Banyak Horeka Tutup Selama Pandemi, Bisnis Kopi Ikut Tiarap

Jum'at, 06 November 2020 - 06:36 WIB
loading...
Banyak Horeka Tutup Selama Pandemi, Bisnis Kopi Ikut Tiarap
Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Moelyono Soesilo mengatakan, pandemi Covid-19 turut berdampak pada bisnis industri kopi Indonesia. Hal ini disebabkan adanya penutupan pada bisnis hotel, restoran, dan kafe (horeka) selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Untuk bisnis kopi selama pandemi ini kita bagi dua di hulu dan hilir. Itu pengaruhnya berbeda sekali," ujarnya pada Indonesia Industry Outlook #IIO2021 secara virtual, Kamis (5/11/2020).

( )

Moelyono menjelaskan, untuk bisnis kopi di hilir terkena dampak pandemi akibat bisnis horeka mengalami penurunan permintaan. "Waktu itu kena pengaruh yang di hilirnya sekitar 70%-80%. Ada yang memutuskan tiarap dulu, mundur dulu karena pada waktu itu kondisinya belum jelas semua," ungkapnya.

Penurunan ini pun berimbas juga pada bisnis mesin kopi mini roaster. Sementara untuk industri hilir kopi yang komersial seperti kopi saset atau kemasan juga terkena dampak namun tidak separah dengan kondisi yang dialami bisnis kopi di horeka.

"Itu kena semua dampak. Walaupun sempat booming kopi dalgona yang membuat penjualan kopi instan sempat meningkat luar biasa," jelas Moelyono.

( )

Dia melanjutkan, untuk di hulunya khususnya kopi arabika dan robusta benar-benar terdampak pandemi Covid-19. Permintaan kopi arabika untuk ekspor maupun lokal terjadi penurunan luar biasa sehingga berdampak pada panen kopi tahun 2021.

"Untuk kopi arabika masih banyak stok-stok di daerah produsen yang produksinya belum terjual sampai saat ini. Ini karena permintaan dalam negeri dan luar negeri benar-benar menurun," jelasnya.

Sementara untuk kopi robusta, pada awal pandemi terjadi anomali. Pada awal pandemi terjadi peningkatan permintaan yang luar biasa. Namun ada ketakutan apabila diberlakukan PSBB di daerah penghasil kopi.

"Di bulan Februari sampai Maret itu permintaan luar biasa. Tapi setelah itu di April kami merasakan efek lockdown sehingga pengiriman tertunda sampai beberapa bulan dan ada beberapa yang sampai di cancel kontraknya," kata Moelyono.

Moelyono menuturkan, pada bulan Agustus dan September mulai sedikit ada permintaan walaupun belum seperti kondisi semulanya untuk kopi robusta. Sementara permintaan kopi arabika jauh lebih stabil.

( )

Dia menambahkan, untuk harga kopi robusta itu masih stabil dibandingkan tahun sebelumnya. "Kopi arabika sendiri untuk tahun ini mengalami penurunan hampir 50% dibandingkan tahun lalu. Itu yang benar-benar memukul petani arabika ini. Harga sudah turun, permintaan boleh dibilang tidak ada. Ini yang jadi problem petani arabika," tandasnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4026 seconds (0.1#10.140)