Siap-siap Antisipasi Volatilitas Jangka Pendek Pasca-Pilpres AS

Rabu, 04 November 2020 - 13:02 WIB
loading...
Siap-siap Antisipasi Volatilitas Jangka Pendek Pasca-Pilpres AS
Pasca pilpres AS diperkirakan terjadi volatilitas jangka pendek di pasar keuangan. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pemilu Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) sudah tiba, dimana hasil polling menunjukkan potensi kemenangan telak partai demokrat, yang dapat memicu respons ekstrim oleh Presiden Donald Trump. Investor diminta bersiap menghadapi volatilitas jangka pendek pasca pilpres AS.

Terlebih lagi, perbincangan stimulus fiskal tambahan beberapa pekan lalu yang diasumsikan tampak semakin jauh mengingat Kongres yang semakin terpecah-pecah.

(Baca Juga: Pilpres AS Jadi Sentimen Utama Pasar Saham, Investor Harus Lakukan Ini)

"Adanya gelombang kedua Covid-19 yang saat ini melanda mayoritas negara kawasan Eropa termasuk Prancis, Inggris, dan Spanyol juga dapat menimbulkan volatilitas tambahan," jelas Senior Investment Strategist, OCBC Bank Vasu Menon di Jakarta, Rabu (4/11/2020).

Menurut Vasu, beberapa faktor tersebut dapat membebani pasar obligasi global beberapa pekan ke depan. Pandangan konstruktif jangka menengah masih dipertahankan dimana data-data ekonomi seperti housing starts, PMI, retail sales terbaru menunjukkan pemulihan ekonomi AS yang berkelanjutan, walaupun tidak seimbang.

Terlebih lagi, adanya situasi Covid 19 global yang masih memburuk, tingkat kematian di mayoritas negara semakin menurun dan rendahnya toleransi ekonomi global terhadap lockdown para negara di masa lalu serta tensi politik AS berpotensi menurun seiring dengan progres pemilu dan juga stimulus fiskal tambahan oleh pemerintah.

(Baca Juga: Quick Count Pilpres AS: Electoral Votes Sementara Biden 209, Trump 112)

Akan tetapi, imbuh dia, kunci peran saat ini masih dipegang oleh bank sentral Amerika Serikat, dimana pernyataan terakhir mengarah kepada pelonggaran kebijakan suku bunga yang akan lebih panjang. "The Fed diekspektasi akan menjaga suku bunga mendekati level nol sampai akhir tahun 2025," ujarnya.

Pasar keuangan memandang bahwa pemulihan ekonomi AS akan menurun jika putaran stimulus fiskal berikutnya gagal terwujud. Namun risiko peristiwa penting adalah saat pemilihan presiden AS.

Menurut Vasu, jika hasil yang diperebutkan menjadi mungkin, ini bisa menjadi katalis negatif untuk dolar AS (USD) dalam jangka pendek. Pelemahan USD kemungkinan akan terbatas pada mata uang cadangan lainnya, terutama yen Jepang.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1160 seconds (0.1#10.140)