BRG Dukung Milenial Dorong Nilai Produk dari Industri Sekitar Gambut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, Youth Peatland Conference 2020 ditutup dengan membahas Peran Pemuda dalam Restorasi Gambut. Akademisi dan praktisi mengatakan pemuda perlu mengambil peran penting, seperti meningkatkan kesadaran dan memperbanyak diskusi melalui media sosial atau forum pemuda lainnya.
Peran pemuda, menurut Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan Badan Restorasi Gambut (BRG) Myrna A. Safitri telah menjadi perhatian khusus. BRG, kata dia, merekrut para pemuda untuk terlibat dalam kegiatan restorasi gambut. Salah satunya menjadi fasilitator desa di tujuh provinsi.
“Fasilitator desa ini untuk ditempatkan di lokasi restorasi atau desa terdampak dan diberi kesempatan bekerja dengan warga,” kata Myrna dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (29/10/2020).
Myrna mengatakan, BRG memiliki sejumlah program untuk mendukung aktivitas generasi muda, diantaranya, pelatihan pengembangan dan peningkatan nilai produk dari industri rumah tangga di sekitar gambut, ekonomi kreatif berupa produk fashion yang dihasilkan dari pewarna alami di Kalimantan Selatan, serta mendukung para peneliti muda untuk menggelar riset.
Selain memberi kepercayaan kepada para pemuda, BRG juga menggandeng para perempuan. Menurut Myrna, perempuan mampu mendukung kesejahteraan keluarga dengan baik.
“Para perempuan diberi pelatihan untuk menghasilkan, mengemas dan memasarkan produk gambut di Marketplace. 20% peserta yang berpartisipasi dalam program bantuan ekonomi adalah perempuan,” kata dia.
Sementara itu, Executive Chairman Yayasan Inisiatif Dagang Hijau, Fitrian Ardiansyah berpendapat generasi muda perlu ikut serta dalam mengangkat kesejahteraan petani dan membantu meningkatkan nilai jual produk yang dihasilkan.
Fitrian mengatakan, generasi muda perlu membuat strategi dan memiliki modal yang cukup. “Kalau tidak ada good bugdet, kita tidak punya orang di lapangan,” kata Fitrian.
Dia menyontohkan, gerakan untuk mendukung petani di area gambut dilakukan oleh berbagai produk. Seorang pemuda di Kalimantan Barat, Dede Purwansyah tidak hanya mengembangkan madu tapi juga mencari jalan untuk memasarkannya.
“Dia menyelesaikan mozaik antara agroforestri dan gambut, sehingga petani sadar tidak hanya memanfaatkan gambut tapi juga mengetahui mengapa merawat dan menjaga gambut,” ujar dia.
Koordinator program The Measurable Action for Haze-Free Sustainable Land Management in Southeast Asia (MAHFSA), Etwin Sabarini mengatakan generasi muda perlu menjadi bagian untuk pelestarian lingkungan dengan aktif memberi informasi dan edukasi. Tujuan seiring dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).
“Generasi muda bisa menjadi pelaku aktif yang menghubungkan masyarakat dan pemangku kepentingan,” ucap Etwin.
Dia menyebut, generasi muda yang berminat untuk menjadi bagian aktivisme lingkungan ini bisa bergabung dengan lembaganya. Sehingga, para generasi muda di regional Asia Tenggara bisa bertukar data dan pengalaman.
Wakil Rektor Bidang Hubungan dan Kerja Sama Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI), Lolom Evalita Hutabarat mengatakan dari sisi akademik mahasiswa sebetulnya punya program yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Kampus Merdeka. Dia menyebut ada delapan kegiatan yang bisa didorong ke mahasiswa untuk berkegiatan di luar akademik.
“Bina desa ini bisa dimanfaatkan sebagai pengganti mata kuliah untuk lahan-lahan gambut yang ada,” kata Evalita.
Dengan skema yang ada, mahasiswa bisa langsung dalam berbagi ide dan bekerja sama menjaga kelestarian lahan gambut dalam skema penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Peran pemuda, menurut Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan Badan Restorasi Gambut (BRG) Myrna A. Safitri telah menjadi perhatian khusus. BRG, kata dia, merekrut para pemuda untuk terlibat dalam kegiatan restorasi gambut. Salah satunya menjadi fasilitator desa di tujuh provinsi.
“Fasilitator desa ini untuk ditempatkan di lokasi restorasi atau desa terdampak dan diberi kesempatan bekerja dengan warga,” kata Myrna dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (29/10/2020).
Myrna mengatakan, BRG memiliki sejumlah program untuk mendukung aktivitas generasi muda, diantaranya, pelatihan pengembangan dan peningkatan nilai produk dari industri rumah tangga di sekitar gambut, ekonomi kreatif berupa produk fashion yang dihasilkan dari pewarna alami di Kalimantan Selatan, serta mendukung para peneliti muda untuk menggelar riset.
Selain memberi kepercayaan kepada para pemuda, BRG juga menggandeng para perempuan. Menurut Myrna, perempuan mampu mendukung kesejahteraan keluarga dengan baik.
“Para perempuan diberi pelatihan untuk menghasilkan, mengemas dan memasarkan produk gambut di Marketplace. 20% peserta yang berpartisipasi dalam program bantuan ekonomi adalah perempuan,” kata dia.
Sementara itu, Executive Chairman Yayasan Inisiatif Dagang Hijau, Fitrian Ardiansyah berpendapat generasi muda perlu ikut serta dalam mengangkat kesejahteraan petani dan membantu meningkatkan nilai jual produk yang dihasilkan.
Fitrian mengatakan, generasi muda perlu membuat strategi dan memiliki modal yang cukup. “Kalau tidak ada good bugdet, kita tidak punya orang di lapangan,” kata Fitrian.
Dia menyontohkan, gerakan untuk mendukung petani di area gambut dilakukan oleh berbagai produk. Seorang pemuda di Kalimantan Barat, Dede Purwansyah tidak hanya mengembangkan madu tapi juga mencari jalan untuk memasarkannya.
“Dia menyelesaikan mozaik antara agroforestri dan gambut, sehingga petani sadar tidak hanya memanfaatkan gambut tapi juga mengetahui mengapa merawat dan menjaga gambut,” ujar dia.
Koordinator program The Measurable Action for Haze-Free Sustainable Land Management in Southeast Asia (MAHFSA), Etwin Sabarini mengatakan generasi muda perlu menjadi bagian untuk pelestarian lingkungan dengan aktif memberi informasi dan edukasi. Tujuan seiring dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).
“Generasi muda bisa menjadi pelaku aktif yang menghubungkan masyarakat dan pemangku kepentingan,” ucap Etwin.
Dia menyebut, generasi muda yang berminat untuk menjadi bagian aktivisme lingkungan ini bisa bergabung dengan lembaganya. Sehingga, para generasi muda di regional Asia Tenggara bisa bertukar data dan pengalaman.
Wakil Rektor Bidang Hubungan dan Kerja Sama Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI), Lolom Evalita Hutabarat mengatakan dari sisi akademik mahasiswa sebetulnya punya program yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Kampus Merdeka. Dia menyebut ada delapan kegiatan yang bisa didorong ke mahasiswa untuk berkegiatan di luar akademik.
“Bina desa ini bisa dimanfaatkan sebagai pengganti mata kuliah untuk lahan-lahan gambut yang ada,” kata Evalita.
Dengan skema yang ada, mahasiswa bisa langsung dalam berbagi ide dan bekerja sama menjaga kelestarian lahan gambut dalam skema penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
(her)