus lakukan itu dulu,” ujarnya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1561 seconds (0.1#10.140)