Integrasi dan Navigasi Penyelamatan Kesehatan dan Perekonomian Nasional
loading...
A
A
A
Salah satunya, dengan mendorong masyarakat untuk dengan disiplin memakai masker secara benar, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, dan rajin mencuci tangan dengan sabun di air mengalir (3M – Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan). Karena cara ini lah yang sekarang paling praktis dapat dilakukan sebelum vaksin anti virus sudah aman bisa dipakai. Dengan disiplin menjalankan 3M, kita dapat mencegah penuluran covid-19 sampai 90%.
(Baca Juga: Sri Mulyani: Hilal Pemulihan Ekonomi Sudah Terlihat )
Dari perspektif akademisi, Rektor Universitas Indonesia, Prof Ari Kuncoro yakin bahwa dalam upaya pemulihan ekonomi nasional, faktor kesehatan dan ekonomi bukanlah dua hal yang saling bertentangan. “Kesehatan dan Ekonomi tetap dapat berjalan berdampingan. Jalan satu-satunya adalah dengan menerapkan protokol kesehatan terutama memakai masker,” tutur Ari Kuncoro.
Menurut WHO, lebih lanjut Ari menjelaskan, lockdown bukan lagi menjadi cara yang efektif untuk mengatasi wabah. Kebiasaan masyarakat untuk selalu disiplin mematuhi protokol kesehatan menjadi kunci untuk memutus penularan, sehingga angkanya bisa berkurang.
Ketika angka penularannya berkurang, maka geliat ekonomi nasional juga dapat bertumbuh. Karena untuk masyarakat menengah, persepsi mengenai kesehatan menjadi sangat penting. Rasa aman yang dihadirkan ketika terhindar dari Covid-19 bisa meningkatkan kembali daya beli dan konsumsi masyarakat tingkat menengah ini.
Lebih lanjut, Ari mengatakan, dalam upayanya menangani covid-19, Universitas Indonesia mengeluarkan buku saku penanganan covid-19. Selain itu, Universitas Indonesia juga melakukan berbagai upaya lainnya, seperti RS Universitas Indonesia sudah dijadikan rumah sakit rujukan penanganan Covid-19, penginapan Universitas Indonesia di mobilisasi agar dapat dijadikan tempat bagi relawan di rumah sakit UI, dan lainnya.
Sementara itu, Ketua PP ISEI Bidang Kerjasama Internasional yang juga Campaign Director GPM Klaster Perguruan Tinggi, Muhammad Edhie Purnawan penggagas acara Webinar Internasional ini menegaskan ide yang berbeda.
Dimulai dari pernyataan Edhie, bahwa COVID-19 ini telah membuka hati bangsa Indonesia dengan quote: “COVID-19 ini sesungguhnya telah menumbuhkan semangat berbagi, jiwa sosial, dan rasa kemanusiaan.” Ini merupakan cerminan terbukanya hati bangsa Indonesia karena pandemi. Lalu Edhie melanjutkan dengan pesan kuat bahwa “Indonesia harus belajar sangat cepat dari negara lain yang telah mengalami recovery COVID-19.”
Edhie menekankan, ada 5 hal utama yang wajib dilakukan bersama-sama, agar masalah ini bisa lekas selesai. Pertama, digitalisasi seluruh aspek kehidupan, terutama digitalisasi kesehatan dan ekonomi. Kemudian, bantu para inovator Covid-19 sedahsyatnya, dan Indonesia memiliki banyak inovator hebat.
Ketiga, segera bantu industri dengan alat-alat 3T hasil inovasi teman-teman teknologi dan kesehatan. Berikutnya, belajar segala sesuatu terkait dengan penyelesaian Spanish Flu 1918-1920. Bagaimanapun, krisis di awal abad inilah satu-satunya peristiwa yang sangat mirip dengan krisis kali ini. Dan yang terakhir, tentu saja patuhi protokol standar 3M, yaitu pakai masker yang benar, sering cuci tangan dan sediakan disinfektan di saku, serta jaga jarak seoptimalnya.
(Baca Juga: Sri Mulyani: Hilal Pemulihan Ekonomi Sudah Terlihat )
Dari perspektif akademisi, Rektor Universitas Indonesia, Prof Ari Kuncoro yakin bahwa dalam upaya pemulihan ekonomi nasional, faktor kesehatan dan ekonomi bukanlah dua hal yang saling bertentangan. “Kesehatan dan Ekonomi tetap dapat berjalan berdampingan. Jalan satu-satunya adalah dengan menerapkan protokol kesehatan terutama memakai masker,” tutur Ari Kuncoro.
Menurut WHO, lebih lanjut Ari menjelaskan, lockdown bukan lagi menjadi cara yang efektif untuk mengatasi wabah. Kebiasaan masyarakat untuk selalu disiplin mematuhi protokol kesehatan menjadi kunci untuk memutus penularan, sehingga angkanya bisa berkurang.
Ketika angka penularannya berkurang, maka geliat ekonomi nasional juga dapat bertumbuh. Karena untuk masyarakat menengah, persepsi mengenai kesehatan menjadi sangat penting. Rasa aman yang dihadirkan ketika terhindar dari Covid-19 bisa meningkatkan kembali daya beli dan konsumsi masyarakat tingkat menengah ini.
Lebih lanjut, Ari mengatakan, dalam upayanya menangani covid-19, Universitas Indonesia mengeluarkan buku saku penanganan covid-19. Selain itu, Universitas Indonesia juga melakukan berbagai upaya lainnya, seperti RS Universitas Indonesia sudah dijadikan rumah sakit rujukan penanganan Covid-19, penginapan Universitas Indonesia di mobilisasi agar dapat dijadikan tempat bagi relawan di rumah sakit UI, dan lainnya.
Sementara itu, Ketua PP ISEI Bidang Kerjasama Internasional yang juga Campaign Director GPM Klaster Perguruan Tinggi, Muhammad Edhie Purnawan penggagas acara Webinar Internasional ini menegaskan ide yang berbeda.
Dimulai dari pernyataan Edhie, bahwa COVID-19 ini telah membuka hati bangsa Indonesia dengan quote: “COVID-19 ini sesungguhnya telah menumbuhkan semangat berbagi, jiwa sosial, dan rasa kemanusiaan.” Ini merupakan cerminan terbukanya hati bangsa Indonesia karena pandemi. Lalu Edhie melanjutkan dengan pesan kuat bahwa “Indonesia harus belajar sangat cepat dari negara lain yang telah mengalami recovery COVID-19.”
Edhie menekankan, ada 5 hal utama yang wajib dilakukan bersama-sama, agar masalah ini bisa lekas selesai. Pertama, digitalisasi seluruh aspek kehidupan, terutama digitalisasi kesehatan dan ekonomi. Kemudian, bantu para inovator Covid-19 sedahsyatnya, dan Indonesia memiliki banyak inovator hebat.
Ketiga, segera bantu industri dengan alat-alat 3T hasil inovasi teman-teman teknologi dan kesehatan. Berikutnya, belajar segala sesuatu terkait dengan penyelesaian Spanish Flu 1918-1920. Bagaimanapun, krisis di awal abad inilah satu-satunya peristiwa yang sangat mirip dengan krisis kali ini. Dan yang terakhir, tentu saja patuhi protokol standar 3M, yaitu pakai masker yang benar, sering cuci tangan dan sediakan disinfektan di saku, serta jaga jarak seoptimalnya.