Prospek Cerah Bank Syariah BUMN Hasil Penggabungan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menyebut aksi penggabungan alias merger bank syariah BUMN merupakan langkah bagus untuk memperkuat sistem perbankan syariah di Indonesia.
Dia menganggap, ke depannya yang harus dilakukan seluruh pemangku kepentingan adalah memastikan fokus kerja bank syariah hasil merger. Selain itu, operasional bank ini juga harus dijaga agar benar-benar menerapkan metode syariah dalam menghimpun pendanaan dan menyalurkan pembiayaan.
“Bicara sektor mana yang bisa menjadi fokus untuk dikembangkan, saya cenderung kepada UMKM dan debitur kelas menengah. Bukan berarti bank syariah hasil merger ini tak bisa biayai perusahaan yang besar-besar, atau bank syariah seakan terbatas pembiayaannya. Semua harus tetap dilayani, tapi titik beratnya harus jelas kepada sektor yang mana begitu,” ujar Misbakhun di Jakarta, Rabu (21/10/2020).
( )
Pengamat ekonomi Yanuar Rizky pun menyebut prospek cerah dimiliki bank syariah hasil merger karena aksi ini membuat efisiensi terjadi di sektor perbankan syariah.
Menurut dia, merger memang perlu dilakukan pelaku industri perbankan syariah karena saat ini sudah semakin banyak pemain yang ada di sektor ini.
“Makin sedikit pemain di syariah maka makin kompetitif. Bank-bank Syariah tidak saling ‘makan’ sehingga akan mengarah ke konsep syariah dalam arti muamallah,” ujar Yanuar.
Momen bersejarah lahirnya bank Syariah nasional terbesar milik Indonesia ini diawali dengan penandatanganan Conditional Merger Agreement (CMA) Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN pada Senin (12/10) malam.
( )
Keterbukaan Informasi terkait rencana ini telah disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Selasa (13/10) pagi.
Pada Rabu (21/10) Ringkasan Rencana Merger tiga bank Syariah milik Himbara telah dipublikasikan dan disampaikan kepada regulator. Jika proses merger berjalan lancar, Indonesia akan memiliki bank umum syariah yang masuk jajaran bank-bank terbesar di dalam negeri.
Dia menganggap, ke depannya yang harus dilakukan seluruh pemangku kepentingan adalah memastikan fokus kerja bank syariah hasil merger. Selain itu, operasional bank ini juga harus dijaga agar benar-benar menerapkan metode syariah dalam menghimpun pendanaan dan menyalurkan pembiayaan.
“Bicara sektor mana yang bisa menjadi fokus untuk dikembangkan, saya cenderung kepada UMKM dan debitur kelas menengah. Bukan berarti bank syariah hasil merger ini tak bisa biayai perusahaan yang besar-besar, atau bank syariah seakan terbatas pembiayaannya. Semua harus tetap dilayani, tapi titik beratnya harus jelas kepada sektor yang mana begitu,” ujar Misbakhun di Jakarta, Rabu (21/10/2020).
( )
Pengamat ekonomi Yanuar Rizky pun menyebut prospek cerah dimiliki bank syariah hasil merger karena aksi ini membuat efisiensi terjadi di sektor perbankan syariah.
Menurut dia, merger memang perlu dilakukan pelaku industri perbankan syariah karena saat ini sudah semakin banyak pemain yang ada di sektor ini.
“Makin sedikit pemain di syariah maka makin kompetitif. Bank-bank Syariah tidak saling ‘makan’ sehingga akan mengarah ke konsep syariah dalam arti muamallah,” ujar Yanuar.
Momen bersejarah lahirnya bank Syariah nasional terbesar milik Indonesia ini diawali dengan penandatanganan Conditional Merger Agreement (CMA) Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN pada Senin (12/10) malam.
( )
Keterbukaan Informasi terkait rencana ini telah disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Selasa (13/10) pagi.
Pada Rabu (21/10) Ringkasan Rencana Merger tiga bank Syariah milik Himbara telah dipublikasikan dan disampaikan kepada regulator. Jika proses merger berjalan lancar, Indonesia akan memiliki bank umum syariah yang masuk jajaran bank-bank terbesar di dalam negeri.
(ind)