Potensi Industri Halal Dunia Belum Dimanfaatkan Secara Maksimal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Industri halal dunia berkembang secara pesat dari tahun ke tahun. Namun besarnya potensi tersebut belum bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh Indonesia. Direktur Pengembangan Ekonomi Syariah dan Industri Halal Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Afdhal Aliasar mengatakan, industri halal global tumbuh sekitar 5,2% secara year-on-year (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, konsumen produk halal di dunia semakin meningkat.
"Posisi Indonesia sekarang adalah kosumen produk halal terbesar di dunia. Ini suatu hal yang menarik. Kita konsumen, tetapi kita belum memanfaatkan dengan baik untuk memproduksi dan menjual produk halal secara global," ujarnya pada Indonesia Industry Outlook #IIO2021 secara virtual, Jumat (6/11/2020).
Dia melanjutkan, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia telah memiliki kekuatan pasar domestik. Untuk itu, pekerjaan rumah selanjutnya adalah menembus pasar global yang lebih luas. "Produk-produk halal yang diproduksi oleh bangsa Indonesia dengan sumber daya yang ada di dalam bangsa kita harus mampu menembus pasar global," tuturnya.
Afdhal menuturkan, negara-negara non-muslim pun berebut untuk mengambil konsumen produk halal. Mereka melihat besarnya peluang untuk masuk ke pasar halal ini. "Kita lihat Jepang, Korea, Taiwan, Thailand, Brazil, Australia ini mendorong berkembangnya industri halal mereka karena mereka melihat besarnya peluang masuk pasar halal," ungkapnya.
Menurut dia, adanya pandemi Covid-19 justru semakin meningkatkan pasar halal dunia. Konsumen semakin menyadari makanan yang tidak halal atau pemrosesannya tidak higienis berpotensi besar mengakibatkan penyakit seperti yang terjadi sekarang. Gaya hidup halal ini berkembang tidak hanya soal makanan dan minuman saja, namun juga pada hal-hal lainnya yang terkait dengan value-chain produk halal. "Dengan adanya pandemi ini bukannya menurun tapi akan semakin besar lagi," pungkasnya
"Posisi Indonesia sekarang adalah kosumen produk halal terbesar di dunia. Ini suatu hal yang menarik. Kita konsumen, tetapi kita belum memanfaatkan dengan baik untuk memproduksi dan menjual produk halal secara global," ujarnya pada Indonesia Industry Outlook #IIO2021 secara virtual, Jumat (6/11/2020).
Dia melanjutkan, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia telah memiliki kekuatan pasar domestik. Untuk itu, pekerjaan rumah selanjutnya adalah menembus pasar global yang lebih luas. "Produk-produk halal yang diproduksi oleh bangsa Indonesia dengan sumber daya yang ada di dalam bangsa kita harus mampu menembus pasar global," tuturnya.
Afdhal menuturkan, negara-negara non-muslim pun berebut untuk mengambil konsumen produk halal. Mereka melihat besarnya peluang untuk masuk ke pasar halal ini. "Kita lihat Jepang, Korea, Taiwan, Thailand, Brazil, Australia ini mendorong berkembangnya industri halal mereka karena mereka melihat besarnya peluang masuk pasar halal," ungkapnya.
Menurut dia, adanya pandemi Covid-19 justru semakin meningkatkan pasar halal dunia. Konsumen semakin menyadari makanan yang tidak halal atau pemrosesannya tidak higienis berpotensi besar mengakibatkan penyakit seperti yang terjadi sekarang. Gaya hidup halal ini berkembang tidak hanya soal makanan dan minuman saja, namun juga pada hal-hal lainnya yang terkait dengan value-chain produk halal. "Dengan adanya pandemi ini bukannya menurun tapi akan semakin besar lagi," pungkasnya
(nng)