Kocok Ulang Direksi BRI Syariah Sebelum Merger, Bakal Didominasi Mandirian?

Kamis, 15 Oktober 2020 - 16:32 WIB
loading...
Kocok Ulang Direksi BRI Syariah Sebelum Merger, Bakal Didominasi Mandirian?
Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Di tengah rencana Kementerian BUMN melakukan merger terhadap bank-bank syariah yang dimiliki BUMN, PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 5 November 2020. Salah satu agenda RUPSLB itu adalah perubahan susunan pengurus perseroan.

Dalam keterangan resmi perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perubahan susunan direksi perseroan itu berdasarkan ketentuan Pasal 94 dan/atau Pasal 111 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan Pasal 17 ayat 13 dan/atau Pasal 20 ayat 12 Anggaran Dasar Perseroan. ( Baca juga:Mantan Bos Jiwasraya Divonis Seumur Hidup, Kementerian BUMN Angkat Suara )

"Yang mengatur bahwa Anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi Perseroan diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham, serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 27/POJK.03/2016 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi Pihak Utama Lembaga Jasa Keuangan," dikutip dari keterangan resmi perseroan, Kamis (15/10/2020).



Berdasarkan Pasal 14 ayat 15 huruf (c) Anggaran Dasar Perseroan, pemegang saham yang berhak hadir dalam RUPS adalah pemegang saham perseroan yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan atau pemilik saldo rekening efek di Penitipan Kolektif PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada tanggal 13 Oktober 2020, pukul 16.15 WIB.

Perubahan susunan pengurus di BRI Syariah memang menarik. Pasalnya, besar kemungkinan direksi-direksi dari bank syariah yang dimerger itu akan duduk menjadi direksi. Terutama, talent dari Bank Mandiri atau Mandiri Syariah, sebab Mandiri Syariah memiliki aset paling besar dibanding dua bank syariah lainnya.

Per Juni 2020 aset Mandiri Syariah sebesar Rp114,4 triliun atau meningkat 13,26% dibandingkan periode sama tahun lalu. Kemudian disusul dengan BNI Syariah dengan aset Rp50,78 triliun atau tumbuh 17,8%. Sementara BRI Syariah yang menjadi bank survivor (penampung) memiliki aset "hanya" Rp49,6 triliun. ( Baca juga:Merger Bank Syariah Bakal Dongkrak Bisnis Industri Halal )

Dengan jumlah sebesar itu, BRI Syariah punya aset paling kecil dibanding dua bank sepupunya tadi. Lantaran status BRI Syariah sudah menjadi perusahaan publik atau terdaftar di BEI, maka bank itulah yang ditetapkan sebagai induk merger.

Bakal dominannya talenta Mandiri di bank hasil merger ini sudah terlihat seklumit dari penunjukkan Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Hery Gunardi sebagai Ketua Tim Project Management Office (PMO) merger tiga bank syariah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Selain itu juga beredar kabar bahwa IMO yang telah ditetapkan menunjuk Direktur Utama PT Bank Mandiri Syariah (BSM) Toni Eko Boy Subari menjadi ketua.

Integration Management Office (IMO) adalah semacam tim perumus yang bertugas untuk melakukan perencanaan integrasi ketiga bank menjadi entitas baru. Selain membentuk rencana integritas, tim ini juga mempersiapkan Rencana Bisnis Bank (RBB).

Tak cuma itu, dengan jumlah asetnya yang paling besar, seolah-olah menjadikan Mandiri Syariah juga punya saham yang paling besar di bank hasil merger. Wajarlah kalau kemudian mereka punya kuasa untuk memasukkan orang-orangnya.

Jika para Mandirian menududuki direksi BRI Syariah kejadian, maka dominasi Bank Mandiri di ranah bank Himbara makin merajalela. Sebelumnya, talenta-talenta Bank Mandiri juga sudah duduk di semua jabatan penting di BTN, BRI, dan yang terbaru di BNI.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2107 seconds (0.1#10.140)